Share Up To 110 % - 10% Affiliate Program
Posted by : Unknown Senin, 27 Mei 2013

 thumbnail
Bayern Munich akhirnya berhasil menjadi juara Liga Champions 2012/2013 setelah mengalahkan rival domestiknya, Borussia Dortmund. Setelah gagal di final Liga Champions 2009/2010 (kalah dari Inter Milan) dan final Liga Champions 2011/2012 (kalah dari Chelsea), Bayern akhirnya bisa membawa trofi "si telinga panjang" ke Allianz Arena.

Skor akhir memang tipis saja, 1-2, tapi jalannya pertandingan jauh dari menjemukan. Kedua pelatih, Juergen Klopp dan Juup Heynckess, saling mencoba strategi masing-masing dan satu sama lain saling menjajal kontra-stretegi. Kedua tim bermain dengan karakternya masing-masing, saling jual serangan, bergantian melakukan percobaan mencetak gol, dan diperkaya oleh aksi-aksi penyelamatan gemilang yang dibuat dua penjaga gawang, Manuel Nauer dan Roman Weidenfeller.

Pertandingan ini, terlebih jalannya pertandingan di babak I, mungkin bisa dianggap sebagai duel final Champions terbaik dalam beberapa musim terakhir.

High Pressing Dortmund

Borussia Dortmund mengawali pertandingan dengan penampilan yang menjanjikan. Mereka sangat merepotkan Manuel Nauer. Dalam 20 menit pertama, anak asuh Juergen Klopp ini sudah membuat 5 percobaan mencetak gol, sementara Bayern Muenchen tidak sanggup membuat satu pun percobaan mencetak gol.

Kunci utama dominasi Dortmund di babak I adalah keberanian untuk melakukan high-pressing. Mereka tidak memberi kesempatan para pemain Muenchen untuk berlama-lama menguasai bola. Dortmund memang nyaris selalu kalah dalam duel bola udara di babak I [hanya memenangkan 6 duel udara dari total 23 kali], tapi begitu mereka kalah duel udara pemain lain bisa dengan cepat mengejar bola kedua yang lepas itu.

Tekanan yang mereka lakukan bahkan sudah dilakukan sejak daerah pertahanan Muenchen sendiri. Lewandowksi sebagai penyerang tunggal dan Marcus Reus di belakangnya sangat aktif melakukan tindakan defensif saat Muenchen menguasai bola di wilayahnya sendiri. Sementara di lini tengah, duet Gundogan-Bender selalu siap dibantu oleh Jakub Blaszczykowski di kanan dan Kevin Grosskreutz di kiri.

Absennya Goetze memang mengurasi dimensi kreatif Dortmund, tapi masuknya Grosskreutz memberi daya tahan tersendiri bagi Dortmund. Jika Goetze cenderung lemah kemampuan bertahannya, maka Grosskreutz hadir dengan kemampuan lebih dalam bertarung di lini tengah. Ini memungkinkan strategi melakukan high-pressing jadi lebih dimungkinkan ketimbang jika Goetze hadir di lapangan.



*Grafik tekel [kiri] dan intercept [kanan] Dortmund di babak I (Graphic credit: squawka.com/cnnfc.com)


Chalkboard di atas menggambarkan bagaimana agresifitas Dortmund dalam melakukan tindakan defensif [tekel dan intercept]. Mereka banyak melakukannya di lini tengah bahkan di wilayah Muenchen. Tidak banyak tekel dan intersep yang dilakukan di dalam kotak penalti sendiri.

Cara Dortmund Menyerang

Absennya Mario Goetze memang jadi kendala penting bagi Juergen Klopp. Sebagai pemain dengan catatan assist [5] dan key-passes [19] tertinggi di timnya selama Liga Champions musim ini, Goetze memang sangat berpengaruh terutama saat Dortmund memasuki sepertiga lapangan akhir.

Praktis Klopp menumpukan harapan kreatif timnya kepada sosok Reus. Klopp merencanakan cara menyerang dengan membiarkan Reus dan Lewandowksi sangat aktif bertukar posisi. Selain secara aktif melakukan tindakan defensif saat Muenchen menguasai bola, keduanya seringkali bergerak dalam jarak yang selalu berdekatan. 3 di antara percobaan mencetak gol Lewandowski di babak I lahir juga dari umpan Reus.

Chalkboard area bergerak Reus [no. 11] bahkan agak sedikit di depan Lewandowski [no. 9] – seperti terlihat dalam gambar di bawah ini:
*Grafik player position Dortmund [biru] dan Bayern [oranye]. Graphic credit: whoscored.com

Dari sisi ini, Dortmund terlihat bermain dengan pola 4-4-1-1 atau bahkan 4-4-2. Grosskreutz tidak banyak melakukan cutting inside sebagaimana yang biasa dilakukan Goetze untuk bertukar posisi dengan Reus.

Kombinasi ini cukup merepotkan dan seringkali berhasil memaksa Bastian Schweinsteiger turun lebih ke dalam seperti menjadi center back ketiga Bayern. Ini memaksa Javi Martinez bertarung sendirian di lini tengah. Terlebih Robben dan Ribery di babak I ini bermain cenderung terlalu melebar dan sering memaksa keduanya seperti terisolasi di tepi lapangan.

Piszczek dan Blaszczykowski sebagai Unit

Jika Robben akhirnya bisa pelan-pelan melepaskan diri dari tekanan dan bahkan mendapat 2 peluang emas, Ribery amat kesulitan mengembangkan permainannya di babak I. Dia terlihat sukar menembus Thomas Piszczek yang bertahan dengan dibantu oleh Blaszczykowski yang konstan turun membantu ke bawah.

Kombinasi Piszczek dan Blaszczykowski di sisi kanan Dortmund ini adalah senjata lain Klopp saat membongkar pertahanan Muenchen. Selain solid dan kompak dalam bertahan, keduanya melakukan hal yang sama saat menyerang. Dari sisi kanan Dortmund yang ditempati Piszczek dan Blaszczykowski inilah mayoritas datangnya serangan berbahaya Dortmund di babak I.

Kombinasi Piszczek dan Blaszczykowski ini memang hanya menghasilkan 1 key-passes [umpan yang diakhiri dengan shot] dan mayoritas serangan dari kanan ini diakhiri dengan key-passes yang dibuat oleh Reus. Tapi Reus bisa leluasa ikut mengeksploitasi sisi kiri Bayern yang dijaga Alaba dengan memanfaatkan pressing yang dilakukan oleh Piszczek dan Blaszczykowski terhadap area yang dijaga Alaba.


*Grafik Passing akurat Reus sepanjang pertandingan. Warna kuning adalah key-passes, 3 di antaranya dilakukan di sisi kanan (Graphic credit: squawka.com/cnnfc.com)

Sebaliknya, sisi kiri Muenchen yang ditempati Alaba-Ribery di babak I ini tidak bermain sebagai sebuah unit yang solid seperti halnya Piszczek dan Blaszczykowski. Alaba sibuk bertahan dan Ribery terus bersikeras mencoba membongkar sisi kanan pertahanan Dortmund secara mandiri.

Bayern Memanfaatkan Duel-duel di Udara

Di babak pertama, dengan Martinez-Schweinsteiger yang selalu berada di bawah pressing ketat Dortmund, Bayern kesulitan untuk mengalirkan bola dari tengah. Memang, pemain Dortmund sendiri tidak hanya aktif menutup gerak pemain Bayern di daerah pertahanan sendiri namun juga hingga ke sepertiga lapangan akhir. Saat penguasaan bola berada di tangan Bayern, Reus-Lewandowski akan menekan Boateng-Dante, sementara Gundogan-Bender akan menutup Martinez-Schweinsteiger dari depan.

Ini mengakibatkan kedua lini tengah Bayern terisolasi dan tak mampu untuk mengalirkan bola sama sekali ke area sepertiga lapangan akhir. Keduanya pun lebih sering memberikan backpass atau umpan pendek ke samping.

*Grafik passing Martinez di babak pertama






*Grafik passing Schweinsteiger di babak pertama

*Graphic credit: squawka.com/cnnfc.com)


Untuk mengatasi ini, Bayern pun acap kali mem-bypass lini tengah dengan memberikan umpan lambung ke arah Mandzukic-Mueller. Disinilah peran penting Schweinsteiger dan Boateng. Schweini akan turun ke bawah, ke antara Boateng dan Dante, untuk mengurangi tekanan pada Boateng dari pemain Dortmund, sementara Boateng memberikan umpan lambung ke arah depan. Sebagaimana terlihat dari grafik di bawah, Boateng yang jadi pemain terbaik Bayern malam tadi memang memiliki peran sentral dalam strategi ini.


*Grafik Passing Jerome Boateng di babak pertama (Graphic credit: squawka.com/cnnfc.com)


Dengan cara ini, Bayern sendiri ingin memanfaatkan kekuatan duel udara para pemainnya, terutama melalui Mandzukic-Mueller yang berada di lini depan. Hal ini juga terlihat dari Bayern yang coba memaksimalkan attempts melalui umpan silang, atau tendangan penjuru. Terbukti, di 45 menit pertama, Bayern mampu memenangkan 17 dari 23 duel di udaranya. Melawan Subotic, Mandzukic sendiri mampu memenangkan 2 dari 3 duel udara di depan gawang Weidenfeller.

Dortmund Menurun di Babak II

Ada dua perubahan mencolok di babak II dan akhirnya terbukti menentukan hasil akhir.

Pertama, secara perlahan tapi pasti, konsistensi Dortmund dalam memainkan high-pressing terus menurun. Konsekuensi dari memainkan tempo tinggi, menekan lawan sejak dari daerahnya sendiri, tentu lebih menguras fisik. Tidak mudah untuk bisa secara ajeg bermain dengan tempo tinggi secara terus menerus sepanjang 90 menit.

Dengan hanya mengandalkan Reus sebagai pivot yang menjadi tumpuan aliran serangan [dia membuat 4 key-passes, tertinggi dari semua pemain dari kedua tim] Dortmund akhirnya memang terlihat kekurangan opsi dalam menyerang.

Gundogan di babak I menjadi opsi lain dengan "diizinkan" lebih aktif membantu ke depan. Pemain Turki ini, terutama di babak I, sering ketika mendapat bola di lini tengah tidak segera melepasnya. Dia selalu mendorong bola ke depan lebih dulu, mencoba memasuki wilayah Muenchen, sebelum kemudian melepaskan umpan.

Tapi di babak II, apalagi setelah memasuki menit 70-an, Gundogan tidak cukup mampu memberi sokongan yang dibutuhkan bagi Reus. Gol penyama Dortmund dari kotak penalti di menit 68 yang dieksekusi Gundogan, hasil dari pelanggaran Dante terhadap Reus, seakan jadi simbol kekuatan Gundogan dan Reus --tapi pinalti itu juga seperti menjadi akhir yang terlalu dini dari daya sengat Dortmund. Sejak itu, Reus kehilangan magisnya dan tak mampu lagi membuat 1 pun key-passes.

Robben Bergeser ke Tengah

Salah satu kelemahan Bayern di babak pertama adalah tidak adanya playmaker di area sepertiga lapangan akhir. Thomas Mueller yang ditempatkan di belakang Mandzukic memang fasih untuk memantulkan bola-bola udara, namun dengan kemampuan passingnya yang tidak sebaik Kroos ia acap kali kesulitan untuk memberikan bola pada Robben, Ribery, atau Mandzukic. Dari grafik passing Mueller di bawah pun terlihat ia lebih sering bergerak ke kanan dan berkombinasi dengan Robben, ketimbang mendistribusikan bola secara merata di area kanan ataupun kiri.


*Grafik Passing Thomas Mueller di babak pertama (Graphic credit: squawka.com/cnnfc.com)


Hal ini juga diperparah dengan Javi Martinez dan Bastian Scheweisnteiger yang bermain lebih dalam karena pressing-pressing yang dilakukan oleh pemain Dortmund. Mueller sendiri jarang turun ke bawah untuk menjemput bola dari Martinez-Schweinsteiger karena ia juga bertugas untuk berduel dengan Hummel untuk merebut bola-bola udara.

Tak heran jika Mueller dan Mandzukic acap kali berada sejajar, ketimbang Mueller di belakang Mandzukic. Sebagaimana telah disebutkan, praktis di babak pertama aliran bola di area sepertiga lapangan akhir pun hanya berasal dari sayap.

Heynckes memperbaiki ini dengan menggeser Robben ke tengah. Pemain asal Belanda ini sering berada di posisi menggantung di tengah, untuk menunggu umpan terobosan dan mendorong bola hingga ke byline, sementara Mueller bergeser ke kiri. Dua gol yang dicetak oleh Bayern pun terjadi akibat adanya perubahan ini.


Di gol pertama terlihat bagaimana Robben yang berposisi di tengah menunggu celah yang terbuka karena kelima pemain Dortmund terkonsentrasi pada Ribery dan Mandzukic. Dengan leluasa Robben lalu menerima umpan terobosan Ribery, berlari untuk menarik Weidenfeller keluar dan mengirimkan umpan silang. Hal inilah yang tidak terlihat di babak pertama karena Mueller lebih sering melebar ke kanan.

Dominasi Bayern setelah Robben digeser ke tengah ini membuat Mueller bisa memaksimalkan kekuatan utamanya dalam membaca, mencari dan membongkar ruang di pertahanan lawan. Dia memanfaatkan kalang-kabutnya pertahanan Dortmund mengantisipasi pergerakan Robben yang dibebaskan menjelajah daerah pertahanan lawan.

Ada setidaknya 3 momen di mana Mueller dengan cerdik masuk ke pertahanan Dortmund memanfaatkan celah sempit yang ditinggalkan defender Dortmund. Tidak heran jika Mueller adalah pemain Bayern dengan yang paling banyak menghasilkan key-passes dengan 3 buah, 1 buah di bawah Reus sebagai pemain terbanyak di laga ini yang menciptakan key-passes.

Kombinasi Kehebatan Neuer dan Lini Pertahanan Bayern

Kredit lain harus diberikan pada barisan pertahanan Bayern. Kombinasi barisan pertahanan dan Manuel Nauer berhasil menyelamatkan anak asuh Heynckess ini dari kebobolan sepanjang badai serangan Dortmund di babak I.

Dengan hanya kebobolan 11 gol di UCL dan 18 gol di liga, tak ayal Bayern jadi salah satu tim dengan pertahanan terbaik di Eropa musim ini. Satu catatan menarik dari hal ini adalah bagaimana Bayern yang sangat jarang kebobolan dari tendangan jarak jauh. Total hanya 2 dari 29 gol kebobolan mereka yang berasal dari attempts jarak jauh.

Grafik kebobolan Bayern di Bundesliga




Grafik kebobolan Bayern di UCL

*Graphic credit: squawka.com/cnnfc.com 


Salah satu penyebab hal ini adalah demikian dominannya Neuer sebagai dalam menghadapi tendangan jarak jauh. Lini pertahanan Bayern pun mampu memaksimalkan kekuatan ini dengan cara memotong bola-bola terobosan ke dalam kotak penalti, sehingga lawan direduksi untuk menendang dari jarak jauh.

Dalam pertandingan ini, Dortmund pun sering kali kesulitan menembus kotak penalti Bayern. Bahkan, dari 11 attempts yang dilakukan oleh Dortmund di pertandingan ini, hanya 4 yang dilakukan dari jarak dekat di depan gawang Neuer.


*Grafik Tekel Bayern Muenchen (Graphic credit: squawka.com/cnnfc.com)

Dari grafik di atas pun terlihat bagaimana lini pertahanan Bayern yang acap kali memotong bola tepat di depan kotak penalti. Bahkan, Dortmund sendiri selama 90 menit tak bisa melakukan satu bola terobosan pun ke kotak penalti Bayern. Marco Reus yang berperan sebagai playmaker juga hanya mampu menciptakan key-passes melalui sayap kanan. (detik.com)

Leave a Reply

Terima Kasih Telah Berkunjung

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © KUMPUL DI SINI - Dawie Heart - Powered by Blogger - Designed by Garuda Indonesia Komunitas -