Tampilkan postingan dengan label Seputar Jokowi. Tampilkan semua postingan
Pengalaman Jokowi Nonton Konser Metallica di Jakarta
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau ikut
larut dengan lebih dari 60 ribu metalheads yang menyaksikan konser
legenda Metallica di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan,
Jakarta, tadi malam, Minggu 25 Agustus 2013.
Jokowi mengaku puas dengan penampilan band beraliran heavy metal asal Amerika Serikat (AS), yang digawangi oleh Kirk Hammett, Lars Ulrich, James Hetfield, dan Robert Trujillo.
"Ya, saya nonton saja, enggak bisa jingkrak-jingkrak orang penuh begitu. Mau moshing yang enggak mungkin," jelas Jokowi kepada wartawan di Balai Kota, Jakarta, Senin (26/8/2013).
Namun, Jokowi mengaku puas dengan penampilan empat personel Metalica. "Kalau saya sih puas dan saya lihat satu orang pun enggak ada yang keluar. Sudah selesaipun tetap ada di dalam, dan minta lagi-lagi," sambungnya.
Mantan Walikota Surakarta ini pun memuji managemen keamanan dan managemen penontonya yang sangat bagus.
"Kemarin menunjukan kalau masyarakat Indonesia itu santun walau nge-rock," tegasnya.
Suami Iriana tersebut mengaku, sempat janjian dengan para personel Metalica. Namun, urung dilakukan karena ada kegiatan dinas. "Kemarin sempat janjian, tapi karena ada acara jadinya nggak jadi. Saat itu janjian mau ketemu sama semuanya," pungkasnya.
Jokowi mengaku puas dengan penampilan band beraliran heavy metal asal Amerika Serikat (AS), yang digawangi oleh Kirk Hammett, Lars Ulrich, James Hetfield, dan Robert Trujillo.
"Ya, saya nonton saja, enggak bisa jingkrak-jingkrak orang penuh begitu. Mau moshing yang enggak mungkin," jelas Jokowi kepada wartawan di Balai Kota, Jakarta, Senin (26/8/2013).
Namun, Jokowi mengaku puas dengan penampilan empat personel Metalica. "Kalau saya sih puas dan saya lihat satu orang pun enggak ada yang keluar. Sudah selesaipun tetap ada di dalam, dan minta lagi-lagi," sambungnya.
Mantan Walikota Surakarta ini pun memuji managemen keamanan dan managemen penontonya yang sangat bagus.
"Kemarin menunjukan kalau masyarakat Indonesia itu santun walau nge-rock," tegasnya.
Suami Iriana tersebut mengaku, sempat janjian dengan para personel Metalica. Namun, urung dilakukan karena ada kegiatan dinas. "Kemarin sempat janjian, tapi karena ada acara jadinya nggak jadi. Saat itu janjian mau ketemu sama semuanya," pungkasnya.
(okezone.com)
Jokowi Dinilai Ruhut Tidak Pantas Jadi Capres
JAKARTA- Politikus Partai Demokrat Ruhut
Sitompul menyindir sejumlah hasil survei yang mengunggulkan Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden pada 2014
mendatang.
"Kita harus lihat track record seseorang untuk menjadi capres. Dia mau menjadi presiden, sudah berapa anak tangga yang dia lalu. Kita juga tidak maulah orang-orang kayak kemarin Jokowi, karena pollingnya tinggi," kata Ruhut saat ditemui di Rakornas Partai Demokrat di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (29/6/2013).
Anggota Komisi III DPR ini menambahkan, sejak Jokowi menjadi gubernur, kemacetan dan banjir di Jakarta semakin parah.
"Kebayang kalau Jokowi mau jadi presiden, sudah menang jadi Gubernur DKI saja, kalian semua pusing, macet dan banjir dimana-mana. Apalagi penggusuran juga dimana-mana. Banyak yang bilang Jokowi sudah kami pilih malah digusur," sindir Ruhut.
Dalam sejumlah survei Jokowi menempati urutan teratas calon presiden terpopuler. Dia menggungguli nama-nama lain seperti, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, Gita Wirjawan, dan Mahfud MD. Namun, Jokowi menegaskan dirinya tidak memikirkan urusan capres. Dia ingin fokus mengurus persoalan Ibu Kota.
(okezone.com)
"Kita harus lihat track record seseorang untuk menjadi capres. Dia mau menjadi presiden, sudah berapa anak tangga yang dia lalu. Kita juga tidak maulah orang-orang kayak kemarin Jokowi, karena pollingnya tinggi," kata Ruhut saat ditemui di Rakornas Partai Demokrat di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (29/6/2013).
Anggota Komisi III DPR ini menambahkan, sejak Jokowi menjadi gubernur, kemacetan dan banjir di Jakarta semakin parah.
"Kebayang kalau Jokowi mau jadi presiden, sudah menang jadi Gubernur DKI saja, kalian semua pusing, macet dan banjir dimana-mana. Apalagi penggusuran juga dimana-mana. Banyak yang bilang Jokowi sudah kami pilih malah digusur," sindir Ruhut.
Dalam sejumlah survei Jokowi menempati urutan teratas calon presiden terpopuler. Dia menggungguli nama-nama lain seperti, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, Gita Wirjawan, dan Mahfud MD. Namun, Jokowi menegaskan dirinya tidak memikirkan urusan capres. Dia ingin fokus mengurus persoalan Ibu Kota.
(okezone.com)
Survei IRC: Jokowi Unggul Jauh di Pilpres, Ical di Nomor Buntut
Jakarta - Gubernur DKI Joko Widodo lagi-lagi dinyatakan
unggul dalam survei terkait Pilpres. Kali ini giliran Indonesia
Research Centre (IRC) yang menasbihkan mantan Walikota Solo itu sebagai
kandidat terkuat, jauh mengungguli lawan-lawannya.
Survei yang dilakukan IRC dilakukan terhadap pemilik telepon di 11 kota besar di Indonesia (Bandung, DKI Jakarta, Lampung, Makassar, Denpasar, Medan, Palembang, Samarinda, Semarang, Surabaya dan Tangerang) pada 8-11 Juli 2013. Responden mendapatkan pertanyaan, jika Pemilu dilakukan pada hari ini, siapa kandidat capres yang akan mereka pilih.
"Sebagian besar publik memilih Jokowi (32 persen) sebagai presiden. Setelah Jokowi ada Prabowo (8,2 persen), Wiranto (6,8 persen), Megawati (6,1 persen) yang dipilih sebagai presiden. Sementara Aburizal Bakrie yang secara resmi dikandidatkan oleh Golkar hanya dipilih oleh 3,3 persen masyarakat," kata peneliti IRC Agus Sudibyo dalam pernyataanya, Senin (15/7/2013) malam.
Lantas, IRC juga menanyakan hal lain kepada responden. Jika elektabilitas kandidat presiden dilihat berdasarkan konsitituen masing-masing partai politik, siapa yang mereka pilih?
"Mayoritas konstituen PDIP lebih memilih Jokowi (54,9 persen) daripada Megawati (14,3 persen). Kemudian Gerindra, mayoritas konstituen konsisten akan memilih Prabowo (58 persen). Sementara itu Hanura, sebagian besar konstituen akan memilih Wiranto (44,4 persen) sebagai presiden. Yang menarik adalah konstituten Golkar, suaranya terbelah, dengan kecenderungan lebih memilih Jokowi (26,4 persen) daripada Aburizal Bakrie (20,8 persen)," kata Agus.
Jokowi mampu menyerap konstituen yang lebih luas. Terbukti Jokowi mendapatkan dukungan dengan prosentase yang relatif signifikan, yakni antara 17 persen hingga 37 persen, dari konstituen partai politik lain di luar PDIP.
Sementara itu, IRC juga menemukan fenomena menarik lain yakni terkait naiknya elektabilitas Wiranto pasca deklarasi yang dilakukan. Jika pada survei-survei sebelumnya elektabilitas Wiranto berkisar pada angka 3-4 persen, pada survei yang diselenggarakan IRC kali ini elektabilitas Wiranto mencapai angka 6,8 persen.
"Kenaikan yang cukup signifikan kemungkinan merupakan merupakan efek dari deklarasi capres-cawapres Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, 2 Juli 2013. Deklarasi ini merupakan deklarasi capres-cawapres pertama menuju pemilihan presiden tahun 2014 yang sudah tentu mendapatkan perhatian besar dari pers dan publik nasional," kata Agus.
Jumlah responden dalam survei ini adalah 794 orang yang dipilih secara acak dari buku telepon residensial terbaru terbitan Telkom. Dengan jumlah sampel di atas maka margin of error (MoE) lebih dari 3,48 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil survei ini tidak dimaksudkan untuk merepresentasikan pandangan seluruh masyarakat Indonesia. (detik.com)
Survei yang dilakukan IRC dilakukan terhadap pemilik telepon di 11 kota besar di Indonesia (Bandung, DKI Jakarta, Lampung, Makassar, Denpasar, Medan, Palembang, Samarinda, Semarang, Surabaya dan Tangerang) pada 8-11 Juli 2013. Responden mendapatkan pertanyaan, jika Pemilu dilakukan pada hari ini, siapa kandidat capres yang akan mereka pilih.
"Sebagian besar publik memilih Jokowi (32 persen) sebagai presiden. Setelah Jokowi ada Prabowo (8,2 persen), Wiranto (6,8 persen), Megawati (6,1 persen) yang dipilih sebagai presiden. Sementara Aburizal Bakrie yang secara resmi dikandidatkan oleh Golkar hanya dipilih oleh 3,3 persen masyarakat," kata peneliti IRC Agus Sudibyo dalam pernyataanya, Senin (15/7/2013) malam.
Lantas, IRC juga menanyakan hal lain kepada responden. Jika elektabilitas kandidat presiden dilihat berdasarkan konsitituen masing-masing partai politik, siapa yang mereka pilih?
"Mayoritas konstituen PDIP lebih memilih Jokowi (54,9 persen) daripada Megawati (14,3 persen). Kemudian Gerindra, mayoritas konstituen konsisten akan memilih Prabowo (58 persen). Sementara itu Hanura, sebagian besar konstituen akan memilih Wiranto (44,4 persen) sebagai presiden. Yang menarik adalah konstituten Golkar, suaranya terbelah, dengan kecenderungan lebih memilih Jokowi (26,4 persen) daripada Aburizal Bakrie (20,8 persen)," kata Agus.
Jokowi mampu menyerap konstituen yang lebih luas. Terbukti Jokowi mendapatkan dukungan dengan prosentase yang relatif signifikan, yakni antara 17 persen hingga 37 persen, dari konstituen partai politik lain di luar PDIP.
Sementara itu, IRC juga menemukan fenomena menarik lain yakni terkait naiknya elektabilitas Wiranto pasca deklarasi yang dilakukan. Jika pada survei-survei sebelumnya elektabilitas Wiranto berkisar pada angka 3-4 persen, pada survei yang diselenggarakan IRC kali ini elektabilitas Wiranto mencapai angka 6,8 persen.
"Kenaikan yang cukup signifikan kemungkinan merupakan merupakan efek dari deklarasi capres-cawapres Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, 2 Juli 2013. Deklarasi ini merupakan deklarasi capres-cawapres pertama menuju pemilihan presiden tahun 2014 yang sudah tentu mendapatkan perhatian besar dari pers dan publik nasional," kata Agus.
Jumlah responden dalam survei ini adalah 794 orang yang dipilih secara acak dari buku telepon residensial terbaru terbitan Telkom. Dengan jumlah sampel di atas maka margin of error (MoE) lebih dari 3,48 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil survei ini tidak dimaksudkan untuk merepresentasikan pandangan seluruh masyarakat Indonesia. (detik.com)
Ndeso & Mirip Srimulat, Jokowi Diyakini Menang Jika Ikut Pilpres 2014
Jakarta - Gubernur DKI Joko Widodo atau akrab disapa
Jokowi diyakini memenangi Pemilu Presiden 2014 jika dirinya benar-benar
maju sebagai salah satu kandidat. Soalnya, saat ini rakyat sedang
gandrung dengan sosok yang ndeso.
"Jika Jokowi maju dalam Pilpres 2014, Jokowi akan memenangkan kursi presiden 2014 secara mutlak dan meyakinkan," kata Direktur Eksekutif Institute for Transformation Studies (Intrans) Saiful Haq di Galleri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Minggu (14/7/2013).
Saiful memaparkan hasil penelitian 'Persepsi dan Sikap Pemilih Terhadap Asosiasi Atribut Kandidat Capres dan Cawapres Republik Indonesia 2014'. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif melalui Focus Group Discussion (FGD).
Jumlah responden sebanyak 150 orang yang dibagi dalam 10 kelompok FGD. Diskusi yang dipandu oleh fasilitator Intrans tersebut dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2013.
"Kita mempertanyakan persepsi mereka tentang capres dan cawapres ideal. Kita tidak sodorkan nama lebih dahulu," ujar Saiful.
Jokowi diyakini akan memenangi Pilpres 2014 karena tercitra sebagai figur ndeso alias seperti orang desa yang merakyat. Citra atau atribut merakyat ini mengalahkan atribut rekam jejak Jokowi yang belum teruji lebih jauh.
"Mereka melihat Jokowi sama seperti tokoh kebanyakan, seperti melihat tokoh opera lawak Srimulat. Tidak ada jarak antara tokoh dengan rakyatnya. Sehingga rakyat seperti sedang memilih dari kaumnya sendiri," tutur Saiful.
Berikut adalah sejumlah nama capres yang mengemuka dalam diskusi, termasuk kategori yang ditentukan sendiri oleh responden lewat diskusi.
1. Kategori merakyat: Jokowi, Megawati, Jusuf Kalla
2. Keberpihakan kepada rakyat: Jokowi, Jusuf Kalla, Megawati
3. Track record bersih: Jokowi, Mahfud MD, Jusuf Kalla
4. Kewibawaan: Prabowo, Wiranto, Jokowi
5. Kecepatan kerja: Jokowi, Jusuf Kalla, Mahfud MD
6. Sikap aspiratif komunikatif: Jokowi, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla
7. Ketegasan citra: Prabowo, Jokowi, Mahfud MD
8. Keberanian sikap: Jokowi, Prabowo, Surya Paloh
Secara berurutan, hasil riset ini menunjukan peluang Pilpres 2014 adalah: Jokowi, Jusuf Kalla, Megawati, Prabowo, Aburizal Bakrie, Wiranto, Mahfud MD, Surya Paloh, Dahlan Iskan, dan Gita Wirjawan.
Untuk pendanaan, Intrans mengaku tidak mendapatkannya dari partai politik. Intrans hanya memanfaatkan jaringan LSM dan komunitas yang sudah ada untuk melakukan FGD.
"Kita memakai network dengan berbagai LSM petani, nelayan, buruh, mahasiswa, dan profesional. Nggak ada dana dari partai politik," kata Saiful.
"Jika Jokowi maju dalam Pilpres 2014, Jokowi akan memenangkan kursi presiden 2014 secara mutlak dan meyakinkan," kata Direktur Eksekutif Institute for Transformation Studies (Intrans) Saiful Haq di Galleri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Minggu (14/7/2013).
Saiful memaparkan hasil penelitian 'Persepsi dan Sikap Pemilih Terhadap Asosiasi Atribut Kandidat Capres dan Cawapres Republik Indonesia 2014'. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif melalui Focus Group Discussion (FGD).
Jumlah responden sebanyak 150 orang yang dibagi dalam 10 kelompok FGD. Diskusi yang dipandu oleh fasilitator Intrans tersebut dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2013.
"Kita mempertanyakan persepsi mereka tentang capres dan cawapres ideal. Kita tidak sodorkan nama lebih dahulu," ujar Saiful.
Jokowi diyakini akan memenangi Pilpres 2014 karena tercitra sebagai figur ndeso alias seperti orang desa yang merakyat. Citra atau atribut merakyat ini mengalahkan atribut rekam jejak Jokowi yang belum teruji lebih jauh.
"Mereka melihat Jokowi sama seperti tokoh kebanyakan, seperti melihat tokoh opera lawak Srimulat. Tidak ada jarak antara tokoh dengan rakyatnya. Sehingga rakyat seperti sedang memilih dari kaumnya sendiri," tutur Saiful.
Berikut adalah sejumlah nama capres yang mengemuka dalam diskusi, termasuk kategori yang ditentukan sendiri oleh responden lewat diskusi.
1. Kategori merakyat: Jokowi, Megawati, Jusuf Kalla
2. Keberpihakan kepada rakyat: Jokowi, Jusuf Kalla, Megawati
3. Track record bersih: Jokowi, Mahfud MD, Jusuf Kalla
4. Kewibawaan: Prabowo, Wiranto, Jokowi
5. Kecepatan kerja: Jokowi, Jusuf Kalla, Mahfud MD
6. Sikap aspiratif komunikatif: Jokowi, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla
7. Ketegasan citra: Prabowo, Jokowi, Mahfud MD
8. Keberanian sikap: Jokowi, Prabowo, Surya Paloh
Secara berurutan, hasil riset ini menunjukan peluang Pilpres 2014 adalah: Jokowi, Jusuf Kalla, Megawati, Prabowo, Aburizal Bakrie, Wiranto, Mahfud MD, Surya Paloh, Dahlan Iskan, dan Gita Wirjawan.
Untuk pendanaan, Intrans mengaku tidak mendapatkannya dari partai politik. Intrans hanya memanfaatkan jaringan LSM dan komunitas yang sudah ada untuk melakukan FGD.
"Kita memakai network dengan berbagai LSM petani, nelayan, buruh, mahasiswa, dan profesional. Nggak ada dana dari partai politik," kata Saiful.
(detik.com)
Demi Metallica, Jokowi Rela Berdiri di Kelas Festival
Sejak masih menjadi walikota di Solo, sudah jadi rahasia umum bila seorang Joko Widodo atau Jokowi
mencintai musik. Terlebih, musik rock. Pada tahun 2011, kota Solo
pernah mencuri perhatian dengan penyelenggaraan Rock in Solo yang
mendatangkan band-band nasional dan internasional.
Setelah menjabat sebagai Gubernur DKI, publik rock makin memupuk harap soal kedatangan Metallica, salah satu kesukaan Jokowi. Apalagi, beberapa waktu lalu, media ramai memberitakan sang gubernur mendapat gitar bass dari Metallica.
25 Agustus mendatang, Metallica dipastikan memanaskan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Ribuan, bahkan puluhan ribu metalhead dari seluruh Indonesia, saat ini berlomba-lomba mendapatkan tiket konser. Bagaimana dengan Jokowi sendiri?
"Tiga minggu yang lalu, kami bertemu Jokowi di Balai Kota untuk memberitahukan rencana konser Metallica ini. Pak Jokowi
menanyakan detail mengenai harga tiket, kenapa sampai segitu, bagaimana
keamanan dan pengamanannya," tutur Krisna Raditya dari promotor
BlackRock Entertainment saat dihubungi KapanLagi.com®, Senin (8/7).
Satu hal yang dipastikan Krisna, Jokowi bakal hadir di GBK bersama puluhan ribu orang lainnya. Bahkan, Jokowi memilih kelas Festival yang tidak menyediakan tempat duduk.
"Pak Jokowi bakal nonton di Festival seperti layaknya menonton konser. Pak Jokowi tidak ingin duduk saat nonton Metallica," tukas Krisna. (kapanlagi.com)
Jokowi Akan Alirkan Gas ke Rusun dan Perumahan di DKI
Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk akan
membantu Pemprov DKI Jakarta untuk menyediakan aliran gas bagi warga
DKI. Nantinya beberapa rusun dan komplek perumahan di DKI akan dipasang
pipa gas.
"Nanti di perumahan-perumahan juga kita buat agar pipa gas yang ada di PGN bisa kita tarik semua ke kawasan komplek perumahan dan komplek rusun," ujar Gubernur DKI Jakarta joko Widodo (Jokowi) di Gedung PGN, Jakarta Barat, kamis (4/7/2013).
Hal ini tentu untuk memudahkan warga yang tinggal di perumahan maupun di rusun dalam hal kebutuhan gas untuk rumah tangga.
"Karena lebih murah kalau pakai pipa (dibanding tabung, red)," katanya.
Kawasan perumahan dan rusun yang rencananya akan dialiri piap gas dari PGN ini diantaranya di wilayah Kemayoran, Tanmah Abang, Klender, Muara Baru dan Marunda.
"Jadi nanti ke rusun mana saja yang ada fitting (penyambung pipa) PGN-nya ditarik. Jadi semua jauh lebih murah," jelasnya.
(detik.com)
"Nanti di perumahan-perumahan juga kita buat agar pipa gas yang ada di PGN bisa kita tarik semua ke kawasan komplek perumahan dan komplek rusun," ujar Gubernur DKI Jakarta joko Widodo (Jokowi) di Gedung PGN, Jakarta Barat, kamis (4/7/2013).
Hal ini tentu untuk memudahkan warga yang tinggal di perumahan maupun di rusun dalam hal kebutuhan gas untuk rumah tangga.
"Karena lebih murah kalau pakai pipa (dibanding tabung, red)," katanya.
Kawasan perumahan dan rusun yang rencananya akan dialiri piap gas dari PGN ini diantaranya di wilayah Kemayoran, Tanmah Abang, Klender, Muara Baru dan Marunda.
"Jadi nanti ke rusun mana saja yang ada fitting (penyambung pipa) PGN-nya ditarik. Jadi semua jauh lebih murah," jelasnya.
(detik.com)