- Back to Home »
- Otomotif »
- Kisah Para 'Penyambung Lidah' di Istora
Posted by : Unknown
Sabtu, 15 Juni 2013
Jakarta - Sebagai sebuah turnamen internasional, Djarum
Indonesia Open Super Series Premier diikuti atlet dari berbagai negara
dengan bahasa berbeda. Di sinilah kehadiran para "penyambung lidah"
dibutuhkan.
Memang ada Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang bisa digunakan bersama. Tapi, tak semua atlet bisa dan mau menggunakannya. Banyak yang lebih suka memakai bahasa asal negara mereka.
Dalam situasi seperti itu, para pekerja media yang membutuhkan pernyataan dan komentar atlet sangat butuh seorang penerjemah (interpreter). Di Djarum Indonesia Open Super Series Premier tahun ini, yang paling sering muncul adalah penerjemah bahasa negara-negara Asia Timur seperti Mandarin, Korea, dan Jepang.
Agnes Mariska Tampubolon tahun ini mendapatkan kepercayaan untuk menjadi penerjemah Bahasa Korea di Djarum Indonesia Open Super Series Premier. Berkat jasa gadis berkacamata ini, para awak media bisa dengan mudah memahami pernyataan atlet-atlet dari Negeri Ginseng.
Tingginya popularitas si tampan Lee Yong Dae di kalangan pecinta bulutangkis Indonesia membuat awak media berkali-kali meminta panitia menghadirkan dia, dan juga pasangannya Ko Sung Hyun, dalam konferensi pers seusai pertandingan atau di mixed zone. Inilah saatnya Agnes "beraksi".
"Annyeong haseyo," sapa Agnes kepada Lee dan Ko tiap kali akan memulai pembicaraan.
Agnes baru tahun ini dilibatkan sebagai penerjemah di Djarum Indonesia Open Super Series Premier. Keikutsertaan mahasiswi Universitas Indonesia jurusan Sastra Korea ini bahkan bisa dibilang mendadak.
"Saat itu ada alumnus yang memasang iklan lowongan interpreter Bahasa Korea untuk Indonesia Open di Facebook pas hari Minggu, 9 Juni. Saya dan beberapa teman daftar. Iseng aja sih," kenang Agnes saat berbincang dengan detikSport.
"Nggak nyangka, hari Senin-nya saya ditelepon panitia dan dinyatakan terpilih untuk menjadi interpreter. Saya diminta datang ke Istora Senayan mulai hari Selasa," tambahnya.
Meski Agnes sudah sangat fasih berbahasa Korea, bukan berarti dia tak mengalami masalah ketika menjalankan tugasnya. Dia dalam posisi sulit ketika atlet yang didampinginya sudah bete, sementara para wartawan masih terus memberikan pertanyaan.
"Selain itu, saya juga takut gugup atau salah menerjemahkan perkataan mereka. Oleh karena itu, saya benar-benar fokus saat mereka ngomong," katanya.
"Tapi, saya senang sih karena bisa ketemu atlet-atlet internasional. Apalagi ini kan event besar. Nantinya bisa jadi bekal buat saya di masa depan," ujar Agnes.
Cerita lain diungkapkan oleh Sandy. Sandy sebenarnya menempati posisi Liaison officer (LO) di Djarum Indonesia Open Super Series Premier tahun ini. Tapi, karena dia menguasai Bahasa Mandarin, maka dia juga membantu menerjemahkan ketika awak media ingin mewawancarai atlet dari China atau Hong Kong.
Sandy juga baru kali ini terlibat dalam perhelatan Indonesia Open. Sebagai seorang penerjemah, dia juga menghadapi tugas yang tak mudah.
"Nggak enaknya gini lho. Kadang-kadang pertanyaan dari wartawan terlalu sensitif untuk ditanyakan ke atletnya. Saya jadi nggak enak menyampaikannya," aku Sandy.
"Sejauh ini sih lancar saja. Kendala sih ada, tapi saya berusaha mengatasinya," katanya.
(detik.com)
Memang ada Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang bisa digunakan bersama. Tapi, tak semua atlet bisa dan mau menggunakannya. Banyak yang lebih suka memakai bahasa asal negara mereka.
Dalam situasi seperti itu, para pekerja media yang membutuhkan pernyataan dan komentar atlet sangat butuh seorang penerjemah (interpreter). Di Djarum Indonesia Open Super Series Premier tahun ini, yang paling sering muncul adalah penerjemah bahasa negara-negara Asia Timur seperti Mandarin, Korea, dan Jepang.
Agnes Mariska Tampubolon tahun ini mendapatkan kepercayaan untuk menjadi penerjemah Bahasa Korea di Djarum Indonesia Open Super Series Premier. Berkat jasa gadis berkacamata ini, para awak media bisa dengan mudah memahami pernyataan atlet-atlet dari Negeri Ginseng.
Tingginya popularitas si tampan Lee Yong Dae di kalangan pecinta bulutangkis Indonesia membuat awak media berkali-kali meminta panitia menghadirkan dia, dan juga pasangannya Ko Sung Hyun, dalam konferensi pers seusai pertandingan atau di mixed zone. Inilah saatnya Agnes "beraksi".
"Annyeong haseyo," sapa Agnes kepada Lee dan Ko tiap kali akan memulai pembicaraan.
Agnes baru tahun ini dilibatkan sebagai penerjemah di Djarum Indonesia Open Super Series Premier. Keikutsertaan mahasiswi Universitas Indonesia jurusan Sastra Korea ini bahkan bisa dibilang mendadak.
"Saat itu ada alumnus yang memasang iklan lowongan interpreter Bahasa Korea untuk Indonesia Open di Facebook pas hari Minggu, 9 Juni. Saya dan beberapa teman daftar. Iseng aja sih," kenang Agnes saat berbincang dengan detikSport.
"Nggak nyangka, hari Senin-nya saya ditelepon panitia dan dinyatakan terpilih untuk menjadi interpreter. Saya diminta datang ke Istora Senayan mulai hari Selasa," tambahnya.
Meski Agnes sudah sangat fasih berbahasa Korea, bukan berarti dia tak mengalami masalah ketika menjalankan tugasnya. Dia dalam posisi sulit ketika atlet yang didampinginya sudah bete, sementara para wartawan masih terus memberikan pertanyaan.
"Selain itu, saya juga takut gugup atau salah menerjemahkan perkataan mereka. Oleh karena itu, saya benar-benar fokus saat mereka ngomong," katanya.
"Tapi, saya senang sih karena bisa ketemu atlet-atlet internasional. Apalagi ini kan event besar. Nantinya bisa jadi bekal buat saya di masa depan," ujar Agnes.
Cerita lain diungkapkan oleh Sandy. Sandy sebenarnya menempati posisi Liaison officer (LO) di Djarum Indonesia Open Super Series Premier tahun ini. Tapi, karena dia menguasai Bahasa Mandarin, maka dia juga membantu menerjemahkan ketika awak media ingin mewawancarai atlet dari China atau Hong Kong.
Sandy juga baru kali ini terlibat dalam perhelatan Indonesia Open. Sebagai seorang penerjemah, dia juga menghadapi tugas yang tak mudah.
"Nggak enaknya gini lho. Kadang-kadang pertanyaan dari wartawan terlalu sensitif untuk ditanyakan ke atletnya. Saya jadi nggak enak menyampaikannya," aku Sandy.
"Sejauh ini sih lancar saja. Kendala sih ada, tapi saya berusaha mengatasinya," katanya.
(detik.com)