- Back to Home »
- Berita Populer »
- Duel di Tengah & Efektivitas Serangan
Posted by : Unknown
Rabu, 15 Mei 2013
Dapat dikatakan bahwa laga Final Piala UEFA, yang akan diselenggarakan
di Amsterdam Arena ini, bukan merupakan pertemuan asing bagi kedua tim.
Di musim sebelumnya, kedua tim pernah bertemu namun di ajang kompetisi
yang berbeda, yaitu Laga perempatfinal Liga Champions.
Pada laga tersebut Chelsea berhasil unggul dengan aggregat 3-1 atas Benfica. Bahkan di penghujung musimnya, Chelsea berhasil merengkuh gelar juara Liga Champions lewat kemenangan atas Bayern Munich.
Lebih jauh lagi, familiaritas juga hadir tidak hanya di level klub, namun individual. Bagaimana tidak. Laga ini juga jadi ajang reuni bagi beberapa pemain dari kedua kesebelasan dengan klub lamanya. Skuad Chelsea memiliki dua pemain eks-Benfica yaitu David Luiz dan Ramires, sementara Benfica memiliki Nemanja Matic yang dahulu sempat memperkuat Chelsea.
Duel Ramires dan Matic di Lini Tengah
Satu catatan tersendiri bisa diberikan pada Ramires dan Nemanja Matic. Kedua pemain yang berposisi sebagai gelandang tengah ini memang memiliki beberapa persamaan. Bahkan, secara statistik keduanya cukup diandalkan dan memiliki kontribusi tinggi untuk timnya.
Sebagai orang pertama yang beroperasi di depan centre back, yang menghadapi pemain lawan ketika melakukan inisiasi serangan, kemampuan bertahan Ramires dan Matic sendiri sangat diandalkan. Rataan 5,3 tackle per match dicatatkan oleh Ramires sedangkan Matic dengan 2,4 tackle per match.
Kedua gelandang tersebut merupakan penyumbang terbesar dalam rataan tackle per match bagi masing-masing tim di kompetisi Liga Europa.
Untuk Matic sendiri, peran sentralnya di lini tengah juga ditunjukkan oleh dengan rataan 3,1 interceptions per match dan 1,6 clearance per match yang ia lakukan. Angka rataan interceptions per match yang dilakukan oleh Matic merupakan angka tertinggi jika dibandingkan dengan rekan-rekannya di Benfica di kompetisi di Piala UEFA musim ini.
Ini berbeda dengan Ramires yang lebih unggul dalam penyerangan. Tercatat 81,2% pass complete percentage dan 2 assist telah ia lakukan selama gelaran kompetisi Piala UEFA. Keseimbangannya dalam kemampuan menyerang maupun bertahan layak untuk diberikan kredit khusus.
Waspadai Efektivitas Serangan Benfica
Di pertandingan ini, Rafa Benitez nampaknya perlu mewaspadai efektivitas serangan Benfica. Meski sama-sama menggunakan formasi 4-2-3-1, terlihat bahwa anak-anak besutan Jorge Jesus lebih efektif dalam penyelesaian akhirnya dibanding The Blues.
Efektivitas penyelesaian akhir antara Chelsea dan Benfica ini dapat terlihat dari presentase konversi gol. Dengan rataan 11,4 shots per game, Benfica mampu mencatatkan conversion rate sebesar 15%. Situasi berbeda ditunjukkan Chelsea ketika rataan 16,9 shots per game hanya menghasilkan 11% conversion rate.
Kondisi tersebut diperparah dengan absennya John Terry. Padahal pemain ini memiliki catatan rataan clearance kedua tertinggi di timnya, setelah Gary Cahill, dengan angka 6,3 per pertandingan. Hal ini dapat menjadi suatu nilai minus bagi Chelsea. Apalagi jika melihat fakta menarik pada diri sang juru gedor Benfica, Oscar Cardozo. Dia telah mencetak 6 gol dalam 10 pertemuan terakhir Benfica ketika menghadapi tim dari negeri Ratu Elizabeth.
Selain harus memperhatikan Oscar, barisan pertahanan Chelsea pun harus ekstra berhati-hati dalam melakukan pressing ketat, yang bisa berakibat pada wasit yang memberikan hukuman bola mati. Tercatat selama berada di Piala UEFA kali ini, dari 9 kali gawang Peter Cech dijebol lawan, 4 gol terjadi melalui hukuman penalti, dan 3 lewat set-pieces. Sisanya, Chelsea hanya mencatatkan kebobolan lewat proses open play sebanyak 2 kali.
Sisi Kanan yang Aktif
Selain dari formasi, ada kesamaan taktik lainnya yang diterapkan oleh Jorge Jesus dan Rafa Benitez. Ini terlihat dari sisi lateral, khususnya sayap kanan lapangan, yang jadi area cukup aktif di kala menyerang maupun diserang. Dapat dikatakan bahwa zona ini jadi titik kekuatan sekaligus kelemahan bagi kedua tim.
Di kubu Benfica, tugas berat harus dipikul oleh sisi pertahanan bagian kiri. Hal ini dikarenakan serangan Chelsea yang begitu spartan pada sayap kanan penyerangannya dengan presentase 39%. Triangular antara Cesar Azpilicueta–Ramires–Victor Moses di sayap kanan kerap diandalkan oleh Benitez.
Rataan terbesar pemain Chelsea yang melakukan passing per pertandingan pun dicatatkan oleh Azpilicueta. Tercatat dalam 7 kali penampilannya di Piala UEFA, Azpilicueta berhasil mecatatkan 54,6 rataan passing per pertandingan! Hal tersebut terlihat begitu menonjol karena Azipilicueta sendiri berposisi sebagai full-back kanan.
Padahal, pada umumnya, rataan passing tertinggi dalam suatu tim diraih oleh pemain yang berposisi sebagai gelandang. Ini menunjukkan betapa aktifnya sisi kanan penyerangan yang digalang oleh klub dimiliki oleh Roman Abramovich ini.
Absennya Hazard karena cedera pun nampaknya tidak akan terlalu berpengaruh banyak. Chelsea yang memiliki kedalaman skuat mumpuni pun masih memiliki Moses yang berperan sebagai pelapis Hazard. Bahkan Moses juga sejauh ini telah mencatatkan 4 gol dari 6 kali bermain di pentas Piala UEFA.
Rentan Diserang dari Kanan
Situasi berbeda dialami Chelsea ketika bertahan. Begitu aktifnya sayap kanan penyerangan Chelsea tak ayal cukup membuat pertahanan menjadi kocar-kacir ketika menerima serangan. Aktifnya Azpilicueta dalam membantu serangan berdampak pada adanya lubang yang ditinggalkan di lini pertahanan. Celah tersebut dapat dimanfaatkan baik oleh tim lawan.
Tercatat bahwa 22% arah tembakan berasal dari area dimanan Azpilicueta berada. Presentase tersebut merupakan presentase kedua terbesar setelah presentase arah tembakan terbanyak berada pada area tengah yang meraih presentase sebesar 64%.
Celah inilah yang seharusnya dapat di ekspoitasi oleh Jorge Jesus dengan memaksimalkan potensi Ola John yang berposisi di sayap kiri penyerangan. Apalagi Ola memiliki catatan positif berupa rataan 1,4 key passes per pertandingan.
Chelsea juga dalam kondisi yang sama. Tanggung jawab berat harus dipikul oleh sisi kiri pertahanannya, karena pada sisi tersebut pula Benfica aktif dalam menggencarkan serangannnya dengan presentase 40% berkutat di sayap kanan.
Peran Eduardo Salvio mengisi pos sayap kanan harus dijadikan fokus perhatian oleh lini pertahanan Chelsea. Rataan 1,7 tembakan per pertandingan yang dilesakkan oleh Salvio jadi salah satu kekuatan pemain ini. Salvio hanya kalah oleh Oscar Cardozo yang menghasilkan rataan 2 tembakan per pertandingannya.
Di sinilah peran sentral double-pivot Chelsea, dalam membantu full-back menutup pergerakan Salvio, sangatlah dibutuhkan. Pressing yang rapih tanpa harus menimbulkan pelanggaran yang tidak perlu akan ampuh dalam mematahkan serangan yang diinisiasi oleh Benfica. Namun, Benfica juga harus berhati-hati dalam menjaga area kanan pertahanannya karena pada area tersebut pula banyak tembakan yang digencarkan oleh lawan.
Aspek lain yang harus diantisipasi oleh Benfica adalah strategi serangan balik yang kerap dilakukan oleh skuad The Blues. Hal tersebut terlihat dari rata-rata long ball yang dilakukan Chelsea yang menembus angka 64. Berbeda dengan Benfica yang mencatatkan 53 rata-rata long ball di setiap pertandingannya.
Kemampuan Chelsea dalam menggencarkan serangan balik pun didukung oleh kemampuan David Luiz. Ia mencatatkan diri sebagai pemain yang paling sering memberikan umpan panjang kepada rekan-rekannnya dengan rataan 5,5 accurate long ball per game.
Dengan keunggulan permainan umpan panjang tersebut, Chelsea dapat menahan bola di area pertahanannya sendiri sambil menunggu celah guna memberikan long ball dalam usahanya melakukan inisiasi serangan balik. Namun, terlepas dari permasalahan strategi atau taktik, laga yang akan dipimpin oleh wasit Bjorn Kuippers ini merupakan laga Final Liga Europa yang pertama bagi kedua tim.
Lalu, apakah Chelsea dengan catatan positifnya -dalam 5 pertemuan terakhir berhadapan dengan tim Portugal selalu meraih kemenangan- akan terus berlanjut? Ataukah Benfica yang akan mengakhiri puasa gelar eropa selama 51 tahun? Menarik untuk ditunggu.
Prediksi Line-Up
Chelsea (4-2-3-1): Cech; Azpilicueta, Luiz, Ivanovic, Cole; Ramires, Lampard; Moses, Mata, Oscar; Torres
Benfica (4-2-3-1): Artur; Almeida, Luisao, Garay, Melgarejo; Matic, Perez; Salvio, Lima, Gaitan; Cardozo
Pada laga tersebut Chelsea berhasil unggul dengan aggregat 3-1 atas Benfica. Bahkan di penghujung musimnya, Chelsea berhasil merengkuh gelar juara Liga Champions lewat kemenangan atas Bayern Munich.
Lebih jauh lagi, familiaritas juga hadir tidak hanya di level klub, namun individual. Bagaimana tidak. Laga ini juga jadi ajang reuni bagi beberapa pemain dari kedua kesebelasan dengan klub lamanya. Skuad Chelsea memiliki dua pemain eks-Benfica yaitu David Luiz dan Ramires, sementara Benfica memiliki Nemanja Matic yang dahulu sempat memperkuat Chelsea.
Duel Ramires dan Matic di Lini Tengah
Satu catatan tersendiri bisa diberikan pada Ramires dan Nemanja Matic. Kedua pemain yang berposisi sebagai gelandang tengah ini memang memiliki beberapa persamaan. Bahkan, secara statistik keduanya cukup diandalkan dan memiliki kontribusi tinggi untuk timnya.
Sebagai orang pertama yang beroperasi di depan centre back, yang menghadapi pemain lawan ketika melakukan inisiasi serangan, kemampuan bertahan Ramires dan Matic sendiri sangat diandalkan. Rataan 5,3 tackle per match dicatatkan oleh Ramires sedangkan Matic dengan 2,4 tackle per match.
Kedua gelandang tersebut merupakan penyumbang terbesar dalam rataan tackle per match bagi masing-masing tim di kompetisi Liga Europa.
Untuk Matic sendiri, peran sentralnya di lini tengah juga ditunjukkan oleh dengan rataan 3,1 interceptions per match dan 1,6 clearance per match yang ia lakukan. Angka rataan interceptions per match yang dilakukan oleh Matic merupakan angka tertinggi jika dibandingkan dengan rekan-rekannya di Benfica di kompetisi di Piala UEFA musim ini.
Ini berbeda dengan Ramires yang lebih unggul dalam penyerangan. Tercatat 81,2% pass complete percentage dan 2 assist telah ia lakukan selama gelaran kompetisi Piala UEFA. Keseimbangannya dalam kemampuan menyerang maupun bertahan layak untuk diberikan kredit khusus.
Waspadai Efektivitas Serangan Benfica
Di pertandingan ini, Rafa Benitez nampaknya perlu mewaspadai efektivitas serangan Benfica. Meski sama-sama menggunakan formasi 4-2-3-1, terlihat bahwa anak-anak besutan Jorge Jesus lebih efektif dalam penyelesaian akhirnya dibanding The Blues.
Efektivitas penyelesaian akhir antara Chelsea dan Benfica ini dapat terlihat dari presentase konversi gol. Dengan rataan 11,4 shots per game, Benfica mampu mencatatkan conversion rate sebesar 15%. Situasi berbeda ditunjukkan Chelsea ketika rataan 16,9 shots per game hanya menghasilkan 11% conversion rate.
Kondisi tersebut diperparah dengan absennya John Terry. Padahal pemain ini memiliki catatan rataan clearance kedua tertinggi di timnya, setelah Gary Cahill, dengan angka 6,3 per pertandingan. Hal ini dapat menjadi suatu nilai minus bagi Chelsea. Apalagi jika melihat fakta menarik pada diri sang juru gedor Benfica, Oscar Cardozo. Dia telah mencetak 6 gol dalam 10 pertemuan terakhir Benfica ketika menghadapi tim dari negeri Ratu Elizabeth.
Selain harus memperhatikan Oscar, barisan pertahanan Chelsea pun harus ekstra berhati-hati dalam melakukan pressing ketat, yang bisa berakibat pada wasit yang memberikan hukuman bola mati. Tercatat selama berada di Piala UEFA kali ini, dari 9 kali gawang Peter Cech dijebol lawan, 4 gol terjadi melalui hukuman penalti, dan 3 lewat set-pieces. Sisanya, Chelsea hanya mencatatkan kebobolan lewat proses open play sebanyak 2 kali.
Sisi Kanan yang Aktif
Selain dari formasi, ada kesamaan taktik lainnya yang diterapkan oleh Jorge Jesus dan Rafa Benitez. Ini terlihat dari sisi lateral, khususnya sayap kanan lapangan, yang jadi area cukup aktif di kala menyerang maupun diserang. Dapat dikatakan bahwa zona ini jadi titik kekuatan sekaligus kelemahan bagi kedua tim.
Di kubu Benfica, tugas berat harus dipikul oleh sisi pertahanan bagian kiri. Hal ini dikarenakan serangan Chelsea yang begitu spartan pada sayap kanan penyerangannya dengan presentase 39%. Triangular antara Cesar Azpilicueta–Ramires–Victor Moses di sayap kanan kerap diandalkan oleh Benitez.
Rataan terbesar pemain Chelsea yang melakukan passing per pertandingan pun dicatatkan oleh Azpilicueta. Tercatat dalam 7 kali penampilannya di Piala UEFA, Azpilicueta berhasil mecatatkan 54,6 rataan passing per pertandingan! Hal tersebut terlihat begitu menonjol karena Azipilicueta sendiri berposisi sebagai full-back kanan.
Padahal, pada umumnya, rataan passing tertinggi dalam suatu tim diraih oleh pemain yang berposisi sebagai gelandang. Ini menunjukkan betapa aktifnya sisi kanan penyerangan yang digalang oleh klub dimiliki oleh Roman Abramovich ini.
Absennya Hazard karena cedera pun nampaknya tidak akan terlalu berpengaruh banyak. Chelsea yang memiliki kedalaman skuat mumpuni pun masih memiliki Moses yang berperan sebagai pelapis Hazard. Bahkan Moses juga sejauh ini telah mencatatkan 4 gol dari 6 kali bermain di pentas Piala UEFA.
Rentan Diserang dari Kanan
Situasi berbeda dialami Chelsea ketika bertahan. Begitu aktifnya sayap kanan penyerangan Chelsea tak ayal cukup membuat pertahanan menjadi kocar-kacir ketika menerima serangan. Aktifnya Azpilicueta dalam membantu serangan berdampak pada adanya lubang yang ditinggalkan di lini pertahanan. Celah tersebut dapat dimanfaatkan baik oleh tim lawan.
Tercatat bahwa 22% arah tembakan berasal dari area dimanan Azpilicueta berada. Presentase tersebut merupakan presentase kedua terbesar setelah presentase arah tembakan terbanyak berada pada area tengah yang meraih presentase sebesar 64%.
Celah inilah yang seharusnya dapat di ekspoitasi oleh Jorge Jesus dengan memaksimalkan potensi Ola John yang berposisi di sayap kiri penyerangan. Apalagi Ola memiliki catatan positif berupa rataan 1,4 key passes per pertandingan.
Chelsea juga dalam kondisi yang sama. Tanggung jawab berat harus dipikul oleh sisi kiri pertahanannya, karena pada sisi tersebut pula Benfica aktif dalam menggencarkan serangannnya dengan presentase 40% berkutat di sayap kanan.
Peran Eduardo Salvio mengisi pos sayap kanan harus dijadikan fokus perhatian oleh lini pertahanan Chelsea. Rataan 1,7 tembakan per pertandingan yang dilesakkan oleh Salvio jadi salah satu kekuatan pemain ini. Salvio hanya kalah oleh Oscar Cardozo yang menghasilkan rataan 2 tembakan per pertandingannya.
Di sinilah peran sentral double-pivot Chelsea, dalam membantu full-back menutup pergerakan Salvio, sangatlah dibutuhkan. Pressing yang rapih tanpa harus menimbulkan pelanggaran yang tidak perlu akan ampuh dalam mematahkan serangan yang diinisiasi oleh Benfica. Namun, Benfica juga harus berhati-hati dalam menjaga area kanan pertahanannya karena pada area tersebut pula banyak tembakan yang digencarkan oleh lawan.
Aspek lain yang harus diantisipasi oleh Benfica adalah strategi serangan balik yang kerap dilakukan oleh skuad The Blues. Hal tersebut terlihat dari rata-rata long ball yang dilakukan Chelsea yang menembus angka 64. Berbeda dengan Benfica yang mencatatkan 53 rata-rata long ball di setiap pertandingannya.
Kemampuan Chelsea dalam menggencarkan serangan balik pun didukung oleh kemampuan David Luiz. Ia mencatatkan diri sebagai pemain yang paling sering memberikan umpan panjang kepada rekan-rekannnya dengan rataan 5,5 accurate long ball per game.
Dengan keunggulan permainan umpan panjang tersebut, Chelsea dapat menahan bola di area pertahanannya sendiri sambil menunggu celah guna memberikan long ball dalam usahanya melakukan inisiasi serangan balik. Namun, terlepas dari permasalahan strategi atau taktik, laga yang akan dipimpin oleh wasit Bjorn Kuippers ini merupakan laga Final Liga Europa yang pertama bagi kedua tim.
Lalu, apakah Chelsea dengan catatan positifnya -dalam 5 pertemuan terakhir berhadapan dengan tim Portugal selalu meraih kemenangan- akan terus berlanjut? Ataukah Benfica yang akan mengakhiri puasa gelar eropa selama 51 tahun? Menarik untuk ditunggu.
Prediksi Line-Up
Chelsea (4-2-3-1): Cech; Azpilicueta, Luiz, Ivanovic, Cole; Ramires, Lampard; Moses, Mata, Oscar; Torres
Benfica (4-2-3-1): Artur; Almeida, Luisao, Garay, Melgarejo; Matic, Perez; Salvio, Lima, Gaitan; Cardozo
(detik.com)