- Back to Home »
- Seks »
- Amankah Obat Bantu Seks?
Posted by : Unknown
Rabu, 06 November 2013
“Mengapa ada pria yang mengandalkan alat atau obat bantu seksual? Ini
karena kurang percaya diri. Sedangkan kejantanan dan “dianggap jantan”
adalah harga diri dan juga ego bagi pria,” kata Mariska Lubis,
pakar seks Men’s Health Indonesia. Sayangnya, kata Mariska, pria
kemudian jadi lebih mudah termakan mitos dan terobsesi akibat tontonan
–khususnya film biru. “Ketika mereka menganggap bahwa ada suatu masalah
dengan kemampuan seksnya, karena membandingkan dirinya dengan aktor di
film biru, atau memang ada masalah seksual tapi malu untuk pergi ke
dokter, mereka kemudian memilih jalan pintas,” kata Mariska.
Rasa ingin tahu. Dr. Laeli Andita, yang bertugas di Poli Psikiatri RS. Moewardi, Solo, menambahkan, ”Awalnya adalah rasa ingin tahu, kemudian mencoba, dan setelah mendapatkan pengalaman maka akan timbul dua hal: Jika tidak memuaskan hal itu akan ditinggal, tapi jika memuaskan, menyenangkan, dan menimbulkan kenikmatan, maka otak akan memanggil ulang memori tersebut.” Padahal, sesungguhnya, belum tentu memori tersebut objektif. Bisa jadi itu adalah sugesti positif dari si pria itu sendiri yang termakan ‘promosi’ kemanjuran obat/alat bantu seks, sehingga dia lebih fokus dan membuatnya mampu berbuat lebih baik daripada sebelumnya. Itulah sebabnya, maka ada obat yang terbukti pada sebagian pria, tapi tidak terbukti pada sebagian yang lain.
Masalah seksual. Senada dengan Mariska, dr. Laeli mengatakan bahwa alasan pria menggunakan alat atau obat bantu seksual adalah karena terjadi kekecewaan pada dirinya akibat adanya masalah seksual karena penyakit dan adanya depresi. “Akhirnya, mereka menggunakan ‘obat’ bantu seksual karena ingin diakui eksistensinya dan dihargai oleh pasangannya,” kata dr. Laeli.
Lalu, soal bahayanya? “Risiko negatif akibat efek samping obat bantu itu diabaikan, karena yang penting bisa ‘membuktikan’ kepada pasangannya,” kata Mariska. Sedangkan kata dr. Laeli, belum ada uji klinis terhadap penggunaan obat atau alat bantu seksual tersebut, sehingga praktisi kesehatan belum bisa menentukan apakah berbahaya atau tidak bagi penggunanya. Namun, pada kasus tertentu seperti menanam implan, pemijatan penis, boleh jadi hal itu malah akan menimbulkan masalah seksual yang permanen. Dr. Laeli menambahkan, apakah para pria akan mencoba sesuatu yang belum pasti hasilnya dan mungkin malah menjadi masalah kesehatan di kemudian hari? “Jawaban paling bijak, adalah tidak,” katanya.
Rasa ingin tahu. Dr. Laeli Andita, yang bertugas di Poli Psikiatri RS. Moewardi, Solo, menambahkan, ”Awalnya adalah rasa ingin tahu, kemudian mencoba, dan setelah mendapatkan pengalaman maka akan timbul dua hal: Jika tidak memuaskan hal itu akan ditinggal, tapi jika memuaskan, menyenangkan, dan menimbulkan kenikmatan, maka otak akan memanggil ulang memori tersebut.” Padahal, sesungguhnya, belum tentu memori tersebut objektif. Bisa jadi itu adalah sugesti positif dari si pria itu sendiri yang termakan ‘promosi’ kemanjuran obat/alat bantu seks, sehingga dia lebih fokus dan membuatnya mampu berbuat lebih baik daripada sebelumnya. Itulah sebabnya, maka ada obat yang terbukti pada sebagian pria, tapi tidak terbukti pada sebagian yang lain.
Masalah seksual. Senada dengan Mariska, dr. Laeli mengatakan bahwa alasan pria menggunakan alat atau obat bantu seksual adalah karena terjadi kekecewaan pada dirinya akibat adanya masalah seksual karena penyakit dan adanya depresi. “Akhirnya, mereka menggunakan ‘obat’ bantu seksual karena ingin diakui eksistensinya dan dihargai oleh pasangannya,” kata dr. Laeli.
Lalu, soal bahayanya? “Risiko negatif akibat efek samping obat bantu itu diabaikan, karena yang penting bisa ‘membuktikan’ kepada pasangannya,” kata Mariska. Sedangkan kata dr. Laeli, belum ada uji klinis terhadap penggunaan obat atau alat bantu seksual tersebut, sehingga praktisi kesehatan belum bisa menentukan apakah berbahaya atau tidak bagi penggunanya. Namun, pada kasus tertentu seperti menanam implan, pemijatan penis, boleh jadi hal itu malah akan menimbulkan masalah seksual yang permanen. Dr. Laeli menambahkan, apakah para pria akan mencoba sesuatu yang belum pasti hasilnya dan mungkin malah menjadi masalah kesehatan di kemudian hari? “Jawaban paling bijak, adalah tidak,” katanya.
menshealth