Share Up To 110 % - 10% Affiliate Program
Posted by : Unknown Minggu, 05 Mei 2013

 thumbnail
sepakbola Italia bagaikan petinju yang takut kalah. Karena itu ia akan bertarung secara sabar sembari menanti satu celah saat pertahanan lawannya terbuka, untuk melayangkan pukulan knock-out.

Tanpa harus terjebak pada stereotipe secara mendalam, pertandingan ini bisa dikatakan sebagai contoh tepat analogi yang diberikan oleh Vialli. Hampir selama 70 menit (kecuali 20 menit awal pertandingan), Roma terus menerus dikurung di area pertahanannya sendiri. Selama 70 menit pula, Roma dengan sabarnya bertahan untuk melayani 'pukulan demi pukulan' yang dilakukan oleh La Viola.

Memang, dengan penguasaan bola di area lawan itu, Fiorentina terhitung bisa 27 kali melakukan attempts ke gawang Roma. Sementara dengan minimnya kesempatan, Roma hanya mampu menguji pertahanan Fiorentina melalui 11 kali attempts.

Namun, di menit 92, sesaat setelah tendangan pemain tengah David Pizzaro membentur tiang, para penggawa Roma melakukan serangan balik yang berbuah tendangan pojok. Dari pemanfaatan bola mati inilah kemudian Osvaldo melakukan sundulan dan menjebol gawang Viviano.

Fiorentina yang bermain aktraktif sepanjang pertandingan pun harus pulang dengan tangan hampa. Bak petinju yang kalah KO di ronde terakhir.

Terhambat Karena Doble-Pivot Bradley dan De Rossi

Tak dapat dinafikan bahwa empat bulan setelah Zdenek Zeman lengser, gaya permainan Roma telah berubah total. Di bawah kendali Aurelio Andreazzoli, I Lupi memang tampil lebih pragmatis dengan taktik yang berubah tiap kali bertemu lawan yang berbeda. Tidak ada lagi loyalitas pada gaya menyerang melalui taktik 4-3-3 yang selalu dimainkan saat bersama Zeman.

Misalnya saja pada pertandingan ini. Untuk menghadapi trio lini tengah Fiorentina, Pizzaro-Aquilani-Valero, Andreazzoli lebih memilih untuk memasang duet bertipe hard defensive midfielder (Bradley-De Rossi) sebagai dobel-pivot dalam formasi 4-2-3-1. Tujuannya untuk menghentikan penguasaan bola dari trio lini tengah Fiorentina yang memang fasih memainkan umpan-umpan pendek dan mendistribusikan bola ke depan.

Namun, dengan pemilihan doble-pivot ini, dan meninggalkan Miralem Pjanic di bangku cadangan, maka Roma pun kehilangan pemain tengah yang mampu memberikan suplai bola bagi para penyerangnya.

Di 20 menit pertama, saat Roma masih melakukan pressing di area pertahanan lawan, hal ini sebenarnya tidak jadi masalah. Duet De Rossi-Bradley acap kali merangsek ke depan dan memberikan pressing pada Pizzaro-Aquilani-Valero, sehingga aliran bola Fiorentina pun terhambat.

Terbukti, di 20 menit pertama, Fiorentina hanya mampu menghasilkan 2 attempts, itu pun dengan 2 yang berasal dari luar kotak penalti.

Masalah muncul ketika Bradley dan De Rossi tidak lagi melakukan pressing, dan lebih sering berlari ke daerah pertahanan sendiri saat lini tengah Fiorentina menguasai bola. Kala Roma melakukan serangan balik, baik Bradley dan De Rossi tidak mampu untuk memberikan distribusi yang baik ke lini depan. Akibatnya serangan Roma pun acap kali putus saat memasuki area sepertiga lapangan akhir.



Ketidakmampuan De Rossi dan Bradley untuk mengalirkan bola ini terlihat melalui grafik di atas. Keduanya lebih sering memberikan bola ke sayap lapangan, atau malah melakukan backpass, ketimbang membangun serangan lewat tengah.

Padahal, Andreazzoli menempatkan Francesco Totti sebagai playmaker di belakang Osvaldo. Akibat kurangnya suplai dari lini tengah ini menyebabkan Totti turun ke bawah untuk menjemput bola dan meninggalkan Osvaldo sendirian di area pertahanan Fiorentina. Hal ini terutama terlihat di babak kedua.



Dari gambar di atas terlihat bagaimana Totti lebih sering beroperasi di tengah lapangan, alih-alih di sepertiga lapangan akhir, daerah yang seharusnya ia kuasai. Performa Totti pun menurun drastis di babak kedua. Jika di 45 menit pertama ia bisa melakukan 33 passing (25 sukses), maka di babak kedua Totti hanya memberikan 18 kali passing (14 sukses).

Menyerang Lewat Kiri

Salah satu highlight Serie A di musim ini adalah kemunculan Valero-Pizzaro-Aquilani di bawah polesan tangan Montella. Bahkan, kemampuan teknikal yang ditampilkan trio ini pun tak kalah dengan trio lini tengah sang calon juara, Juventus, yang diisi oleh Marchisio-Pirlo-Vidal.

Bedanya, Marchisio dan Vidal lebih mengandalkan energi dengan pressing dan lari box-to-box-nya, sementara trio Fiorentina lebih fasih dalam melakukan passing. Ini karena baik Valero, Pizzaro, ataupun Aquilani memang sebelumnya lebih sering berperan sebagai playmaker di mantan klubnya masing-masing.

Uniknya di pertandingan ini Montella membagi peran ketiganya. Pizzaro-Aquilani diinstruksikan berdiri sejajar di tengah, dan menunggu second-ball yang dimentahkan lini pertahanan Roma. Sementara itu, Valero berposisi lebih naik dan membentuk triangulasi dengan Pasquale dan Llajic untuk menyerang Roma dari sayap kiri. Ini terlihat jelas lewat grafik passing Fiorentina di bawah.



Dari kotak merah di atas terlihat bahwa malam tadi serangan yang dibangun oleh Fiorentina memang tidak simetris, dan dititikberatkan pada triangulasi Valero-Pasquale-Llajic. Hal ini pun tercermin dari jumlah crossing yang dilakukan oleh Jovetic dkk. Dari 31 kali umpan silang yang dibikin oleh La Viola, hanya 8 yang berasal dari kanan lapangan.

Solidnya Pertahanan Roma

Gelombang serangan Fiorentina dari sisi kiri mampu dimentahkan berkali-kali oleh Roma. Salah satu faktornya adalah karena baik ketiga gelandang tengah maupun Llalic-Cuadrado, terutama di babak kedua, jarang merangsek masuk ke kotak penalti. Akibatnya, dengan hanya mempertahankan posisi sejajar, lini pertahanan Roma mampu menahan umpan-umpan terobosan Fiorentina. Tidak ada bek Roma yang terpancing keluar dari posisinya oleh gelandang La Viola yang masuk ke kotak penalti dan jadi ancaman.

Selain itu, solidnya pertahanan Roma dicapai dengan cara menempatkan dua orang sekaligus dalam menjaga dan memberikan pressing pada Jovetic.

Striker andalan Montella ini pun acap kali menemukan dirinya tidak mendapatkan ruang sehingga ia malah bergerak ke luar kotak penalti. Selama bermain 71 menit, Jovetic pun hanya 4 kali melakukan attempts, dan hanya dua yang dilakukan dari dalam kotak penalti.

Karena tak mampu menembus pertahanan Roma, Fiorentina lalu mencoba cara lain untuk menjebol gawang, yaitu melalui tendangan jarak jauh dari luar kotak penalti. Berkali-kali baik Valero, Llajic, Cuadrado, maupun Aquilani melancarkan tendangan ini untuk mengetes kiper Roma (lihat grafik attempts Fiorentina). Valero dan Llajic sendiri bergantian memotong ke dalam, sementara Pasquale berada dekat pinggir lapangan untuk mempertahankan lebar permainan.

Namun cara ini terbukti tidak efektif. Tercatat hanya dua kali Fiorentina membuat peluang yang benar-benar mengancam gawang Roma melalui tendangan jarak jauh, yaitu melalui tendangan Cuadrado dan saat Pizzaro menggetarkan tiang gawang Roma di menit 90.



Substitusi

Di kubu Fiorentina, Montella memasukkan Luca Toni untuk menggantikan Jovetic. Dengan substitusi ini Montella juga mengubah taktik, yaitu dengan memperbanyak umpan silang demi memanfaatkan kemampuan aerial Toni. Terbukti, dari menit 45-75 Fiorentina hanya melakukan 5 kali umpan silang. Sementara setelah Toni masuk, jumlah ini meningkat hingga 12 kali.

Sementara itu, Andreazzoli melakukan 2 kali substitusi demi mengubah permainan. Pertama adalah masuknya Pjanic untuk menggantikan Erik Lamela, sehingga Roma beralih dari formasi 4-2-3-1 ke 4-3-3. Ini dilakukan untuk menambah kendali di lini tengah, yang memang semenjak menit ke-45 berada di tangan Fiorentina.

Substitusi kedua adalah dengan memasukkan Marquinhos (center-back) untuk menggantikan Florenzi (penyerang di sayap kiri). Dengan substitusi ini Roma pun kembali mengubah formasi jadi 5-3-2, menggunakan 3 center-back, dan mempertahankan kesolidan lini belakang.

Substitusi yang dilakukan kedua pelatih tidak banyak berpengaruh terhadap alur permainan, dan hingga menit ke-90 pertandingan tampak akan berakhir dengan hasil 0-0.

Namun, kemampuan Roma untuk memanfaatkan kesempatan di akhir pertandingan (kesempatan emas kedua yang didapat selama 90 menit setelah sundulan Florenzi dari jarak dekat hanya melambung di atas mistar) jadi pembeda. "Serigala Ibukota" pun berhasil menaklukkan lawannya dengan knock-out di ronde terakhir. (detik.com)

Leave a Reply

Terima Kasih Telah Berkunjung

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © KUMPUL DI SINI - Dawie Heart - Powered by Blogger - Designed by Garuda Indonesia Komunitas -