- Back to Home »
- Berita Populer »
- Evolusi Sepatu Sepakbola (Bagian 3): Desain Modern Era 1960-1980
Posted by : Unknown
Rabu, 01 Mei 2013
Sepatu sepakbola mulai mengalami perubahan desain yang signifikan pada
tahun 1960-an. Sejak tahun itu juga produsen-produsen mengembangkan
berbagai teknologi baru.
Era ini menjadi tonggak perubahan desain sepatu dari tinggi melebihi engkel, menjadi di bawah engkel seperti saat ini. Dengan tinggi di bawah engkel, para pemain menjadi lebih bebas menggerakkan kaki dan bisa bergerak lebih cepat di lapangan.
Piala Dunia 1962 menjadi bukti bahwa kelincahan pemain diuntungkan dengan perubahan desain ini. Pele yang mengenakan sepatu buatan Puma membuat sebuah gol spektakuler setelah melewati empat pemain Meksiko. Brasil menang 4-0, Pele membuat satu assist dan satu gol.
Puma kembali menonjol pada Piala Dunia 1966 lewat sepatu "King" yang dikenakan oleh bintang Portugal, Eusebio. Puma terlihat akan menguasai pasar ketika berhasil meyakinkan Pele dan Eusebio untuk mengenakan sepatu mereka.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, Adidas justru lebih populer saat itu. Buktinya, 75% pemain yang bermain di Piala Dunia 1966 mengenakan sepatu bikinan Adi Dassler. (Baca artikel sebelumnya).
Di masa ini, beberapa produsen sepatu juga muncul di tengah-tengah persaingan sengit Puma dan Adidas, seperti Mitre (1960), Asics (1964), dan Joma (1965).
Tahun 1970 dimulai dengan Pele mengantarkan Brasil menjadi juara dunia dengan sepatu Puma King, sama seperti milik Eusebio. Ini kembali menunjukkan bahwa sepatu pada masa ini semakin mendukung para pemain mengeluarkan teknik terbaik.
Selain itu di masa 1970-an, untuk pertama kalinya pemain mengenal istilah sponsorship/endorsement, di mana seorang pemain hanya mengenakan satu merk tertentu dan ikut mempromosikannya.
Era ini juga ditandai dengan perubahan bahan dan desain. Sepatu sepakbola mulai diproduksi dengan campuran antara bahan sintetis dan kulit untuk mengurangi bobot serta desain yang mendukung penggunanya mendapatkan traksi di rumput. Sepatu juga kini dilengkapi penutup kecil di bagian punggung kaki (di atas simpul tali).
Pada masa ini sepatu mulai dibuat dengan warna lain, tak hanya hitam, dan untuk pertama kalinya sepatu dengan warna putih seluruhnya diproduksi.
Pada 1979, perusahaan sepatu terkemuka, Adidas, meluncurkan sepatu terlaris dunia, Copa Mundial. Sepatu ini menggunakan bahan dari kulit kanguru, didesain untuk kecepatan dan fleksibilitas. Bahan ini bahkan masih digunakan hingga saat ini.
Di periode 1970-an ini Adidas masih menempati urutan teratas sebagai produsen sepatu sepakbola. Namun, beberapa perusahaan lain juga mulai bermunculan, termasuk produsen asal Italia, Diadora, yang berdiri pada tahun 1977.
Memasuki tahun 1980, ketika teknologi dan mesin semakin modern, sepatu sepakbola ikut merasakan dampaknya. Kini pabrik-pabrik sepatu mulai meneliti dan melakukan pengembangan demi terciptanya sepatu yang lebih ringan dan peningkatan performa keseluruhan. Sepatu juga semakin berkembang dengan desain dan penempatan pul.
Pada periode ini, produsen sepatu semakin banyak bermunculan, antara lain Lotto dari Italia (1982), Kelme dari Spanyol (1982), dan Umbro dari Inggris (1985).
Adidas kemudian memulai pengembangan atas salah satu sepatu sepakbola paling legendaris di dunia. Dipimpin oleh mantan pemain Middlesbrough dan Liverpool berkebangsaan Australia, Craig Johnston, Adidas membuat sepatu revolusionernya, bernama Predator. (detik.com)
Era ini menjadi tonggak perubahan desain sepatu dari tinggi melebihi engkel, menjadi di bawah engkel seperti saat ini. Dengan tinggi di bawah engkel, para pemain menjadi lebih bebas menggerakkan kaki dan bisa bergerak lebih cepat di lapangan.
Piala Dunia 1962 menjadi bukti bahwa kelincahan pemain diuntungkan dengan perubahan desain ini. Pele yang mengenakan sepatu buatan Puma membuat sebuah gol spektakuler setelah melewati empat pemain Meksiko. Brasil menang 4-0, Pele membuat satu assist dan satu gol.
Puma kembali menonjol pada Piala Dunia 1966 lewat sepatu "King" yang dikenakan oleh bintang Portugal, Eusebio. Puma terlihat akan menguasai pasar ketika berhasil meyakinkan Pele dan Eusebio untuk mengenakan sepatu mereka.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, Adidas justru lebih populer saat itu. Buktinya, 75% pemain yang bermain di Piala Dunia 1966 mengenakan sepatu bikinan Adi Dassler. (Baca artikel sebelumnya).
Di masa ini, beberapa produsen sepatu juga muncul di tengah-tengah persaingan sengit Puma dan Adidas, seperti Mitre (1960), Asics (1964), dan Joma (1965).
Tahun 1970 dimulai dengan Pele mengantarkan Brasil menjadi juara dunia dengan sepatu Puma King, sama seperti milik Eusebio. Ini kembali menunjukkan bahwa sepatu pada masa ini semakin mendukung para pemain mengeluarkan teknik terbaik.
Selain itu di masa 1970-an, untuk pertama kalinya pemain mengenal istilah sponsorship/endorsement, di mana seorang pemain hanya mengenakan satu merk tertentu dan ikut mempromosikannya.
Era ini juga ditandai dengan perubahan bahan dan desain. Sepatu sepakbola mulai diproduksi dengan campuran antara bahan sintetis dan kulit untuk mengurangi bobot serta desain yang mendukung penggunanya mendapatkan traksi di rumput. Sepatu juga kini dilengkapi penutup kecil di bagian punggung kaki (di atas simpul tali).
Pada masa ini sepatu mulai dibuat dengan warna lain, tak hanya hitam, dan untuk pertama kalinya sepatu dengan warna putih seluruhnya diproduksi.
Pada 1979, perusahaan sepatu terkemuka, Adidas, meluncurkan sepatu terlaris dunia, Copa Mundial. Sepatu ini menggunakan bahan dari kulit kanguru, didesain untuk kecepatan dan fleksibilitas. Bahan ini bahkan masih digunakan hingga saat ini.
Di periode 1970-an ini Adidas masih menempati urutan teratas sebagai produsen sepatu sepakbola. Namun, beberapa perusahaan lain juga mulai bermunculan, termasuk produsen asal Italia, Diadora, yang berdiri pada tahun 1977.
Memasuki tahun 1980, ketika teknologi dan mesin semakin modern, sepatu sepakbola ikut merasakan dampaknya. Kini pabrik-pabrik sepatu mulai meneliti dan melakukan pengembangan demi terciptanya sepatu yang lebih ringan dan peningkatan performa keseluruhan. Sepatu juga semakin berkembang dengan desain dan penempatan pul.
Pada periode ini, produsen sepatu semakin banyak bermunculan, antara lain Lotto dari Italia (1982), Kelme dari Spanyol (1982), dan Umbro dari Inggris (1985).
Adidas kemudian memulai pengembangan atas salah satu sepatu sepakbola paling legendaris di dunia. Dipimpin oleh mantan pemain Middlesbrough dan Liverpool berkebangsaan Australia, Craig Johnston, Adidas membuat sepatu revolusionernya, bernama Predator. (detik.com)