- Back to Home »
- Seputar Hubungan Intim »
- Man-opause: Alarm Biologis Pria
Posted by : Unknown
Minggu, 30 Juni 2013
Sebuah artikel studi yang dirilis oleh harian The New York Times
Agustus tahun lalu cukup membawa kabar mengejutkan, khususnya bagi para
pria yang kelak ingin mempunyai anak.
Anda semua pasti sudah
pernah mendengar istilah “jam biologis” yang senantiasa mengingatkan
para kaum hawa untuk segera bereproduksi. Nah, baru-baru ini para
peneliti menemukan bukti-bukti ilmiah bahwa pria pun memiliki “tanggal
kadaluwarsa”. Seperti yang telah diketahui, semakin bertambahnya usia,
kualitas dan kuantitas telur yang dimiliki oleh wanita akan mengalami
penurunan. Memasuki usia 40an tahun, peluang wanita untuk bisa hamil
tanpa intervensi medis atau menggunakan telurnya sendiri amatlah kecil.
Sebaliknya, pandangan umum selama ini adalah pria bisa menjadi ayah di
usia kapan pun. Contohnya, komedian legendaris Charlie Chaplin yang
memiliki anak di usia 72 tahun. Hal ini dikarenakan produksi sperma
(spermatogenesis) terjadi pada pria sepanjang hidup mereka.
Namun
hasil riset terbaru ini mungkin akan membuat para pria berpikir dua kali
untuk memiliki anak di usia yang terlalu matang. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh sekumpulan ilmuwan institusi Decode Genetics yang
berbasis di Reykjavik, Eslandia, semakin bertambah usia seorang pria,
maka semakin berisiko juga mutasi sperma yang terjadi, sehingga
menghasilkan benih-benih keturunan yang berpotensi menderita autis dan
schizoprenia. Hmmm...Tentu Anda dan pasangan tak mau mengambil risiko
demikian, bukan?
Sekarang Anda pasti merasa penasaran apakah si
dia sedang di masa puncak atau sudah menuju ambang man-opause? Untuk
memudahkan tugas Anda, berikut Cosmo bagi apa saja gejala yang dialami
oleh pria yang memasuki fase yang juga disebut dengan nama andropause
ini. Boleh juga lho untuk dibaca bersama dengan si dia. Siapa tahu Anda
dan pasangan bisa mencari solusinya bersama-sama.
Libido Menurun
Gejala
yang satu ini mulai begitu ia memasuki usia 30 tahun, namun satu dekade
kemudian kondisinya akan lebih “parah”. Di pagi hari, coba tawarkan dia
pilihan antara sandwich atau seks panas, jika ia butuh waktu cukup lama
untuk mempertimbangkan pilihannya, maka Anda perlu deg-degan. Eits,
jangan mengetesnya dengan sandwich buatan rumah yang biasa ya, melainkan
sandwich yang benar-benar lezat buatan restoran ternama dengan daging
lapis yang tebal serta irisan keju cheddar impor yang menggugah selera.
Kalau ujung-ujungnya dia memilih sandwich, itu tandanya usia berbicara.
Penurunan jumlah hormon testosteron seiring bertambahnya usia memang
bisa memicu turunnya nafsu seks pada pria. Dalam kondisi yang parah,
bahkan bisa membuat kemampuan mereka mempertahankan ereksi kian menurun.
Tapi tenang, dear, menurunnya gairah seks kini bisa diobati dengan
terapi testosteron, yang bisa mengembalikan level testosteron ke tingkat
normal dan meningkatkan kembali libido pria.
Emosi Naik Turun
Jangan
sekali-kali menggodanya saat ia sedang pusing dengan pekerjaan. Ya,
menjelang man-opause, emosi pria mudah sekali terpancing. Mood mereka
pun bisa dengan mudahnya berubah dari happy dan excited menjadi murung
hanya dalam hitungan menit. Seperti halnya menopause pada wanita, emosi
yang naik turun ini juga terjadi pada pria, lho. Pria yang memasuki usia
man-opause sangat rentan terprovokasi dan mudah sekali tersinggung.
Jadi ada baiknya Anda ekstra bersabar jika memiliki pasangan yang
memasuki usia ini. Bagi orang yang tidak pernah mendengar soal
man-opause, mungkin hanya akan menganggap bahwa pria tersebut mengalami
hari yang buruk.
Lelah dan Letih
Setiap kalipulang
bekerja ia semakin sulit untuk ditemui, karena selalu ingin buru-buru
pulang dan beristirahat. Begitu pun di akhir pekan, mengajaknya untuk
menonton film di bioskop atau makan siang berdua di restoran membutuhkan
usaha ekstra, karena – lagi-lagi – ia ingin beristirahat. Kelelahan
adalah gejala umum yang kerap dialami oleh pria di usia man-opause.
Setiap saat, tanpa memandang waktu, rasa letih senantiasa akan
menggelayuti mereka. Akibatnya konsentrasi bekerja pun menurun, dan
terjadi penurunan aktivitas sehari-hari. Untuk membantunya, coba ajak
dia untuk weekend getaway ke lokasi yang sunyi dan menenangkan sambil
mencoba layanan spa dan relaksasi untuk mengembalikan energinya.
Depresi
Mungkin
inilah gejala man-opause yang paling parah, karena jika tidak ditangani
bisa berujung pada tindakan menyakiti diri sendiri. Selalu merasa
tertekan, tak berdaya, dan tak berguna bisa membuat pasangan Anda
kehilangan semangat hidup. Di sinilah keberadaan Anda sebagai
pasangannya diuji. Jangan pernah berhenti untuk memberikan dukungan dan
tetap yakin padanya; buat dia merasa bahwa Anda begitu membutuhkannya
dalam hidup Anda. Buat ia lebih percaya diri!
Source : Cosmopolitan Edisi Maret 2013 halaman 142
(vemale.com)