- Back to Home »
- Cantik »
- Ketika Kanker Merenggut Keintimanku Dengan Suami
Posted by : Unknown
Jumat, 28 Juni 2013
Ladies, menjaga kesehatan adalah investasi besar dalam hidup. Anda tak akan tahu betapa berharganya sebelum Anda kehilangannya.
Seorang
penderita kanker yang sudah berusia 31 tahun bernama Kristen Howard,
mengisahkan secara blak-blakan mengenai kehidupan seksualnya pasca ia
divonis kanker pada tahun 2011. Tak banyak yang menyadari dampak yang
cukup signifikan ini, mungkin sampai Anda membaca kisah ini.
Bagi
Kristen, ia pun mengalami proses sampai akhirnya ia mengetahui kanker
telah merenggut kemampuan seksualnya. "Setelah sekian lama, aku baru
menyadari dampak kemoterapi pada kehidupan seksualku. Awalnya, kupikir
ini hanya kondisi psikis dan mental," kisahnya.
Kristen
menjelaskan bahwa selain rambut rontok, dokter tak menjelaskan apapun
tentang efek samping kemoterapi yang dialaminya sampai dia mengalami
sendiri. Kristen mengalami vagina kering dan sakit saat berhubungan seks
dengan suaminya.
Ia juga mengalami penurunan kemampuan untuk
meraih orgasme dan kekurangan libido. Meski suaminya selalu
menenangkannya dan membuatnya nyaman dengan mengatakan bahwa ia selalu
mencintai istrinya yang sudah tidak berambut beribu-ribu kali, Kristen
tidak mengalami hasrat apapun.
Dia justru seringkali merasakan
sakit, konstipasi, rasa berat di leher dan wajah, bahkan mata yang
cekung dan menghitam. Hal ini membuatnya bahkan tidak percaya diri dan
tidak merasa seksi.
"Aku baru saja menikah dan tubuhku membuatku
merasa down. Menjatuhkanku saat aku harus melakukan sesuatu, hal itu
sangat membuatku stres," ujarnya.
Mary Hughes yang menjadi perawat
klinis di Universitas Texas mengatakan bahwa seringkali topik seksual
tidak diinformasikan pada pasien kanker karena kebanyakan merasa tabu
atau sensitif membahas hal tersebut. Hal ini diiyakan oleh Dr. Shari
Goldfarb yang sering melayani pasien kanker payudara.
Menurutnya,
entah sang dokter atau sang pasien, yang tidak menggali lebih dalam
mengenai dampak pengobatan ini sehingga pasien baru mengetahui dampaknya
setelah mengalami sendiri.
Kebanyakan pasien tidak bertanya pada
dokter mereka karena merasa sudah mempercayakan kesehatannya pada pakar
profesional. Selain itu mereka juga canggung untuk membicarakannya pada
dokter mereka.
Di sisi lain, tidak banyak dokter yang memiliki
kemampuan ganda sebagai terapis seks sekaligus ahli kanker. Menurut
penelitian British Journal Cancer and the Journal of Psychosocial
Oncology hanya 30% wanita yang mau berdiskusi mengenai hal ini dengan
pasangannya.
Sekali lagi, hal tersebut karena mereka menganggap
pembicaraan itu terlalu pribadi. Namun sebenarnya, pasien maupun dokter
harus membicarakan hal ini untuk bisa menentukan dan menyiapkan resiko
medis yang akan diterapkan. Hal ini untuk mengurangi efek stres yang
melanda ketika kita tidak menyadari tubuh kita mulai berubah setelah
kemoterapi.
Ladies, apabila itu untuk investasi besar seperti
kesehatan, jangan ragu untuk bertindak dan mencari informasi
sebanyak-banyaknya pada sang ahli. Dengan begitu kita bisa meminimalisir
atau mempersiapkan diri untuk resiko yang akan kita terima untuk sebuah
treatment pengobatan.