- Back to Home »
- Kabar Artis »
- Slank Sukses Bikin Warga Blitar Menggila
Posted by : Unknown
Minggu, 12 Mei 2013
BLITAR- Lagu "Bidadari Penyelamat" dari album kelima
Minoritas produksi tahun 1996 menjadi pembuka. Bimo Setiawan Al
Machzumi berdiri tegak di belakang perangkat drum berlogo kupu-kupu
Slank. Tanpa bunyi ketukan stik drum dan tanpa iringan alat musik gitar,
lelaki ceking berusia 49 tahun yang biasa dipanggil Bimbim itu
melantunkan lirik ciptaanya sendiri secara monolog.
Semua bilang aku salah jalan. Tapi gak ada satupun yang punya peta.
Seperti logam tersentuh besi berani, sekira 12 ribu Slanker (penggemar Slank) dari berbagai penjuru daerah yang malam tadi tumpah ruah di lapangan Batalyon Infanteri 511 Badak Hitam Kota Blitar, tanpa dikomando sontak mengikutinya.
Bimbim yang mengenakan topi pet model petugas polisi serupa dipakai personil Rolling Stone tampak begitu menghayati. Pandanganya lurus ke depan, tertuju ke arah lautan Slanker yang sejak pukul 19.00 WIB berjubel berdesak-desakan. Suara seraknya terdengar meratap, menghiba iba, putus asa.
“Haripun berlalu. Tak sadar sudah tahunan”
Suasana yang sebelumnya “dipanasi” aksi band rock pembuka Painkiller asuhan gitaris Slank Abdee Negara berangsur-angsur mendingin. Syahdu. Warna warni lighting panggung meredup. Hanya ada satu lampu yang disisakan menyala benderang dengan sinar yang tumpah tepat di mana komandan anak-anak Geng Potlot itu berdiri.
Seluruh slanker nyaris hafal di luar kepala. Hampir tidak ada bait yang meleset. Begitu punggawa grup bank legendaris tanah air ini menutup monolog dengan suara sengaja dilantangkan. Semua Slanker pun bersorak sorai meneriakkan yel yel “Bimbim..Bimbim”
Dalam sekejap, keheningan malam pukul 20.30 Wib itu terkoyak. Cabikan gitar melodi Abdee Negara meraung, mengejar dentum bas Ivanka yang memainkan notasi lagu “Bang Bang Tut”. Dari arah belakang, Ahadi Wira Satriaji atau populer dipanggil Kaka berlari menuju bibir panggung. Untuk kesekian kalinya teriakan penonton terdengar membahana. “Slank”.
Pria gondrong kribo dengan badan penuh tato itu langsung menyambar tempo cepat lagu "Bang-bang Tut" sambil berteriak “Apa Kabar Blitar?”. Semua penonton pun berjingkrak. Lagu yang dicomot dari album Minoritas itu memang powerful.
Irama rocknya kental meski tempo ketukan drumnya lebih ke arah aliran metal yang cepat. Suasana pun seolah mau meledak. Sama dengan lagu "Bidadari Penyelamat", tidak ada satupun Slanker yang khilaf menghafal.
Kaka membawakan lagu yang mengisahkan penipu yang gemar ngomong miring itu dengan penuh energi. Suaranya tidak berubah. Serak, melengking, meliuk likuk menggapai nada-nada tinggi. Di sebelah gitaris Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho yang malam itu tampil dengan kumis dan jenggot, Kaka beberapa kali melakukan lompatan di udara.
Usai menelan "Bang-bang tut" dengan apik, tanpa jeda, melodi dan hantaman drum Bimbim berlanjut ke lagu “Memang”. Hits dari album pertama tahun 1990 Suit..suit..he..he itu membuat suasana semakin membara. Kaka melepas jaket jinsnya. Telanjang dada memamerkan perut sixpack-nya. Penonton pun mulai kepanasan. Beberapa kali slanker dibagian tengah lapangan berteriak teriak meminta air.
Beberapa di antara penonton terpaksa dikeluarkan dari kerumunan karena mulai kehabisan nafas. Lagu yang menceritakan anak muda dengan dandanan gondrong, celana rombeng, namun memiliki sikap sopan itu mempresentasikan sosok seorang slanker.
“Saya minta setiap tiga menit sekali tolong disemprotkan air ke arah Slanker," pinta Kaka kepada panitia acara.
Beberapa lagu lama Slank sengaja di-mix dan diambil reff-nya saja. Suasana kembali memanas saat Kaka melantunkan lagu "Tong Kosong" album Slank Lagi Sedih (1996) yang disusul lagu "Seperti Para Koruptor". Suasana konser sedikit mendingin ketika Kaka mengumumkan bahwa Bupati Blitar Herry Noegroho mengajak berduet dengannya.
Orang nomor satu di Kabupaten Blitar itu benar-benar berada di atas panggung. Bersama Kaka, Herry Noegroho menyanyikan lagu ciptaan Ismail Marzuki, "Juwita Malam". Lagu yang digarap Slank dengan irama Punk dan Blues di album Peace, Love, Unity, dan Respect (PLUR) tahun 2004.
“Saya berharap konser Slank ini bisa berjalan tertib dan damai, khususnya yang saat ini berlangsung di Blitar," pesan Herry Noegroho.
Sebelum menutup konser dengan lagu "Kamu Harus Pulang", Kaka menyanyikan lagu "Mars Slank" dan "Garuda Pancasila". Di dua lagu itu Bimbim cs berpesan agar slanker harus selalu giat bekerja dan mencintai Indonesia.
“Slank ada untuk Indonesia tercinta," teriak Bimbim.
Menurut Irvan Fauzi, perwakilan dari panitia acara, dalam konser yang berlangsung 90 menit dengan 22 lagu, panitia mampu menjual 12 ribu lembar tiket yang setiap lembarnya seharga Rp 25 ribu.
“Alhamdulillah konser berjalan dengan tertib, aman dan damai. Sekitar 12 ribu tiket terjual," ujarnya.
Seperti janji Bimbim saat berziarah di makam Proklamator RI Soekarno, dalam konser enam kota yang bertajuk "Ulang Tahun Slank ke 30" sebagian besar lagu berasal dari hit album lama.
“Dan semua lagu Slank, terutama lagu lama telah menjadi legenda di setiap generasi muda di Indonesia," tutur Irvan.
Seperti diketahui, dalam konser mendapat penjagaan seribu lebih personel Polri dan TNI, panitia memberlakukan pengamanan yang berlapis. Sebelum menuju lokasi konser, setiap penonton yang mengenakan ikat pinggang diwajibkan untuk melepas. Sebagai gantinya penjaga memberikan tali rapia warna merah.
“Semoga untuk konser di lain seperti Ngawi, Malang, Banjarmasin dan Menado (sebelumnya Banyuwangi dan Blitar) juga berlangsung lancar dan aman. Sebab di manapun Slank berada massa yang datang selalu besar," pungkasnya. (okezone.com)
Semua bilang aku salah jalan. Tapi gak ada satupun yang punya peta.
Seperti logam tersentuh besi berani, sekira 12 ribu Slanker (penggemar Slank) dari berbagai penjuru daerah yang malam tadi tumpah ruah di lapangan Batalyon Infanteri 511 Badak Hitam Kota Blitar, tanpa dikomando sontak mengikutinya.
Bimbim yang mengenakan topi pet model petugas polisi serupa dipakai personil Rolling Stone tampak begitu menghayati. Pandanganya lurus ke depan, tertuju ke arah lautan Slanker yang sejak pukul 19.00 WIB berjubel berdesak-desakan. Suara seraknya terdengar meratap, menghiba iba, putus asa.
“Haripun berlalu. Tak sadar sudah tahunan”
Suasana yang sebelumnya “dipanasi” aksi band rock pembuka Painkiller asuhan gitaris Slank Abdee Negara berangsur-angsur mendingin. Syahdu. Warna warni lighting panggung meredup. Hanya ada satu lampu yang disisakan menyala benderang dengan sinar yang tumpah tepat di mana komandan anak-anak Geng Potlot itu berdiri.
Seluruh slanker nyaris hafal di luar kepala. Hampir tidak ada bait yang meleset. Begitu punggawa grup bank legendaris tanah air ini menutup monolog dengan suara sengaja dilantangkan. Semua Slanker pun bersorak sorai meneriakkan yel yel “Bimbim..Bimbim”
Dalam sekejap, keheningan malam pukul 20.30 Wib itu terkoyak. Cabikan gitar melodi Abdee Negara meraung, mengejar dentum bas Ivanka yang memainkan notasi lagu “Bang Bang Tut”. Dari arah belakang, Ahadi Wira Satriaji atau populer dipanggil Kaka berlari menuju bibir panggung. Untuk kesekian kalinya teriakan penonton terdengar membahana. “Slank”.
Pria gondrong kribo dengan badan penuh tato itu langsung menyambar tempo cepat lagu "Bang-bang Tut" sambil berteriak “Apa Kabar Blitar?”. Semua penonton pun berjingkrak. Lagu yang dicomot dari album Minoritas itu memang powerful.
Irama rocknya kental meski tempo ketukan drumnya lebih ke arah aliran metal yang cepat. Suasana pun seolah mau meledak. Sama dengan lagu "Bidadari Penyelamat", tidak ada satupun Slanker yang khilaf menghafal.
Kaka membawakan lagu yang mengisahkan penipu yang gemar ngomong miring itu dengan penuh energi. Suaranya tidak berubah. Serak, melengking, meliuk likuk menggapai nada-nada tinggi. Di sebelah gitaris Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho yang malam itu tampil dengan kumis dan jenggot, Kaka beberapa kali melakukan lompatan di udara.
Usai menelan "Bang-bang tut" dengan apik, tanpa jeda, melodi dan hantaman drum Bimbim berlanjut ke lagu “Memang”. Hits dari album pertama tahun 1990 Suit..suit..he..he itu membuat suasana semakin membara. Kaka melepas jaket jinsnya. Telanjang dada memamerkan perut sixpack-nya. Penonton pun mulai kepanasan. Beberapa kali slanker dibagian tengah lapangan berteriak teriak meminta air.
Beberapa di antara penonton terpaksa dikeluarkan dari kerumunan karena mulai kehabisan nafas. Lagu yang menceritakan anak muda dengan dandanan gondrong, celana rombeng, namun memiliki sikap sopan itu mempresentasikan sosok seorang slanker.
“Saya minta setiap tiga menit sekali tolong disemprotkan air ke arah Slanker," pinta Kaka kepada panitia acara.
Beberapa lagu lama Slank sengaja di-mix dan diambil reff-nya saja. Suasana kembali memanas saat Kaka melantunkan lagu "Tong Kosong" album Slank Lagi Sedih (1996) yang disusul lagu "Seperti Para Koruptor". Suasana konser sedikit mendingin ketika Kaka mengumumkan bahwa Bupati Blitar Herry Noegroho mengajak berduet dengannya.
Orang nomor satu di Kabupaten Blitar itu benar-benar berada di atas panggung. Bersama Kaka, Herry Noegroho menyanyikan lagu ciptaan Ismail Marzuki, "Juwita Malam". Lagu yang digarap Slank dengan irama Punk dan Blues di album Peace, Love, Unity, dan Respect (PLUR) tahun 2004.
“Saya berharap konser Slank ini bisa berjalan tertib dan damai, khususnya yang saat ini berlangsung di Blitar," pesan Herry Noegroho.
Sebelum menutup konser dengan lagu "Kamu Harus Pulang", Kaka menyanyikan lagu "Mars Slank" dan "Garuda Pancasila". Di dua lagu itu Bimbim cs berpesan agar slanker harus selalu giat bekerja dan mencintai Indonesia.
“Slank ada untuk Indonesia tercinta," teriak Bimbim.
Menurut Irvan Fauzi, perwakilan dari panitia acara, dalam konser yang berlangsung 90 menit dengan 22 lagu, panitia mampu menjual 12 ribu lembar tiket yang setiap lembarnya seharga Rp 25 ribu.
“Alhamdulillah konser berjalan dengan tertib, aman dan damai. Sekitar 12 ribu tiket terjual," ujarnya.
Seperti janji Bimbim saat berziarah di makam Proklamator RI Soekarno, dalam konser enam kota yang bertajuk "Ulang Tahun Slank ke 30" sebagian besar lagu berasal dari hit album lama.
“Dan semua lagu Slank, terutama lagu lama telah menjadi legenda di setiap generasi muda di Indonesia," tutur Irvan.
Seperti diketahui, dalam konser mendapat penjagaan seribu lebih personel Polri dan TNI, panitia memberlakukan pengamanan yang berlapis. Sebelum menuju lokasi konser, setiap penonton yang mengenakan ikat pinggang diwajibkan untuk melepas. Sebagai gantinya penjaga memberikan tali rapia warna merah.
“Semoga untuk konser di lain seperti Ngawi, Malang, Banjarmasin dan Menado (sebelumnya Banyuwangi dan Blitar) juga berlangsung lancar dan aman. Sebab di manapun Slank berada massa yang datang selalu besar," pungkasnya. (okezone.com)