Tampilkan postingan dengan label Dunia Sejarah. Tampilkan semua postingan
sejarah proklamasi RI ( Republik Indonesia )
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi,
atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang dibacakan oleh Ir. Soekarno
yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta Pusat.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Peristiwa RENGAS DENGKLOK
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno dengan Jenderal Nishimura dan Laksamana Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).
sumber : pknonii.blogspot.com
editor : dawie
SEJARAH PANCASILA ( Bhinika Tunggal Ika )
Kata Pancasila terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima
dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia berisi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :
* Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[1]
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :
* Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[1]
* Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI). Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan. Maka 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, memperingati bahwa dasar Indonesia, Pancasila, adalah sakti, tak tergantikan.
SEJARAH PBB ( Perserikatan Bangsa - Bangsa )
Pada tanggal 24 Oktober 1945, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi
didirikan untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa. Para wakil dari
negara-negara Sekutu pada Perang Dunia Kedua, yaitu AS, Soviet, Inggris,
dan Perancis, dalam perundingan-perundingan selama perang tersebut
telah memulai persiapan pendirian PBB ini. Akhirnya, dalam konfrensi di
San Fransisko, Amerika, para wakil dari 50 negara-negara dunia
menandatangani piagam pembentukan PBB.
PBB bermarkas tetap di New York. Tujuan utama didirikannya PBB, seperti yang disinggung dalam piagam PBB, adalah untuk menjaga perdamaian di dunia, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa, memupuk kerjasama internasional untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan budaya, serta mengembangkan penghormatan atas Hak Asasi Manusia dan kebebasan.
Tak dapat disangkal bahwa PBB telah melakukan banyak hal yang patut dipuji. Namun, adanya hak veto untuk lima negara anggota tetap Dewan Keamanan, yaitu AS, Rusia, Inggris, Prancis dan China, telah membuat kebijakan Dewan Keamanan sebagai salah satu badan utama PBB, selalu mengikuti langkah kelima negara tersebut, khususnya AS. Sebaliknya, Majlis Umum yang menjadi forum seluruh anggota PBB justeru tidak memiliki kekuatan yang berarti dibanding dengan Dewan Keamanan. Ketidakadilan inilah yang telah menghambat keberhasilan PBB dalam mengemban misinya, dan bahkan telah melahirkan protes dari banyak negara anggotanya.
Piagam PBB adalah konstitusi PBB. Ia ditanda tangani di San Francisco pada tanggal 26 Juni 1945 oleh kelima puluh anggota asli PBB. Piagam ini mulai berlaku pada 24 Oktober 1945 setelah ditandatangani oleh lima anggota pendirinya-Republik China (Taiwan), Perancis, Uni Soviet, Britania Raya, Amerika Serikat -dan mayoritas penanda tangan lainnya. Sebagai sebuah Piagam ia adalah sebuah perjanjian konstituen, dan seluruh penanda tangan terikat dengan isinya. Selain itu,
Piagam tersebut juga secara eksplisit menyatakan bahwa Piagam PBB mempunyai kuasa melebihi seluruh perjanjian lainnya. Ia diratifikasi oleh AS pada 8 Agustus 1945, yang membuatnya menjadi negara pertama yang bergabung dengan PBB.
tujuan PBB
Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.
Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.
Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan.
Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.
Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB.
asas PBB
Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota.
Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota.
Penyelesaian sengketa dengan cara damai.
Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB.
PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.
Struktur organisasi
Piagam PBB menguntukkan enam alat yang utama, iaitu:
Perhimpunan Agung
Majlis Keselamatan
Majlis Ekonomi dan Sosial
Majlis Peramanahan
Mahkamah Keadilan Antarabangsa (ICJ)
Sekretariat
Bagaimanapun, terdapatnya juga banyak agensi khas untuk tujuan-tujuan yang tertentu. Untuk nama agensi-agensi PBB yang lain, sila lihat bahagian: Senarai badan-badan PBB yang lain.
1.Perhimpunan Agung
Perhimpunan Agung PBB (GA) terdiri daripada kesemua ahli-ahli pertubuhan ini dan bertemu setiap tahun di bawah seorang presiden yang dipilih daripada wakil-wakilnya.
Sebagai alat PBB tunggal yang diwakili oleh kesemua ahli, Perhimpunan ini bertindak sebagai forum untuk ahli-ahlinya membincangkan persoalan undang-undang antarabangsa serta membuat keputusan tentang pengendalian pertubuhan ini.
2 Majlis Keselamatan
Majlis Keselamatan UN merupakan alat yang paling berkuasa dalam PBB. Ia bertanggungjawab kepada pemeliharaan keamanan dan keselamatan antara negara-negara. Sedangkan alat-alat PBB yang lain hanya membuat cadangan kepada kerajaan ahli-ahli, Majlis Keselamatan mempunyai kuasa di bawah Piagam PBB untuk memutuskan mana satu kerajaan ahlinya harus melaksanakan keputusannya.
Keputusan-keputusan Majlis Keselamatan digelarkan "Ketetapan Majlis Keselamatan PBB". Ahli-ahli Majlis Keselamatan bergilir-gilir memegang jawatan pengerusi setiap bulan.
3 Majlis Ekonomi dan Sosial
Majlis Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) PBB membantu Perhimpunan Agung untuk mempromosikan kerjasama dan perkembangan ekonomi dan sosial antarabangsa. ECOSOC mempunyai 54 ahli yang dipilih oleh Perhimpunan Agung untuk tempoh tiga tahun. Walaupun setiap ahli PBB berlayak untuk dipilih, ahli-ahlinya sentiasa menyokong ahli-ahli daripada negara "Dunia Pertama".
Presiden ECOSOC dipilih untuk tempoh satu tahun daripada kalangan ahlinya yang merupakan kuasa kecil ataupun tengah. ECOSOC bertemu setiap tahun pada bulan Julai untuk sidang selama empat minggu. Sejak 1998, ia telah mengadakan lagi sebuah mesyuarat pada setiap April untuk bertemu dengan menteri-menteri kewangan yang mengetuai jawatankuasa utama dalam Bank Dunia dan Tabung Kewangan Antarabangsa (IMF).
ECOSOC berfungsi dengan cara yang serupa dengan organ-organ PBB yang lain, termasuklah mengumpul maklumat, menasihatkan ahli-ahli negara, dan membuat cadangan. Tambahan pula, ECOSOC adalah di dalam kedudukan yang baik untuk memberikan polisi kepaduan dan menyelaraskan fungsi-fungi badan-badan subsidiari PBB yang bertindih; dimana dalam peranan ini bahawa ia amat giat.
4 MAJELIS PERWALIAN
Majlis Peramanahan PBB telah ditubuhkan untuk membantu memastikan bahawa wilayah-wilayah bukan perintah diri ditadbirkan melalui penjagaan kepentingan penduduk-penduduk serta keamanan dan keselamatan antarabangsa. Kini, kesemua wilayah amanah ini — kebanyakannya merupakan mandat Liga Bangsa-bangsa ataupun wilayah yang diambil daripada negara-negara yang ditewaskan pada akhir Perang Dunia II — telah memperoleh kerajaan sendiri ataupun kemerdekaan, baik sebagai negara tersendiri, mahupun melalui penggabungan dengan negara jiran yang merdeka. Palau merupakan wilayah yang terakhir, dan telah menjadi ahli PBB pada Disember 1994.
Selepas misinya telah siap, Majlis Peramanahan menggantungkan operasinya pada 1 November 1994, dan walaupun ia masih wujud pada kertas, penghapusannya yang rasmi memerlukan penyemakan Piagam PBB. Bagaimanapun, pada Mac 2005, Setiausaha Agung Kofi Annan mencadangkan reformasi yang meluas, termasuknya penghapusan Majlis Peramanahan.
5 Mahkamah Keadilan Antarabangsa
Mahkamah Keadilan Antarabangsa (dikenali dalam bahasa basahan sebagai "Mahkamah Dunia" atau ICJ} merupakan alat kehakiman yang utama untuk PBB. Ia ditempatkan di Peace Palace, Hague, Belanda.
Ditubuhkan pada tahun 1945, Mahkamah ini merupakan waris kepada Mahkamah Keadilan Antarabangsa. Mahkamah ini harus tidak dikeliru dengan Mahkamah Jenayah Antarabangsa (Belgium) yang juga mempunyai kuasa "sejagat". Bahasa Inggeris dan bahasa Perancis merupakan bahasa rasminya.
Fungsi-fungsi utamanya adalah untuk menyelesaikan pertikaian undang-undang yang diserahkan oleh ahli-ahli negara serta untuk memberi nasihat tentang soalan-soalan undang-undang yang diserahkan oleh alat-alat dan agensi-agensi antarabangsa yang diberi kuasa. Bilangan keputusan yang dibuat oleh ICJ masih tidak banyak, tetapi terdapatnya kesanggupan yang lebih besar untuk menggunakan Mahkamah ini sejak tahun-tahun 1980-an, khususnya di kalangan negara-negara membangun. Bagaimanapun, Amerika Syarikat telah menarik diri daripada bidang kuasa wajib pada tahun 1986, dan kini hanya menerima keputusan mahkamah mengikut budi bicaranya.
6 Sekretariat
Sekretariat PBB diketuai oleh Setiausaha Agung yang dibantu oleh sekumpulan kakitangan awam antarabangsa. Piagam PBB mensyaratkan bahawa kakitangannya dipilih daripada kawasan-kawasan yang meluas di seluruh dunia. Setiausaha Agung seorang diri sahaja bertanggungjawab memilih kakitangan.
Sekretariat PBB membekalkan kajian, maklumat dan kemudahan yang diperlu oleh badan-badan PBB untuk mesyuarat mereka. Ia juga melaksanakan tugas yang diarahkan oleh Majlis Keselamatan, Perhimpunan Agung, Majlis Ekonomi dan Sosial, dan badan-badan PBB yang lain. Tugas-tugas Setiausaha Agung termasuk membantu menyelesaikan pertikaian antarabangsa, mentadbirkan operasi penjagaan keamanan, mengatur persidangan antarabangsa, mengumpul maklumat tentang pelaksanaan keputusan-keputusan Majlis Keselamatan serta berunding dengan kerajaan ahli-ahlinya terhadap pelbagai langkah yang dimulakan oleh PBB.
PERANAN PBB
Di mana peran PBB sebagai institusi internasional yang paling bertanggung jawab atas perdamaian dan stabilitas percaturan politik internasional? Mengapa PBB tidak pernah mampu mengambil alih kasus internasional yang melibatkan negara-negara kuat di dalamnya? Sebagai institusi internasional terbesar, PBB bertugas menjaga stabilitas internasional yang terwujud dalam tiga hal: peningkatan perdamaian; penciptaan perdamaian; dan pemeliharaan perdamaian. Kenyataannya, tugas itu kerap menghadapi hambatan yang justru datang dari anggotanya sendiri. Dalam kasus yang berkait dengan negara yang memiliki power relatif lemah, peran PBB terlihat amat menonjol dan kuat. Tetapi dalam menghadapi aksi negara kuat, PBB justru sebaliknya, terlihat lemah tidak berdaya. Ini terjadi karena dalam hubungan internasional, pembangunan dan pelaksanaan suatu hukum, kaidah, dan tata aturan berbagai kesepakatan lembaga internasional, selalu mengalami aneka hambatan dan ketidak-efektivan karena terhadang batasan kedaulatan setiap negara atau tidak adanya lembaga internasional otoritatif yang berkompeten dalam pengaturan sistem internasional. Segala norma dan institusi internasional seolah mandul tidak berdampak serius terhadap para defector, terutama negara-negara yang memiliki power relatif besar. Hukum internasional dan berbagai norma organisasi internasional banyak ditaati, tetapi negara-negara besar dapat melanggarnya jika mereka mau tanpa ada sanksi berarti dari negara-negara lain atau PBB sekalipun. Dengan nada mengejek, Stalin menganalogkan PBB seperti Paus, tidak memiliki pasukan militer sendiri serta perindustrian untuk menghasilkan berbagai komoditas yang dapat digunakan guna mengubah kebijakan eksternal maupun internal suatu negara.
PBB bermarkas tetap di New York. Tujuan utama didirikannya PBB, seperti yang disinggung dalam piagam PBB, adalah untuk menjaga perdamaian di dunia, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa, memupuk kerjasama internasional untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan budaya, serta mengembangkan penghormatan atas Hak Asasi Manusia dan kebebasan.
Tak dapat disangkal bahwa PBB telah melakukan banyak hal yang patut dipuji. Namun, adanya hak veto untuk lima negara anggota tetap Dewan Keamanan, yaitu AS, Rusia, Inggris, Prancis dan China, telah membuat kebijakan Dewan Keamanan sebagai salah satu badan utama PBB, selalu mengikuti langkah kelima negara tersebut, khususnya AS. Sebaliknya, Majlis Umum yang menjadi forum seluruh anggota PBB justeru tidak memiliki kekuatan yang berarti dibanding dengan Dewan Keamanan. Ketidakadilan inilah yang telah menghambat keberhasilan PBB dalam mengemban misinya, dan bahkan telah melahirkan protes dari banyak negara anggotanya.
Piagam PBB adalah konstitusi PBB. Ia ditanda tangani di San Francisco pada tanggal 26 Juni 1945 oleh kelima puluh anggota asli PBB. Piagam ini mulai berlaku pada 24 Oktober 1945 setelah ditandatangani oleh lima anggota pendirinya-Republik China (Taiwan), Perancis, Uni Soviet, Britania Raya, Amerika Serikat -dan mayoritas penanda tangan lainnya. Sebagai sebuah Piagam ia adalah sebuah perjanjian konstituen, dan seluruh penanda tangan terikat dengan isinya. Selain itu,
Piagam tersebut juga secara eksplisit menyatakan bahwa Piagam PBB mempunyai kuasa melebihi seluruh perjanjian lainnya. Ia diratifikasi oleh AS pada 8 Agustus 1945, yang membuatnya menjadi negara pertama yang bergabung dengan PBB.
tujuan PBB
Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.
Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.
Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan.
Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.
Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB.
asas PBB
Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota.
Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota.
Penyelesaian sengketa dengan cara damai.
Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB.
PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.
Struktur organisasi
Piagam PBB menguntukkan enam alat yang utama, iaitu:
Perhimpunan Agung
Majlis Keselamatan
Majlis Ekonomi dan Sosial
Majlis Peramanahan
Mahkamah Keadilan Antarabangsa (ICJ)
Sekretariat
Bagaimanapun, terdapatnya juga banyak agensi khas untuk tujuan-tujuan yang tertentu. Untuk nama agensi-agensi PBB yang lain, sila lihat bahagian: Senarai badan-badan PBB yang lain.
1.Perhimpunan Agung
Perhimpunan Agung PBB (GA) terdiri daripada kesemua ahli-ahli pertubuhan ini dan bertemu setiap tahun di bawah seorang presiden yang dipilih daripada wakil-wakilnya.
Sebagai alat PBB tunggal yang diwakili oleh kesemua ahli, Perhimpunan ini bertindak sebagai forum untuk ahli-ahlinya membincangkan persoalan undang-undang antarabangsa serta membuat keputusan tentang pengendalian pertubuhan ini.
2 Majlis Keselamatan
Majlis Keselamatan UN merupakan alat yang paling berkuasa dalam PBB. Ia bertanggungjawab kepada pemeliharaan keamanan dan keselamatan antara negara-negara. Sedangkan alat-alat PBB yang lain hanya membuat cadangan kepada kerajaan ahli-ahli, Majlis Keselamatan mempunyai kuasa di bawah Piagam PBB untuk memutuskan mana satu kerajaan ahlinya harus melaksanakan keputusannya.
Keputusan-keputusan Majlis Keselamatan digelarkan "Ketetapan Majlis Keselamatan PBB". Ahli-ahli Majlis Keselamatan bergilir-gilir memegang jawatan pengerusi setiap bulan.
3 Majlis Ekonomi dan Sosial
Majlis Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) PBB membantu Perhimpunan Agung untuk mempromosikan kerjasama dan perkembangan ekonomi dan sosial antarabangsa. ECOSOC mempunyai 54 ahli yang dipilih oleh Perhimpunan Agung untuk tempoh tiga tahun. Walaupun setiap ahli PBB berlayak untuk dipilih, ahli-ahlinya sentiasa menyokong ahli-ahli daripada negara "Dunia Pertama".
Presiden ECOSOC dipilih untuk tempoh satu tahun daripada kalangan ahlinya yang merupakan kuasa kecil ataupun tengah. ECOSOC bertemu setiap tahun pada bulan Julai untuk sidang selama empat minggu. Sejak 1998, ia telah mengadakan lagi sebuah mesyuarat pada setiap April untuk bertemu dengan menteri-menteri kewangan yang mengetuai jawatankuasa utama dalam Bank Dunia dan Tabung Kewangan Antarabangsa (IMF).
ECOSOC berfungsi dengan cara yang serupa dengan organ-organ PBB yang lain, termasuklah mengumpul maklumat, menasihatkan ahli-ahli negara, dan membuat cadangan. Tambahan pula, ECOSOC adalah di dalam kedudukan yang baik untuk memberikan polisi kepaduan dan menyelaraskan fungsi-fungi badan-badan subsidiari PBB yang bertindih; dimana dalam peranan ini bahawa ia amat giat.
4 MAJELIS PERWALIAN
Majlis Peramanahan PBB telah ditubuhkan untuk membantu memastikan bahawa wilayah-wilayah bukan perintah diri ditadbirkan melalui penjagaan kepentingan penduduk-penduduk serta keamanan dan keselamatan antarabangsa. Kini, kesemua wilayah amanah ini — kebanyakannya merupakan mandat Liga Bangsa-bangsa ataupun wilayah yang diambil daripada negara-negara yang ditewaskan pada akhir Perang Dunia II — telah memperoleh kerajaan sendiri ataupun kemerdekaan, baik sebagai negara tersendiri, mahupun melalui penggabungan dengan negara jiran yang merdeka. Palau merupakan wilayah yang terakhir, dan telah menjadi ahli PBB pada Disember 1994.
Selepas misinya telah siap, Majlis Peramanahan menggantungkan operasinya pada 1 November 1994, dan walaupun ia masih wujud pada kertas, penghapusannya yang rasmi memerlukan penyemakan Piagam PBB. Bagaimanapun, pada Mac 2005, Setiausaha Agung Kofi Annan mencadangkan reformasi yang meluas, termasuknya penghapusan Majlis Peramanahan.
5 Mahkamah Keadilan Antarabangsa
Mahkamah Keadilan Antarabangsa (dikenali dalam bahasa basahan sebagai "Mahkamah Dunia" atau ICJ} merupakan alat kehakiman yang utama untuk PBB. Ia ditempatkan di Peace Palace, Hague, Belanda.
Ditubuhkan pada tahun 1945, Mahkamah ini merupakan waris kepada Mahkamah Keadilan Antarabangsa. Mahkamah ini harus tidak dikeliru dengan Mahkamah Jenayah Antarabangsa (Belgium) yang juga mempunyai kuasa "sejagat". Bahasa Inggeris dan bahasa Perancis merupakan bahasa rasminya.
Fungsi-fungsi utamanya adalah untuk menyelesaikan pertikaian undang-undang yang diserahkan oleh ahli-ahli negara serta untuk memberi nasihat tentang soalan-soalan undang-undang yang diserahkan oleh alat-alat dan agensi-agensi antarabangsa yang diberi kuasa. Bilangan keputusan yang dibuat oleh ICJ masih tidak banyak, tetapi terdapatnya kesanggupan yang lebih besar untuk menggunakan Mahkamah ini sejak tahun-tahun 1980-an, khususnya di kalangan negara-negara membangun. Bagaimanapun, Amerika Syarikat telah menarik diri daripada bidang kuasa wajib pada tahun 1986, dan kini hanya menerima keputusan mahkamah mengikut budi bicaranya.
6 Sekretariat
Sekretariat PBB diketuai oleh Setiausaha Agung yang dibantu oleh sekumpulan kakitangan awam antarabangsa. Piagam PBB mensyaratkan bahawa kakitangannya dipilih daripada kawasan-kawasan yang meluas di seluruh dunia. Setiausaha Agung seorang diri sahaja bertanggungjawab memilih kakitangan.
Sekretariat PBB membekalkan kajian, maklumat dan kemudahan yang diperlu oleh badan-badan PBB untuk mesyuarat mereka. Ia juga melaksanakan tugas yang diarahkan oleh Majlis Keselamatan, Perhimpunan Agung, Majlis Ekonomi dan Sosial, dan badan-badan PBB yang lain. Tugas-tugas Setiausaha Agung termasuk membantu menyelesaikan pertikaian antarabangsa, mentadbirkan operasi penjagaan keamanan, mengatur persidangan antarabangsa, mengumpul maklumat tentang pelaksanaan keputusan-keputusan Majlis Keselamatan serta berunding dengan kerajaan ahli-ahlinya terhadap pelbagai langkah yang dimulakan oleh PBB.
PERANAN PBB
Di mana peran PBB sebagai institusi internasional yang paling bertanggung jawab atas perdamaian dan stabilitas percaturan politik internasional? Mengapa PBB tidak pernah mampu mengambil alih kasus internasional yang melibatkan negara-negara kuat di dalamnya? Sebagai institusi internasional terbesar, PBB bertugas menjaga stabilitas internasional yang terwujud dalam tiga hal: peningkatan perdamaian; penciptaan perdamaian; dan pemeliharaan perdamaian. Kenyataannya, tugas itu kerap menghadapi hambatan yang justru datang dari anggotanya sendiri. Dalam kasus yang berkait dengan negara yang memiliki power relatif lemah, peran PBB terlihat amat menonjol dan kuat. Tetapi dalam menghadapi aksi negara kuat, PBB justru sebaliknya, terlihat lemah tidak berdaya. Ini terjadi karena dalam hubungan internasional, pembangunan dan pelaksanaan suatu hukum, kaidah, dan tata aturan berbagai kesepakatan lembaga internasional, selalu mengalami aneka hambatan dan ketidak-efektivan karena terhadang batasan kedaulatan setiap negara atau tidak adanya lembaga internasional otoritatif yang berkompeten dalam pengaturan sistem internasional. Segala norma dan institusi internasional seolah mandul tidak berdampak serius terhadap para defector, terutama negara-negara yang memiliki power relatif besar. Hukum internasional dan berbagai norma organisasi internasional banyak ditaati, tetapi negara-negara besar dapat melanggarnya jika mereka mau tanpa ada sanksi berarti dari negara-negara lain atau PBB sekalipun. Dengan nada mengejek, Stalin menganalogkan PBB seperti Paus, tidak memiliki pasukan militer sendiri serta perindustrian untuk menghasilkan berbagai komoditas yang dapat digunakan guna mengubah kebijakan eksternal maupun internal suatu negara.
Biografi dan Foto Pahlawan revolusi
Pahlawan revolusi merupakan gelar kepahlawanan yang
diberikan kepada 7 orang pahlawan yang meninggal pada peristiwa G 30 S
PKI ( 30 September 1965 ). Berikut ini merupakan Biografi 7 pahlawan revolusi lengkap dengan fotonya
Letnan Jenderal Anumerta S. Parman
Nama: Letnan Jenderal Anumerta S. Parman
Lahir: Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918
Agama: Islam
Pendidikan Umum Terakhir: Sekolah Tinggi Kedokteran (tidak tamat)
Pendidikan Lain: Kenpei Kasya Butai
Pendidikan Tentara: Military Police School, Amerika Serikat.
Pengalaman Pekerjaan: Jawatan Kenpeitai
Karier Militer:
- Tahun 1964, Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)
- Tahun 1959, Atase Militer RI di London
- Staf di Kementerian Pertahanan
- Maret tahun 1950, Kepala Staf G
- Desember tahun 1949 Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.
- Tahun 1945, Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta
- Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Lahir: Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918
Agama: Islam
Pendidikan Umum Terakhir: Sekolah Tinggi Kedokteran (tidak tamat)
Pendidikan Lain: Kenpei Kasya Butai
Pendidikan Tentara: Military Police School, Amerika Serikat.
Pengalaman Pekerjaan: Jawatan Kenpeitai
Karier Militer:
- Tahun 1964, Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)
- Tahun 1959, Atase Militer RI di London
- Staf di Kementerian Pertahanan
- Maret tahun 1950, Kepala Staf G
- Desember tahun 1949 Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.
- Tahun 1945, Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta
- Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Kapten Peiere Andreas Tendean
Nama : Kapten Peiere Andreas Tendean
Lahir : Jakarta, 21 Februari 1939
Agama : protestan
Pendidikan Umum :
- SD di Magelang
- SMP B
- SMA B
pendidikan Militer : ATEKAD
Lahir : Jakarta, 21 Februari 1939
Agama : protestan
Pendidikan Umum :
- SD di Magelang
- SMP B
- SMA B
pendidikan Militer : ATEKAD
Karier Militer :
- ikut dalam operasi Sapta Marga di Sumatera Utara. Beliau dilantik sebagai Letda Czi tahun 1962
- Danton Yon Zipur 2/Dam II Bukit Barisan
- Pendidikan Intelijen tahun 1963
- pernah menyusup ke Malaysia masa Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD
- 965 diangkat sebagai Ajudan Menko Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution ketika pangkatnya masih Letda, kemudian naik menjadi Lettu.
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
- ikut dalam operasi Sapta Marga di Sumatera Utara. Beliau dilantik sebagai Letda Czi tahun 1962
- Danton Yon Zipur 2/Dam II Bukit Barisan
- Pendidikan Intelijen tahun 1963
- pernah menyusup ke Malaysia masa Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD
- 965 diangkat sebagai Ajudan Menko Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution ketika pangkatnya masih Letda, kemudian naik menjadi Lettu.
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
Nama : Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
Lahir : Purwokerto, 20 Juni 1920
Agama : Islam.
Pendidikan Umum :
- MULO (setingkat SLTP)
- AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta, tamat tahun 1941
- Kursus Pusat Latihan Pemuda
- Latihan Keibodan, Seinendan, dan Syuisyintai
Lahir : Purwokerto, 20 Juni 1920
Agama : Islam.
Pendidikan Umum :
- MULO (setingkat SLTP)
- AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta, tamat tahun 1941
- Kursus Pusat Latihan Pemuda
- Latihan Keibodan, Seinendan, dan Syuisyintai
Pendidikan Tentara : Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tapi tidak sampai tamat.
Pengalaman Pekerjaan : Kantor Pendidikan Masyarakat
Pengalaman Pekerjaan : Kantor Pendidikan Masyarakat
Karier Militer :
- Deputy II Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), Jakarta
- Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, Medan
- Staf Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta
- Staf Angkatan Darat, Jakarta
- Kepala Staf Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro, Semarang
- Ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman
- Anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Meningga l: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
- Deputy II Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), Jakarta
- Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, Medan
- Staf Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta
- Staf Angkatan Darat, Jakarta
- Kepala Staf Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro, Semarang
- Ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman
- Anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Meningga l: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Nama : Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Lahir : Jenar, Purworejo, 19 Juni 1922
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama : Islam
Ayah : Sarjo bin Suharyo
Ibu : Murtini
Lahir : Jenar, Purworejo, 19 Juni 1922
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama : Islam
Ayah : Sarjo bin Suharyo
Ibu : Murtini
Pendidikan Formal:
- HIS (setingkat S D) Bogor, tamat tahun 1935
- MULO (setingkat S M P) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
- AMS (setingkat S M U) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan Militer:
- Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
- Pendidikan Heiho di Magelang
- Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
- Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
- Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956
- HIS (setingkat S D) Bogor, tamat tahun 1935
- MULO (setingkat S M P) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
- AMS (setingkat S M U) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan Militer:
- Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
- Pendidikan Heiho di Magelang
- Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
- Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
- Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956
Jabatan terakhir : Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962
Bintang Kehormatan:
- Bintang RI Kelas II
- Bintang Sakti
- Bintang Gerilya
- Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
- Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
- Satyalancana G:O.M. I dan VI
- Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
- Satyalancana Irian Barat (Trikora)
- Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Bintang Kehormatan:
- Bintang RI Kelas II
- Bintang Sakti
- Bintang Gerilya
- Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
- Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
- Satyalancana G:O.M. I dan VI
- Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
- Satyalancana Irian Barat (Trikora)
- Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono
Nama : Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono
Lahir : Srabaya, 20 Januari 1924
Agama : Islam
Pendidikan Umum:
- ELS (setingkat Sekolah Dasar)
- HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum)
- Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang)
Lahir : Srabaya, 20 Januari 1924
Agama : Islam
Pendidikan Umum:
- ELS (setingkat Sekolah Dasar)
- HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum)
- Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang)
Karier Militer:
- Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)
- Direktur Intendans Angkatan Darat
- Atase Militer RI di Negara Belanda (tahun 1950)
- Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB)
- Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda
- Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata
- Sekretaris Dewan Pertahanan Negara
- Bekerja di Kantor Penghubung
- Masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
- Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)
- Direktur Intendans Angkatan Darat
- Atase Militer RI di Negara Belanda (tahun 1950)
- Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB)
- Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda
- Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata
- Sekretaris Dewan Pertahanan Negara
- Bekerja di Kantor Penghubung
- Masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan
Nama : Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan
Lahir : Balige, Tapanuli, 9 Juni 1925
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama : Kristen
Pendidikan Formal:
- Sekolah Dasar
- Sekolah Menengah Pertama
- Sekolah Menengah Atas
Pendidkan Militer : Latihan Gyugun
Pendidikan Lain:
- Kursus Militer Atase (Milat), tahun 1956
- Associated Command and General Staff College, di Amerika Serikat
Lahir : Balige, Tapanuli, 9 Juni 1925
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama : Kristen
Pendidikan Formal:
- Sekolah Dasar
- Sekolah Menengah Pertama
- Sekolah Menengah Atas
Pendidkan Militer : Latihan Gyugun
Pendidikan Lain:
- Kursus Militer Atase (Milat), tahun 1956
- Associated Command and General Staff College, di Amerika Serikat
Karier Militer:
- Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), tahun 1962
- Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat
- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) II/Sriwijaya di Palembang
- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan
- Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
- Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera
- Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, tahun 1948
- Komandan Batalyon Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
- Anggota Gyugun Pekanbaru, Riau
- Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), tahun 1962
- Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat
- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) II/Sriwijaya di Palembang
- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan
- Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
- Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera
- Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, tahun 1948
- Komandan Batalyon Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
- Anggota Gyugun Pekanbaru, Riau
Prestasi :
- Salah seorang pembentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
- Membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI
Tanda Kehormatan : Pahlawan Revolusi
- Salah seorang pembentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
- Membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI
Tanda Kehormatan : Pahlawan Revolusi
Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Nama : Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Lahir : Kebumen, 23 Agustus 1922
Gugur : Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
Lahir : Kebumen, 23 Agustus 1922
Gugur : Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
Agama : Islam
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Pendidikan:
- HIS di Semarang
- AMS tahun 1942 di Semarang
- Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta.
- HIS di Semarang
- AMS tahun 1942 di Semarang
- Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta.
Karir:
- Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo
- Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946)
- Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949)
- Komandan Batalyon I CPM (1950)
- Danyon V CPM (1951)
- Kepala Staf MBPM (1954)
- Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol (1955-1956)
- Asisten ATMIL di London (1956)
- Pendidikan Kursus “C” Seskoad (1960)
- 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD dan tahun 1964 naik pangkat menjadi Brigjen
- Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo
- Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946)
- Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949)
- Komandan Batalyon I CPM (1950)
- Danyon V CPM (1951)
- Kepala Staf MBPM (1954)
- Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol (1955-1956)
- Asisten ATMIL di London (1956)
- Pendidikan Kursus “C” Seskoad (1960)
- 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD dan tahun 1964 naik pangkat menjadi Brigjen
Biografi dan Foto Pahlawan revolusi
Pahlawan revolusi merupakan gelar kepahlawanan yang diberikan kepada 7 orang pahlawan yang meninggal pada peristiwa G 30 S PKI ( 30 September 1965 ). Berikut ini merupakan Biografi 7 pahlawan revolusi lengkap dengan fotonya
Letnan Jenderal Anumerta S. Parman
Nama: Letnan Jenderal Anumerta S. Parman
Lahir: Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918
Agama: Islam
Pendidikan Umum Terakhir: Sekolah Tinggi Kedokteran (tidak tamat)
Pendidikan Lain: Kenpei Kasya Butai
Pendidikan Tentara: Military Police School, Amerika Serikat.
Pengalaman Pekerjaan: Jawatan Kenpeitai
Karier Militer:
- Tahun 1964, Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)
- Tahun 1959, Atase Militer RI di London
- Staf di Kementerian Pertahanan
- Maret tahun 1950, Kepala Staf G
- Desember tahun 1949 Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.
- Tahun 1945, Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta
- Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Kapten Peiere Andreas Tendean
Nama : Kapten Peiere Andreas Tendean
Lahir : Jakarta, 21 Februari 1939
Agama : protestan
Pendidikan Umum :
- SD di Magelang
- SMP B
- SMA B
pendidikan Militer : ATEKAD
Karier Militer :
- ikut dalam operasi Sapta Marga di Sumatera Utara. Beliau dilantik sebagai Letda Czi tahun 1962
- Danton Yon Zipur 2/Dam II Bukit Barisan
- Pendidikan Intelijen tahun 1963
- pernah menyusup ke Malaysia masa Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD
- 965 diangkat sebagai Ajudan Menko Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution ketika pangkatnya masih Letda, kemudian naik menjadi Lettu.
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
Nama : Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
Lahir : Purwokerto, 20 Juni 1920
Agama : Islam.
Pendidikan Umum :
- MULO (setingkat SLTP)
- AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta, tamat tahun 1941
- Kursus Pusat Latihan Pemuda
- Latihan Keibodan, Seinendan, dan Syuisyintai
Pendidikan Tentara : Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tapi tidak sampai tamat.
Pengalaman Pekerjaan : Kantor Pendidikan Masyarakat
Karier Militer :
- Deputy II Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), Jakarta
- Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, Medan
- Staf Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta
- Staf Angkatan Darat, Jakarta
- Kepala Staf Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro, Semarang
- Ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman
- Anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Meningga l: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Nama : Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Lahir : Jenar, Purworejo, 19 Juni 1922
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama : Islam
Ayah : Sarjo bin Suharyo
Ibu : Murtini
Pendidikan Formal:
- HIS (setingkat S D) Bogor, tamat tahun 1935
- MULO (setingkat S M P) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
- AMS (setingkat S M U) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan Militer:
- Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
- Pendidikan Heiho di Magelang
- Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
- Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
- Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956
Jabatan terakhir : Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962
Bintang Kehormatan:
- Bintang RI Kelas II
- Bintang Sakti
- Bintang Gerilya
- Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
- Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
- Satyalancana G:O.M. I dan VI
- Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
- Satyalancana Irian Barat (Trikora)
- Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono
Nama : Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono
Lahir : Srabaya, 20 Januari 1924
Agama : Islam
Pendidikan Umum:
- ELS (setingkat Sekolah Dasar)
- HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum)
- Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang)
Karier Militer:
- Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)
- Direktur Intendans Angkatan Darat
- Atase Militer RI di Negara Belanda (tahun 1950)
- Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB)
- Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda
- Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata
- Sekretaris Dewan Pertahanan Negara
- Bekerja di Kantor Penghubung
- Masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan
Nama : Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan
Lahir : Balige, Tapanuli, 9 Juni 1925
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama : Kristen
Pendidikan Formal:
- Sekolah Dasar
- Sekolah Menengah Pertama
- Sekolah Menengah Atas
Pendidkan Militer : Latihan Gyugun
Pendidikan Lain:
- Kursus Militer Atase (Milat), tahun 1956
- Associated Command and General Staff College, di Amerika Serikat
Karier Militer:
- Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), tahun 1962
- Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat
- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) II/Sriwijaya di Palembang
- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan
- Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
- Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera
- Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, tahun 1948
- Komandan Batalyon Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
- Anggota Gyugun Pekanbaru, Riau
Prestasi :
- Salah seorang pembentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
- Membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI
Tanda Kehormatan : Pahlawan Revolusi
Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Nama : Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Lahir : Kebumen, 23 Agustus 1922
Gugur : Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
Agama : Islam
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi
Pendidikan:
- HIS di Semarang
- AMS tahun 1942 di Semarang
- Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta.
Karir:
- Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo
- Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946)
- Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949)
- Komandan Batalyon I CPM (1950)
- Danyon V CPM (1951)
- Kepala Staf MBPM (1954)
- Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol (1955-1956)
- Asisten ATMIL di London (1956)
- Pendidikan Kursus “C” Seskoad (1960)
- 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD dan tahun 1964 naik pangkat menjadi Brigjen
Galeri Foto Pahlawan Revolusi
sumber : ridwanaz.com
editor : dawie
Sejarah ASEAN (Association of Southeast Asia Nations)
ASEAN adalah singkatan dari Association of Southeast Asia Nations atau
dalam bahasa indonesia disebut dengan Perhimpunan bangsa bangsa asia
tenggara, merupakan organisasi geopolitik dan ekonomi yang anggotanya
dari negara negara di wilayah asia tenggara. ASEAN berdiri pada tanggal 8
Agustus 1967 di kota Bangkok, Thailand. ASEAN berdiri melalui Deklarasi
Bangkok di prakarsai oleh lima negara Asia tenggara antara lain
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Setiap wakil
negara pemkrakarsa ASEAN ikut menandatangin deklarasi bangkok, Indonesia
diwakili oleh Adam Malik, Filipina oleh Narciso R. Ramos, Malaysia oleh
Tun Abdul Razak, Singapura oleh S. Rajaratman, dan Thailan oleh Thanat
Khoman.
Isi Deklarasi Bangkok
Isi dari Deklarasi Bangkok mempunyai 5 pokok penting, yaitu :
- Mempercepat pertumubuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara
- Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
- Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik,ilmu pengetahuan, dan administrasi
- Memelihara kerjasama yang erat di tengah – tengah organisasi regional dan internasional yang ada
- Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara
Tujuan didirikan Asean adalah
untuk meningkatkan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan kebudayaan
negara negara anggotanya, dan juga untuk memajukan perdamaian di tingkat
regionalnya. Setiap bulan oktober Negara negara anggota ASEAN
mengadakan rapat umum.
ASEAN mempunyai prinsip prinsip utama, antara lain
ASEAN mempunyai prinsip prinsip utama, antara lain
- Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional, dan identitas nasional setiap negara
- Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas dari pada campur tangan, subversif atau koersi pihak luar
- Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota
- Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai
- Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan
- Kerja sama efektif antara anggota
Negara Anggota ASEAN
Anggota ASEAN yang dulunya hanya lima negara di Asia tenggara, sekarang telah menjadi sepuluh negara, yaitu sebagai berikut
- Filipina negara pendiri
- Indonesia negara pendiri
- Malaysia negara pendiri
- Singapura negara pendiri
- Thailand negara pendiri
- Brunei Darussalam bergabung pada 7 Januari 1984
- Vietnam bergabung pada 28 Juli 1995
- Laos bergabung pada 23 Juli 1997
- Myanmar bergabung pada 23 Juli 1997
- Kamboja bergabung pada 16 Desember 1998
Bisa dikatakan saat ini anggota ASEAN adalah hampir semua negara wilayah asia tenggara, kecuali Timor leste dan papua nugini
Mengapa negara Timor Leste belum bergabung ?
Seperti yang telah kita tahu bahwa Timor Leste dulunya adalah negara bagian dari Republik Indonesia. oleh ASEAN saat ini negara Timor Lestes mendapat status pemerhati dalam Asean, setelah mendapat banyak protes dari negara negara Anggota ASEAn yang tidak mendukung Timor leste untuk masuk menjadi anggota ASEAN, yang berdasar rasa hormat kepada negara Indonesia.
Seperti yang telah kita tahu bahwa Timor Leste dulunya adalah negara bagian dari Republik Indonesia. oleh ASEAN saat ini negara Timor Lestes mendapat status pemerhati dalam Asean, setelah mendapat banyak protes dari negara negara Anggota ASEAn yang tidak mendukung Timor leste untuk masuk menjadi anggota ASEAN, yang berdasar rasa hormat kepada negara Indonesia.
Sejak
restorasi kemerdekaan Timor-Leste pada Mei 2002, ASEAN telah banyak
membantu Timor-Leste. Timor-Leste telah diundang untuk hadir dalam
beberapa pertemuan ASEAN. Meskipun begitu, Timor-Leste masih tetap
berstatus observer. Mantan Menlu Timor Leste yang sekarang menjadi
Presiden, Ramos Horta, pernah menyatakan tidak berminat menjadi anggota
ASEAN, karena Timor-Leste dinilai bukan negara Asia (Tenggara),
melainkan negara Pasifik atau Australia. Berbeda dengan rekannya Xanana
Gusmao yang menyatakan bahwa akan lebih menguntungkan bagi Timor Leste
apabila berafiliasi dengan ASEAN dibandingkan dengan apabila bergabung
dengan Pacific Islands Forum.
Perkembangan
terakhir mengindikasikan bahwa Timor-Leste sangat berminat untuk
menjadi anggota ASEAN. Bahkan Pemerintah Timor-Leste melalui Kementerian
Luar Negerinya telah menargetkan bahwa Timor-Leste akan menjadi anggota
ASEAN pada tahun 2012, hal ini sangat didukung oleh pemerintah
Indonesia juga negara-negara anggota ASEAN lainnya seperti Filipina,
Malaysia, Thailand, Singapura dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat bahwa
Pemerintah Timor-Leste juga telah membuka Sekretariat Nasional ASEAN di
Dili pada awal bulan Februari 2009, dimana sekretariat ini akan
berfungsi untuk mempersiapkan tahapan-tahapan menjadi keanggotaan ASEAN
Foto Wakil negara asean
Narciso R. Ramos dari Filipina (Foto tidak ditemukan)
Ya
itulah artikel singat yang membahas mengenai Sejarah ASEAN dan juga
negara negara Anggotanya, semoga bermanfaat bagi anda yang membutuhkan.
sumber : ridwanaz.com
Malaikat Allah Yang Wajib diketahui (Lengkap penjelasan)
Malaikat itu bilangannya banyak
sekali. Setiap malaikat mempunyai tugas masing-masing dari Allah SWT. Ada
diantara mereka yang rukuk sepanjang hidupnya. Ada yang sujud saja. Ada juga
yang sepanjang hidupnya menjaga arasy. Bahkan setiap kejadian, setiap
kerja-kerja Allah SWT ada malaikat-malaikat yang diberi tugas untuk menunaikan
dan memeliharanya.
1. Bersabda Nabi SAW :
“Sesungguhnya aku mendengar langit berkeriut dan bergemeretak, dan tidaklah ada
satu tempat sebesar sejengkal kecuali ada seorang malaikat meletakkan dahinya
sedang bersujud atau berdiri shalat.”
2. Bersabda Nabi SAW : “Masuk ke
dalam baitul Maâmur pada setiap harinya 70.000 malaikat dan tidak pernah keluar
lagi sampai hari Kiamat.”
Ini bukan berarti Allah SWT tidak
kuasa untuk menjadikan dan memelihara segala sesuatu tanpa malaikat.Demikianlah
diantara kehebatan dan kesempurnaan sistem Allah SWT. Segalanya sangat
tersusun, sangat teratur. Bahkan segalanya boleh terjadi hanya dengan berkata
jadilah maka terjadilah segala sesuatu.
Ada seribu satu team Allah SWT
yang sentiasa taat setia kepadaNya yang disebut malaikat. Mereka sentiasa siap
sedia membantu orang-orang yang beriman. Adapun malaikat-malaikat yang wajib
kita kenali ada 10, mereka itu adalah sebagai berikut:
1. Malaikat Jibril
, tugasnya adalah menyampaikan wahyu kepada nabi-nabi dan para rasul. Terutama
kepada Baginda Rasulullah SAW. Kadang-kadang Malaikat Jibril itu datang
menyerupai laki-laki yang gagah dan tampan dan ada kalanya para sahabatpun
mendengar dan menyaksikan ia berdialog dengan Baginda. Bentuk fisik Ruhul’qudus (Jibril)
Bentuk fisik Ruhul’qudus, ada tertera dalam uraian mengenai kisah nabi Muhammad
SAW, kala beliau mendapat wahyu kali ke dua, dan nabi menuntut untuk bertemu
atau melihat rupa asli sang utusan tuhan dari langit dalam rupa yang asli, atau
bagaimana sesungguhnya dzat wujud Jibril tanpa rupa samar, sebagaimana di
kali-kali yang lain, sang utusan (ruhul’qudus) selalu nampak dalam rupa seorang
manusia biasa.
Ruhul’Qudus ; Tampak wujudnya
dengan enam ratus sayap antara masrik dan magribh, (barat-timur) sayap dan
busana kebesarannya putih laksana mutiara yang larut, dengan rupa yang begitu
elok dan rupawan, dan dengan kekuatan yang dahsyat penuh mukzijat.
Katakanlah:
“Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya
(Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang
beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
Malikat Jibril adalah malaikat
yang menyampaikan berita kelahiran Nabi Isa kepada ibunya Siti Maryam dan juga
malaikat yang menyampaikan Al’Quran kepada Nabi Muhammad.
Dalam kisah suci perjalanan Isra’
Mi’raj, sesampainya di pos perjalanan Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril tidak
sanggup lagi mendampingi Rasulullah SAW untuk terus naik menghadap kehadirat
Allah SWT;
Beliau berkata :
“Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku
harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah yang dapat aku capai. Jika aku
terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh”.
Maha Suci Allah, ternyata
Malaikat Mulia Jibril AS pun tidak sampai kepada Allah SWT.
2. Malaikat Mikail
, tugasnya dalam soal kesejahteraan manusia seperti mengantar hujan, mengantar
angin, soal kesuburan tanah dan kesuburan-kesuburan lainnya.
3. Malaikat Israfil
, tugasnya dalam soal-soal yang berhubung kait dengan qiamat, seperti meniup
sangkakala tanda qiamat, meniup sangkakala tanda manusia dibangkitkan di padang
mahsyar dan lain-lain.
4. Malaikat Izrail
, tugasnya adalah mencabut nyawa dan membawa nyawa itu kemana mestinya.
5. Malaikat Munkar
dan
6. Nakir , tugas
kedua-duanya adalah menyoal manusia yang sudah mati di alam kubur. Datang
dengan wajah yang seram dan menakutkan bagi orang-orang yang mati membawa dosa
dan hati yang tidak selamat. Dan sebaliknya wajah yang mereka tampilkan akan
sangat indah dan menyejukkan pada mereka yang matinya husnul khatimah
7. Malaikat Rakib
, tugasnya adalah menuliskan amalan baik manusia.
8. Malaikat Atid
, tugasnya adalah mencatat amalan jahat manusia. Kedua-dua malaikat rakib atid
itu sentiasa mengiringi manusia dimana saja mereka berada dan kemana sana
mereka pergi. Malaikat rakib atid itu merupakan sekelompok malaikat yang
jumlahnya sebanding dengan jumlah manusia sepanjang zaman.
9. Malaikat Malik
, tugasnya adalah menjaga neraka dengan penampilan yang sangat menakutkan dan
mengerikan bagi para penghuni neraka.
10. Malaikat Ridwan
, tugasnya adalah menjaga syurga dengan penampilan yang sangat menyenangkan
para penghuni syurga.
Itulah sepuluh malaikat yang
wajib kita mengenal dan meyakininya sungguh-sungguh tanpa dicelahi
keragu-raguan walaupun sedikit. Bukan hanya difikiran tetapi sampai terasa
kewujudannya dihati. Sampai kita dapat membaca salam kepada mereka dan
berkomunikasi dengan mereka.
Untuk itu tentu kita tidak cukup
hanya belajar ilmu tauhid berkenaan dengan malaikat itu, tetapi mesti kita
sentiasa bertafakkur, mujahadah, menghayati ibadah dan berdoa selalu, memohon
kepada Allah agar kita diberi keyakinan yang sempurna kepada Allah dan apa-apa
yang Tuhan perintahkan kepada kita untuk meyakininya. Dengan itu mudah-mudahan
subur rasa bertuhan dan rasa kehambaan di hati kita, hingga benar-benar bersih
hati kita, hijab dibukakan oleh Allah dan tidak ada batas lagi antara kita
dengan malaikat.
Selain malaikat tersebut diatas
Al Qur’an juga menyebutkan beberapa malaikat lainnya, seperti :
- Malaikat Zabaniyah – 19 malaikat penyiksa dalam neraka
- Hamalatul Arsy – empat malaikat pembawa Arsy Allah (pada hari kiamat jumlahnya akan ditambah empat menjadi delapan
- Malaikat Rahmat (kitab Daqoiqul Akhbar)
- Malaikat Kiraman Katibin – pencatat amal baik dan buruk
- Malaikat Harut dan Marut
Nb : Semoga Bermanfaat Bagi Kita Semua (amien)
Slm Hangat,
Sumber : http://google.com
Sejarah Syekh Siti Jenar dalam 7 Versi
Mendiskusikan tentang wafatnya Syekh Siti Jenar memang cukup menarik. Sebagaimana banyaknya versi yang menjelaskan tentang asal-usul dan sosol Syekh Siti Jenar, maka demikian pula halnya tentang varian versi yang menerangkan tentang proses kematiannya. Secara umum kesamaan yang diperlihatkan oleh berbagai literatur seputar kematian Syekh Siti Jenar hanyalah yang berkaitan dengan masanya saja, yakni pada masa kerajaan Islam Demak di bawah pemerintahan Raden Fatah sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI. Tentu hal ini juga masih mengecualikan sebagian kisah versi Cirebon, yang menyebutkan bahwa wafatnya Syekh Siti Jenar terjadi pada masa Sultan Trenggono. Sedangkan yang berkaitan dengan proses kematiannya, berbagai sumber yang ada memberikan penjelasan yang berbeda-beda. Sampai saat ini, paling tidak terdapat beberapa asumsi (tujuh versi) mengenai proses meninggalnya Syekh Siti Jenar.
Versi
Pertama
Bahwa Syekh Siti Jenar wafat karena dihukum mati oleh Sultan
Demak, Raden Fatah atas persetujuan Dewan Wali Songo yang dipimpin oleh Sunan
Bonang. Sebagai algojo pelaksana hukuman pancung adalah Sunan Kalijaga, yang
dilaksanakan di alun-alun kesultanan Demak. Sebagian versi ini mengacu pada “Serat Syeikh Siti Jenar” oleh Ki Sosrowidjojo.
Versi
Kedua
Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati oleh Sunan Gunung Jati.
Pelaksana hukuman (algojo) adalah Sunan Gunung Jati sendiri, yang
pelaksanaannya di Masjid Ciptarasa Cirebon. Mayat Syekh Siti Jenar dimandikan
oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Giri, kemudian
dimakamkan di Graksan, yang kemudian disebut sebagai Pasarean Kemlaten. Hal ini tercantum dalam Wawacan Sunan Gunung Jati Pupuh ke-39 terbitan Emon Suryaatmana dan
T.D Sudjana (alin bahasa pada tahun 1994).
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudirman Tebba (2000: 41), Syekh
Siti Jenar dipenggal lehernya oleh Sunan Kalijaga. Pada awalnya mengucur darar
berwarna merah, kemudian berubah menjadi putih. Syekh Siti Jenar kemudian
berkata: “Tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya”. Kemudian tubuh Syekh Siti Jenar naik ke surga
seiring dengan kata-kata: ”Jika ada
seorang manusia yang percaya kepada kesatuan selain dari Allah Yang Mahakuasa, dia
akan kecewa, karena dia tidak akan memperoleh apa yang dia inginkan”.
Untuk kisah yang terdapat dalam versi pertama dan kedua masih
memiliki kelanjutan yang hampir sama.
Sebagaimana dikemukakan dalam Suluk Syekh Siti Jenar, disebutkan bahwa setelah Syekh Siti Jenar
meninggal di Krendhawasa tahun Nirjamna Catur Tunggal (1480 M. Tahun yang tentu
saja masih terlalu dini untuk kematian Syekh Siti Jenar), jenazahnya dibawa ke
Masjid Demak, karena saat itu magrib tiba, maka pemakaman dilakukan esok
paginya agar bisa disaksikan oleh raja. Para ulama sepakat untuk menjaga
jenazah Syekh Siti Jenar sambil melafalkan pujian-pujian kepada Tuhan. Ketika
waktu shalat tiba, para santri berdatangan ke masjid. Pada saat itu tiba-tiba
tercium bau yang sangat harum, seperti bau bunga Kasturi. Selesai shalat para
santri diperintahkan untuk meninggalkan masjid. Tinggal para ulama saja yang
tetap berada di dalamnya untuk menjaga jenazah Syekh Siti Jenar.
Bau harum terus menyengat, oleh karena itu Syekh Malaya mengajak
ulama lainnya untuk membuka peti jenazah Syekh Siti Jenar. Tatkala peti itu
terbuka, jenazah Syekh Siti Jenar memancarkan cahaya yang sangat indah, lalu
muncul warna pelangi memenuhi ruangan masjid. Sedangkan dari bawah peti
memancarkan sinar yang amat terang, bagaikan siang hari.
Dengan gugup, para ulama mendudukkan jenazah itu, lalu bersembah
sujud sambil menciumi tubuh tanpa nyawa itu bergantian hingga ujung jari. Kemudian
jenazah itu kembali dimasukkan ke dalam peti, Syekh Malaya terlihat tidak
berkenan atas tindakan rekan-rekannya itu.
Dalam Suluk Syekh Siti
Jenar dan Suluk Walisanga dikisahkan
bahwa para ulama telah berbuat curang. Jenazah Syekh Siti Jenar diganti dengan
bangkai anjing kudisan. Jenazah itu dimakamkan mereka di tempat yang
dirahasiakan. Peti jenazah diisi dengan bangkai anjing kudisan. Bangkai itu dipertontonkan
keesokan harinya kepada masyarakat untuk mengisyaratkan bahwa ajaran Syekh Siti
Jenar adalah sesat.
Digantinya jenazah Syekh Siti Jenar dengan bangkai anjing ini
ternyata diketahui oleh salah seorang muridnya bernama Ki Luntang. Dia datang
ke Demak untuk menuntut balas. Maka terjadilah perdebatan sengit antara Ki
Luntang dengan para Wali yang berakhir dengan kematiannya. Sebelum dia
mengambil kematiannya, dia menyindir kelicikan para Wali dengan mengatakan
(Sofwan, 2000: 221):
“...luh
ta payo totonen derengsun manthuk, yen wus mulih salinen, bangke sakarepmu
dadi. Khadal, kodok, rase, luwak, kucing kuwuk kang gampang lehmu sandi, upaya
sadhela entuk, wangsul sinantun gajah, sun pastheake sira nora bisa luruh reh
tanah jawa tan ana...”
...nah silahkan lihat diriku yang hendak menjemput kematian.
Jika nanti aku telah mati, kau boleh mengganti jasadku sekehendakmu, kadal,
kodok, rase, luwak atau kucing tua yang mudah kau peroleh. Tapi, jika hendak
mengganti dengan gajah, kau pasti tidak akan bisa karena di tanah Jawa tidak
ada...”
Seperti halnya sang guru, Ki Luntang pun mati atas kehendaknya
sendiri, berkonsentrasi untuk menutup jalan hidup menuju pintu kematian.
Versi
Ketiga
Bahwa Syekh Siti Jenar meninggal karena dijatuhi hukuman mati
oleh Sunan Giri, dan algojo pelaksana hukuman mati tersebut adalah Sunan Gunung
Jati. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa vonis yang diberikan Sunan Giri atas
usulan Sunan Kalijaga (Hasyim, 1987: 47).
Dikisahkan bahwa Syekh Siti Jenar mempunyai sebuah pesantren
yang banyak muridnya. Namun sayang, ajaran-ajarannya dipandang sesat dan keluar
dari ajaran Islam. Ia mengajarkan tentang keselarasan antara Tuhan, manusia dan
alam (Hariwijaya, 2006: 41-42).
Hubungan manusia dengan Tuhannya diungkapkan dengan “Manunggaling kawula-gusti” dan “Curiga Manjing Warangka”. Hubungan
manusia dengan alam diungkapkan dengan “Mengasah
Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi”, dan “Hamemayu Hayuning Bawana”, yang bermuara pada pembentukan “Jalma Sulaksana”, “Al-insan Al-kamil”, “Sarira
Bathara”, “Manusia Paripurna”, “Adi Manusia” yang imbang lahir batin, jiwa-raga,
intelektual spiritual, dan kepala dadanya.
Konsep manunggaling kawula gusti oleh Syekh Siti Jenar disebut
dengan “uninong aning unong”, saat
sepi senyap, hening, dan kosong. Sesungguhnya Zat Tuhan dan zat manusia adalah
satu, manusia ada dalam Tuhan dan Tuhan ada dalam manusia.
Sunan Giri sebagai ketua persidangan, setelah mendengar
penjelasan dari berbagai pihak dan bermusyawarah dengan para Wali, memutuskan
bahwa ajaran Syekh Siti Jenar itu sesat. Ajarannya bisa merusak moral
masyarakat yang baru saja mengenal Islam. Karenanya Syekh Siti Jenar dijatuhi
hukuman mati.
Syekh Siti Jenar masih diberi kesempatan selama setahun untuk
memperbaiki kesalahannya sekaligus menanti berdirinya Negara Demak secara
formal, karena yang berhak menentukan hukuman adalah pihak negara (Widji
saksono, 1995: 61). Kalau sampai waktu yang ditentukan ia tidak mengubah
pendiriannya, maka hukuman tersebut akan dilaksanakan.
Sejak saat itu, pesantren Syekh Siti Jenar ditutup dan
murid-muridnya pun bubar, menyembunyikan diri dan sebagian masih mengajarkan
ajaran wahdatul wujud meskipun secara
sembunyi-sembunyi. Setelah satu tahun berlalu, Syekh Siti Jenar ternyata tidak
berbubah pendiriannya. Maka dengan terpaksa Sunan Gunung Jati melaksanakan
eksekusi yang telah disepakati dulu. Jenazah Syekh Siti Jenar dimakamkan di
lingkungan keraton agar orang-orang tidak memujinya.
Versi
Keempat
Syekh Siti Jenar wafat karena vonis hukuman mati yang dijatuhi
Sunan Giri sendiri. Peristiwa kematian Syekh Siti Jenar versi ini sebagaimana yang
dikisahkan dalam Babad Demak. Menurut
babad ini Syekh Siti Jenar meninggal bukan karena kemauannya sendiri, dengan
kesaktiannya dia dapat menemui ajalnya, tetapi dia dibunuh oleh Sunan Giri. Keris
ditusukkan hingga tembus ke punggung dan mengucurkan darah berwarna kuning.
Setelah mengetahui bahwa suaminya dibunuh, istri Syekh Siti Jenar menuntut bela
kematian itu kepada Sunan Giri. Sunan Giri menghiburnya dengan mengatakan bahwa
dia bukan yang membunuh Syekh Siti Jenar tetapi dia mati atas kemauannya
sendiri. Diberitahukan juga bahwa suaminya kini berada di dalam surga. Sunan
Giri meminta dia melihat ke atas dan di sana dia melihat suaminya berada di
surga dikelilingi bidadari yang agung, duduk di singgasana yang berkilauan
(Sofwan, 2000: 218).
Kematian Syekh Siti Jenar dalam versi ini juga dikemukakan dalam
Babad Tanah Jawa yang disandur oleh
S. Santoso, dengan versi yang sedikit memiliki perbedaan. Dalam babad ini
disebutkan Syekh Siti Jenar terbang ke surga, tetapi badannya kembali ke
masjid. Para ulama takjub karena dia dapat terbang ke surga, namun kemudian
marah karena badannya kembali ke masjid. Melihat hal yang demikian, Sunan Giri
kemudian mengatakan bahwa tubuhnya harum ditikam dengan sebuah pedang, kemudian
dibakar. Syekh Maulana kemudian mengambil pedang dan menikamkannya ke tubuh
Syekh Siti Jenar, tetapi tidak mempan. Syekh Maulana bertambah marah dan
menuduh Syekh Siti Jenar berbohong atas pernyataannya yang menegaskan bahwa dia
rela mati.
Syekh Siti Jenar menerima banyak tikaman dari Syekh Maulana,
tetapi dia terus berdiri. Syekh Maulana kian gusar dan berkata, “Itu luka orang jahat, terluka tapi tidak
berdarah”. Dari luka-luka Syekh Siti Jenar itu seketika keluar darah berwarna
merah. Seketika Syekh Maulana berkata lagi, ”Itu luka orang biasa, bukan kawula gusti, karena darah yang keluar
berwarna merah”. Dari merah yang mengucur itu seketika berubah berwarna
putih. Syekh Maulana berkata lagi. “Ini
seperti kematian pohon kayu, keluar getah dari lukanya. Kalau ‘insan kamil’
betul tentu dapat masuk surga dengan badan jasmaninya, berarti kawula gusti
tidak terpisah”. Dalam sekejap mata tubuh Syekh Siti Jenar hilang dan
darahnya sirna.
Syekh Maulana kemudian membuat muslihat dengan membunuh seekor
anjing, membungkusnya dengan kail putih dan mengumumkan kepada masyarakat bahwa
mayat Syekh Siti Jenar telah berubah menjadi seekor anjing disebabkan ajarannya
yang bertentangan dengan syariat. Anjing itu kemudian di bakar.
Beberapa waktu setelah peristiwa itu, para ulama didatangi oleh
seorang penggembala kambing yang mengaku sebagai murid Syekh Siti Jenar. Dia
berkata, ”Saya dengar para Wali telah
membunuh guru saya, Syekh Siti Jenar. Kalau memang demikian, lebih baik saya
juga Tuan-tuan bunuh. Sebab saya ini juga Allah, Allah yang menggembalakan
kambing”. Mendengar penuturannya itu kemudian Syekh Maulana membunuhnya
dengan pedang yang sama dengan yang digunakan untuk membunuh Syekh Siti Jenar.
Seketika tubuh mayat penggembala kambing itu lenyap. (Tebba, 2003: 43).
Versi
Kelima
Bahwa vonis hukuman mati dijatuhkan oleh Sunan Gunung Jati,
sedangkan yang menjalankan eksekusi kematian (algojo) adalah Sunan Kudus. Versi
tentang proses kematian Syekh Siti Jenar ini dapat ditemukan dalam Serat Negara Kertabumi yang disunting
oleh Rahman Selendraningrat. Tentu bahwa kisah eksekusi terhadap Syekh Siti
jenar yang terdapat dalam versi ini berbeda dari yang lainnya. Nampaknya kisah
ini bercampur aduk dengan kisah eksekusi Ki Ageng Pengging yang dilakukan oleh
Sunan Kudus.
Kisah kematian Syekh Siti Jenar dalam sastra “kacirebonan” ini
diawali dengan memperlihatkan posisi para pengikut Syekh Siti Jenar di Cirebon
sebagai kelompok oposisi atas kekuatan Kesultanan Cirebon. Sejumlah tokoh
pengkutnya pernah berusaha untuk menduduki tahta, tetapi semuanya menemui
kegagalan. Tatkala Pengging dilumpuhkan, Syekh Siti Jenar yang pada saat itu
menyebarkan agama di sana, kembali ke Cirebon diikuti oleh para muridnya dari
Pengging. Di Cirebon, kekuatan Syekh Siti Jenar menjadi semakin kokoh, pengikutnya
meluas hingga ke desa-desa. Serelah Syekh Datuk Kahfi meninggal dunia, Sultan
Cirebon menunjuk Pangeran Punjungan untuk menjadi guru agama Islam di Padepokan
Amparan Jati.
Pangeran Punjungan bersedia menjalankan tugas yang diembankan
sultan kepadanya, namun dia tidak mendapatkan murid di sana karena orang-orang
telah menjadi murid Syekh Siti Jenar. Bahkan panglima bala tentara Cirebon
bernama Pangeran Carbon lebih memilih untuk menjadi muridnya Syekh Siti Jenar.
Dijaga oleh muridnya yang banyak, Syekh Siti Jenar merasa aman tinggal di
Cirebon Girang.
Keberadaan Syekh Siti Jenar di Cirebon terdengar oleh Sultan
Demak. Sultan kemudian mengutus Sunan Kudus disertai 700 orang prajurit ke
Cirebon. Sultan Cirebon menerima permintaan Sultan Demak dengan tulus, bahkan
memberi bantuan untuk tujuan itu.
Langkah pertama yang diambil Sultan Cirebon adalah mengumpulkan
para murid Syekh Siti Jenar yang ternama, antara lain Pangeran Carbon, para
Kyai Geng, Ki Palumba, Dipati Cangkuang dan banyak orang lain di istana
Pangkuangwati. Selanjutnya bala tentara Cirebon dan Demak menuju padepokan
Syekh Siti Jenar di Cirebon Girang. Syekh Siti Jenar kemudian di bawa ke masjid
Agung Cirebon, tempat para Wali telah berkumpul.
Dalam persidangan itu, yang bertindak sebagai hakim ketuan
adalah Sunan Gunung Jati. Melalui perdebatan yang panjang, pengadilan
memutuskan Syekh Siti Jenar harus dihukum mati. Kemudian Sunan Kudus
melaksanakan eksekusi itu menggunakan keris pusaka Sunan Gunung Jati. Peristiwa
itu terjadi pada bulan Safar 923 H atau 1506 (Sofwan, 2000: 222).
Pada peristiwa selanjutnya, mulai diperlihatkan kecurangan yang
dilakukan oleh para ulama di Cirebon terhadap keberadaan jenazah Syekh Siti
Jenar. Dikisahkan, setelah eksekusi dilaksanakan, jenazah Syekh Siti Jenar
dimakamkan di suatu tempat yang kemudian banyak diziarahi orang. Untuk
mengamankan keadaan, Sunan Gunung Jati memerintahkan secara diam-diam agar
mayat Syekh Siti Jenar dipindahkan ke tempat yang dirahasiakan, sedangk di kuburan
yang sering dikunjungi orang itu dimasukkan bangkai anjing hitam.
Ketika para perziarah menginginkan agar mayat Syekh Siti Jenar
dipindahkan ke Jawa Timur, kuburan di buka dan ternyata yang tergeletak di
dalamnya bukan mayat Syekh Siti Jenar melainkan bangkai seekor anjing. Para
peziarah terkejut dan tak bisa mengerti keadaan itu. Ketika itu Sultan Cirebon
memanfaatkan situasi dengan mengeluarkan fatwa agar orang-orang tidak
menziarahi bangkai anjing dan agar meninggalkan ajaran-ajaran Syekh Siti Jenar
(Sulendraningrat, 1983: 28).
Versi
Keenam
Bahwa Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati oleh Wali Songo. Pada
saatu hukuman harus dilaksanakan, para anggota Wali Songo mendatangi Syekh Siti
Jenar untuk melaksanakan hukuman mati. Akan tetapi kemudian para anggota Wali
Songo tidak jadi melaksanakan hukuman tersebut, karena Syekh Siti Jenar justru
memilih cara kematiannya sendiri, dengan memohon kepada Allah agar diwafatkan
tanpa harus dihukum oleh pihak Sultan dan para Sanan, sekaligus Syekh Siti
Jenar menempuh jalan kematiannya sendiri, yang sudah ditetapkan oleh Allah. Versi
ini mengacu pada Serat Seh Siti Jenar yang
digubah oleh Ki Sosrowidjojo, yang kemudian disebarluaskan kembali ileh Abdul
Munir Mulkan (t.t).
Sofwan (2000: 215-217) mengutip Suluk Walingsanga (sebagaimana juga yang terdapat dalam Serat Seh Siti Jenar dalam berbagai
versi) yang di dalamnya terdapat cerita yang mengisahkan bahwa kematian Syekh
Siti Jenar berawal dari perdebatan yang terjadi antara Syekh Siti Jenar dengan
dua orang utusan Sultan Demak, yakni Syekh Domba dan Pangeran Bayat sebagai
utusan Sultan Fatah dan Majelis Wali Songo. Dua orang utusan ini diperintah
Sultan atas persetujuan Majelis Wali Songo untuk mengadakan tukar pikiran
(lebih tepatnya menginvestigasi) dengan Syekh Siti Jenar mengenai ajaran yang
dia sampaikan kepada murid-muridnya.
Disinyalir bahwa ajaran yang telah disampaikan oleh Syekh Siti
Jenar menyebabkan terganggunya stabilitas keamanan dan ketertiban di wilayah
Demak. Hal ini disebabkan ulah para muridnya yang berbuat kegaduhan, merampok, berkelahi,
bahkan membunuh. Bila ada kejahatan atau keonaran, tentu murid Syekh Siti Jenar
yang menjadi pelakunya. Ketika pengawal kerajaan menangkap mereka, maka mereka
bunuh diri di dalam penjara. Bila dikorek keterangan dari mereka, dengan angkuh
mereka mengatakan bahwa mereka adalah murid Syekh Siti Jenar yang telah banyak
mengenyam ilmu makrifat, dan selalu siap mati bertemu Tuhan.
Mereka beranggapan bahwa hidup sekedar menjalani mati, oleh
karena itu mereka merasa jenuh menyaksikan bangkai bernyawa bertebaran di
atasnya. Dunia ini hanya dipenuhi oleh mayat, maka mereka lebih memilih
meninggalkan dunia ini. Mereka juga mengejek, mengapa orang mati diajari
shalat, menyembah dan mengagungkan nama-Nya, padahal di dunia ini orang tidak
pernah melihat Tuhan.
Berkenaan dengan pemahaman yang demikian ini, maka Syekh Domba
dan Pangeran Bayat diutus oleh Sultan Demak untuk menemui Syekh Siti Jenar.
Dalam pertemuan itu terjadi perdebatan antara utusan Sultan dengan Syekh Siti Jenar.
Dalam perdebatan itu, terlihat bahwa kemahiran Syekh Siti Jenar berada di atas
Syekh Domba dan Pangeran Bayat. Pada akhirnya, Syekh Domba merasa kagum atas
uraian dan kedalaman ilmu Syekh Siti Jenar, bahkan dia bisa menyetujui
kebenarannya. Dia ingin menjadi muridnya secara tulus, kalau saja tidak dicegah
oleh Pangeran Bayat.
Selanjutnya, kedua utusan itu kembali ke Demak melaporkan apa
yang telah mereka saksikan tentang ajaran Syekh Siti Jenar. Setelah berunding
dengan Majelis Wali Songo, Sultan kemudian mengutus lima orang Wali untuk
memanggil Syekh Siti Jenar ke istana guna mempertanggungjawabkan ajarannya. Kelima
utusan itu adalah Sunan Kalijaga, Sunan Ngudung, Pangeran Modang, Sunan Geseng,
dan Sunan Bonang sebagai pemimpin utusan itu. Mereka diikuti oleh empat puluh
orang santri lengkap dengan persenjataannya untuk memaksa Syekh Siti Jenar
datang ke istana. Sesampainya di kediaman Syekh Siti Jenar, kelima Wali
tersebut terlibat perdebatan sengit. Perdebatan itu berakhir dengan ancaman
Sunan Kalijaga. Sekalipun mendapatkan ancaman dari Sunan Kalijaga, Syekh Siti
Jenar tetap tidak bersedia datang ke istana karena menurutnya Wali dan raja
tidak berbeda dengan dirinya, sama-sama terbalut darah dan daging yang akan
menjadi bangkai. Lalu dia memilih mati. Mati bukan karena ancaman yang ada,
tetapi karena kehendak diri sendiri. Syekh Siti Jenar kemudian berkonsentrasi,
menutup jalan hidupnya dan kemudian meninggal dunia.
Versi
Ketujuh
Ketika usia Syekh siti Jenar sudah uzur, dua tokoh ini bekerja
sama untuk berkeliling ke berbagai pelosok tanah Jawa, ke tempat-tempat yang penduduknya menyatakan diri sebagai
pengikut Syekh Siti Jenar, padahal mereka belum pernah bertemu dengan Syekh
Siti Jenar. Sehingga masyarakat tersebut kurang mengenal sosok asli Syekh Siti
Jenar. Pada tempat-tempat seperti itulah, dua tokoh pemalsu ajaran Syekh Siti
Jenar memainkan perannya, mengajarkan berbagai ajaran mistik, bahkan perdukunan
yang menggeser ajaran tauhid Islam.
Hasan Ali mengaku dirinya sebagai Syekh Lemah Abang, dan San Ali
Anshar mengaku dirinya sebagai Syekh Siti Jenar. Hasan Ali beroperasi di Jawa
bagian Barat, sementara San Ali Anshar di Jawa Bagian Timur. Kedua orang ini
sebenarnya yang dihukum mati oleh anggota Wali Songo, karena sudah melancarkan
berbagai fitnah keji terhadap Syekh Siti Jenar sebagai guru dan anggota Wali
Songo.
Kemungkinan karena silang sengkarut kemiripan nama itulah, maka
dalam berbagai Serat dan babad di daerah Jawa, cerita tentang Syekh Siti Jenar
menjadi simpang siur. Namun pada aspek yang lain, ranah politik juga ikut
memberikan andil pendiskreditan nama Syekh Siti Jenar. Karena naiknya Raden
Fatah ke tampuk kekuasaan Kesultanan Demak, diwarnai dengan intrik perebutan
tahta kekuasaan Majapahit yang sudah runtuh, sehingga segala intrik bisa
terjadi dan menjadi “halal” untuk dilakukan, termasuk dengan mempolitisasi
ajaran Syekh Siti Jenar yang memiliki dukungan massa banyak, namun tidak
menggabungkan diri dalam ranah kekuasaan Raden Fatah.
Jadi dikaitkan dengan kekuasaan Sultan Trenggono, sebagaimana
tercatat dalam berbagai fakta sejarah, naiknya Sultan Trenggono sebagai
penguasa tunggal Kesultanan Demak, adalah dengan cara berbagai tipu muslihat
dan pertumpahan darah. Karena sebenarnya yang berhak menjadi Sultan adalah
Pangeran Suronyoto, yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, kakak
laki-laki Sultan Trenggono yang seharusnya menggantikan Adipati Unus. “Seda Ing
Lepen” artinya meninggal di sungai.
Sebenarnya Pangeran Suronyoto tidak meninggal di sungai, namun
dibunuh oleh orang-orang suruhan Pangeran Trenggono, baru setelah terbunuh,
mayatnya dibuang ke sungai (Daryanto, 2009: 215-278). Kematian kakaknya
tersebut diduga atas strategi Sultan Trenggono. Sultan Trenggono sendiri, pada
mulanya tidaklah begitu disukai oleh para adipati dan kebanyakan masyarakat, karena
sifatnya yang ambisius, yang dibingkai dalam sikap yang lembut.
Salah satu tokoh penentang utama naiknya Trenggono sebagai
Sultan adalah Pangeran Panggung di Bojong, salah satu murid utama Syekh Siti
Jenar. Demikian pula masyarakat Pengging yang sejak kekuasaan Raden Fatah belum
mau tunduk pada Demak. Banyak masyarakat yang sudah tercerahkan kemudian kurang
menyukai Sultan Trenggono. Mungkin oleh karena faktor inilah, maka Sultan
Trenggono dan para ulama yang mendekatinya kemudian memusuhi pengikut Syekh
Siti Jenar. Maka kemudian dihembuskan kabar bahwa Syekh Siti Jenar dihukum mati
oleh Dewan Wali Songo di masjid Demak, dan mayatnya berubah menjadi anjing
kudisan, dan dimakamkan di bawah mihrab pengimaman masjid. Suatu hal yang
sangat mustahil terjadi dalam konteks hukum Islam, namun tentu dianggap sebagai
sebuah kebenaran atas nama kemukjizatan bagi masyarakat awam.
Keberadaan para ulama “penjilat” penguasa, yang untuk memenuhi
ambisi duniawinya bersedia mengadakan fitnah terhadap sesama ulama, dan untuk
selalu dekat dengan penguasa bahkan bersedia menyatakan bahwa suatu ajaran
kebenaran sebagai sebuah kesesatan dan makar, karena menabrak kepentingan
penguasa itu sebenarnya sudah digambarkan oleh para ulama. Imam Al-Ghazali
dalam kitab Ihya’ “Ulum al-Din menyebutkan
sebagai al-‘ulama’ al-su’ (ulama yang
jelek dan kotor). Sementara ketika Sunan Kalijaga melihat tingkah laku para
ulama pada zaman Demak, yang terkait dengan bobroknya moral dan akhlak
penguasa, disamping fitnah keji yang ditujukan kepada sesama ulama, namun beda
pendapat dan kepentingan, maka Sunan Kalijaga membuatkan deskripsi secara
halus. Sesuai dengan profesinya dalam budaya, utamanya sebagai dalang, Sunan
Kalijaga menggambarkan kelakuan para ulama yang ambisi politik dan memiliki
karakter jelek sebagai tokoh Sang Yamadipati (Dewa Pencabut Nyawa) dan Pendeta
Durna (ulama yang bermuka dua, munafik).
Kedua tokoh tersebut dalam serial pewayangan model Sunan
Kalijaga digambarkan sebagai ulama yang memakai pakaian kebesaran ulama;
memakai surban, destar, jubah, sepatu, biji tasbih dan pedang. Pemberian
karakter seperti itu adalah salah satu cara Sunan Kalijaga dalam mencatatkan
sejarah bangsanya, yang terhina dan teraniaya akibat tindakan para ulama jahat
yang mengkhianati citra keulamaannya, dengan menjadikan diri sebagai Sang
Yamadipati, mencabut nyawa manusia yang dianggapnya berbeda pandangan dengan
dirinya atau dengan penguasa di mana sang ulama mengabdikan dirinya. Hal
tersebut merupakan cara Sunan Kalijaga melukiskan suasana batin bangsanya yang
sudah mencitrakan pakaian keulamaan, dalil-dalil keagamaan sebagai atribut Sang
Pencabut Nyawa. Atas nama agama, atas nama pembelaan terhadap Tuhan, dan karena
dalil-dalil mentah, maka aliran serta pendapat yang berbeda harus dibungkus
habis.
Gambaran pendeta Durna adalah wujud dari rasa muak Sunan
Kalijaga terhadap para ulama yang menjilat kepada kekuasaan, bahkan
aktivitasnya digunakan untuk semata-mata membela kepentingan politik dan
kekuasaan, menggunakan dalil keagamaan hanya untuk kepentingan dan keuntungan
pribadi dengan mencelakakan banyak orang sebagai tumbalnya. Citra diri ulama
yang ‘tukang’ hasut, penyebar fitnah, penggunjing, dan pengadu domba. Itulah
yang dituangkan oleh Sunan Kalijaga dalam sosok Pendeta Durna.
Berbagai versi tentang kematian Syekh Siti Jenar menunjukkan
bahwa tokoh Syekh Siti Jenar memang sangat kontroversional. Berbagai literatur
yang ada tidak dapat memastikan tentang asal-usul keberadaannya hingga proses
kematian yang dialaminya, disebabkan oleh banyak faktor dan kepentingan yang
mengitarinya. Walaupun demikian, sejumlah besar keterangan yang mengisahkan
tentang keberadaannya memerlihatkan ajarannya yang selalu dipertentangkan
dengan paham para Wali, namun sekaligus tidak jarang membuat para Wali itu
sendiri “kagum” dan “mengakui” kebenaran ajarannya. Tentu saja, “pengakuan” dan
“kekaguman” itu tidak pernah diperlihatkan secara eksplisit karena akan
mengurangi “keagungan” mereka, disamping kurang objektifnya penulisan serat dan
babad Jawa, yang terkait dengan Syekh Siti Jenar.
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa dalam berabgai Serat
dan Babad tersebut, akhir dari kisah Syekh Siti Jenar selalu dihiasi dengan
usaha-usaha intrik politik para Wali. Bisa jadi hal ini memang dilakukan oleh
para ulama penjilat kekuasaan, oleh murid-murid generasi penerus para ulama
yang pernah memusuhi ajaran Syekh Siti Jenar, atau para penulis kisah yang juga
memiliki kepentingan tersendiri terkait dengan motif politik, ideologi, keyakinan,
dan ajaran keagamaan yang dianutnya.
Pada sisi lain, disamping disebabkan banyaknya referensi yang
berbeda dalam menjelaskan kisah Syekh Siti Jenar, pemahaman mereka yang membaca
akan memberikan pemahaman baru dari bacaan tersebut sehingga memperbanyak
versi. Misalnya, tentang pemahaman salah satu versi mengenai asal-usul Syekh
Siti Jenar yang dalam Serat Syekh Siti
Jenar, sebagaimana juga disadur dalam Falsafah
Syekh Siti Jenar disebut “berasal dari caing (elur)”.
Sebagian penafsir mengatakan bahwa memang Syekh Siti Jenar
bukanlah berasal dari manusia, namun semula ia adalah seekor cacing yang
disumpah oleh Sunan Bonang menjadi manusia. Padalah, jika cara pembacaan ini
dilakukan dengan cara referensi silang, kita mendapatkan penjelasan dari sumber
lain, misalnya dalam Serat Seh Siti Jenar
yang tersimpan di musem Radya Pustaka Surakarta, bahwa yang dimaksud “elur”
(cacing) tidak lain adalah “wrejid bangsa sudra” (yang berasal dari rakyat
jelata). Maksudnya Syekh Siti Jenar adalah masyarakat biasa yang berhasil
menjadi Wali, atau seorang Wali yang menjelata (menempatkan dirinya berada di
tengah-tengah mansyarakat jelata) (lihat misalnya Sujamto, 2000: 87)
Nb : Nah Begitulah Versi² yg menjelaskan sejarah Syekh Siti Jenar, mudah²han kita semua bisa mengambil hikmah di balik semua ini dan wallahualam bishawab (hanyalah Allah yg mengetahui semuanya).
Slm,
sumber : http://ajiraksa.blogspot.com
http: // google.com