- Back to Home »
- Berita Bola »
- Memperbaharui Rivalitas
Posted by : Unknown
Jumat, 30 Agustus 2013
Bayern Munich dan Chelsea memang tak terlampau sering bertemu, namun
pertemuan keduanya memiliki kadar gengsi dan tensi yang tidak biasa.
Salah satu sebabnya adalah pertarungan yang berakhir dramatis pada final Liga Champions 2012 di Allianz Arena. Sebab yang lain adalah sosok-sosok yang mengisi peran sebagai juru taktik di kedua klub.
Ya, Pep Guardiola dan Jose Mourinho adalah dua pelatih yang memiliki rivalitas sengit di antara mereka. Setelah terakhir kali berhadapan di tahun 2012, kedua pelatih yang dianggap sebagai terbaik di dunia saat ini akan menambah panjang jumlah partai pertemuan di antara mereka.
Karena itu partai Piala Super Eropa ini bolehlah dikatakan sebagai ajang perbaharuan rivalitas, baik itu persaingan kedua klub atau kedua pelatih. Lalu, apakah Bayern akan menyembuhkan trauma mereka? Atau Mourinho yang akan memperbaiki rekor head to head-nya dengan Guardiola?
Trauma Bayern kepada Chelsea
Meski baru tiga kali bersua, Chelsea telah memberikan trauma kepada Bayern. Klub Inggris dan Jerman tersebut telah bertemu tiga kali dan semuanya terjadi di ajang Liga Champions. Baik Chelsea dan Bayern sebenarnya sama-sama memetik satu kemenangan dengan satu laga sisa berakhir imbang. Namun Bayern selalu menjadi pihak yang tersingkir.
Dua pertemuan pertama Bayern dan Chelsea terjadi pada bulan April 2005 di babak perempatfinal Liga Champions. Saat bertandang ke Stamford Bridge, Bayern harus menyerah pada Chelsea yang diasuh oleh Jose Mourinho dengan skor 2-4. Kemenangan 3-2 di Allianz Arena tidak mampu membawa Die Roten lolos. Sementara Chelsea melaju ke semifinal untuk bertemu dengan Liverpool.
Pertemuan terakhir kedua klub lagi-lagi menjadi memori buruk bagi Bayern. Klub Jerman ini kalah adu penalti di laga final Liga Champions 2012 di hadapan mata pendukungnya sendiri di Allianz Arena. Sempat unggul hingga dua menit waktu normal tersisa, dan mendapat hadiah tendangan penalti di perpanjangan waktu, Arjen Robben cs pada akhirnya gagal meraih trofi terhebat klub-klub Eropa.
Bayern memang mampu menebus kegagalan meraih 'Si Kuping Besar' setahun kemudian, akan tetapi rasa trauma kepada Chelsea masih menghantui. Manuel Neuer merupakan salah seorang yang telah menyatakan akan menuntut balas. "Kami masih memiliki urusan yang harus diselesaikan dengan mereka untuk melakukan balas dendam," ujar kiper berusia 27 tahun itu.
Menghadapi laga ini, keduanya sedang berada dalam kondisi optimal. Baik Chelsea dan Bayern saat ini menjadi pemuncak di liga domestik masing-masing. Chelsea telah melakoni laga tiga kali, dengan hasil dua menang dan satu seri dan memasukkan empat gol serta kebobolan satu gol. Sedangkan Bayern telah memainkan empat laga dengan tiga kali menang dan satu kali seri.
Lini Tengah: Krisis di Bayern, Melimpah di Chelsea
Situasi bertolak belakang terjadi pada lini tengah dua klub. Cederanya Bastian Schweinsteiger membuat Bayern tidak memiliki gelandang bertahan murni. Sebelumnya, Bayern juga sudah kehilangan Javi Martinez dan Thiago Alcantara karena cedera. Musim ini Bayern memang hanya memiliki tiga gelandang bertahan, setelah melepas Anatoliy Tymoshchuk dan Luiz Gustavo.
Sementara itu Chelsea berkelimpahan stok pemain tengah terutama setelah kedatangan Willian. Secara regular, Mourinho memainkan kombinasi Ramires, Frank Lampard, Oscar, Eden Hazard, dan Kevin De Bruyne dalam skema andalan 4-2-3-1. Di luar nama-nama itu, masih mengantre beberapa pemain berkualitas lain seperti Juan Mata, Andre Schuerrle, Victor Moses, Marco Van Ginkel, Michael Essien, dan Willian. Dengan kelimpahan tersebut, Mourinho bahkan menjadikan Hazard sebagai false 9 pada laga terakhir melawan Manchester United.
Namun kekuatan hebat di lini tengah itu tidak diikuti dengan ketajaman di lini depan. Dari empat gol yang dicetak, tidak ada satu pun yang dicetak oleh pemain berstatus penyerang. Dua gol oleh pemain tengah, satu gol oleh pemain belakang, dan satu gol lainnya gol bunuh diri pemain Aston Villa. Di posisi penyerang, Mourinho masih merotasi Fernando Torres, Romelu Lukaku, Demba Ba, dan Hazard.
Ini berbeda dengan Guardiola yang sudah memastikan Mario Mandzukic sebagai pilihan utama penyerang tunggal dalam skema 4-1-4-1 andalannya. Selain berfungsi mencetak gol, Mandzukic juga membantu pemain dari lini tengah terutama untuk mencetak gol. Sejauh ini Mandzukic sudah mencetak dua gol dalam empat laga.
Bertumpu pada 'Robbery'
Kedatangan Guardiola mengubah pakem 4-2-3-1 warisan Jupp Heynckes menjadi 4-1-4-1. Dengan hanya membutuhkan satu gelandang bertahan dan satu penyerang tengah, tak heran apabila Bayern kemudian melego Luiz Gustavo dan Tymoshchuk sebagai kelebihan gelandang bertahan, serta Mario Gomez yang jadi surplus di barisan penyerang. Guardiola lebih memilih untuk memaksimalkan, bahkan mengandalkan, peran duet 'Robbery', yakni Franck Ribery dan Arjen Robben, di sayap.
Guardiola juga memodifikasi peran Ribery dan Robben menjadi jauh lebih penting lagi bagi tim. Tak hanya sebagai inverted winger yang bergerak menusuk ke kotak penalti lawan, namun juga sebagai pengatur serangan dan penyelesai serangan. Para pemain Bayern akan mengirimkan umpan pada salah satu dari Robbery ini untuk menentukan serangan. Dalam hal penyelesaian sendiri Robben sudah menyumbang dua gol sedangkan Ribery mencetak satu gol.
Serangan dari sayap ini semakin berbahaya berkat dukungan kompak dari para bek sayapnya yakni Philipp Lahm di sisi kanan dan David Alaba di sisi kiri. Masing-masing pemain di kedua sisi ini sudah memiliki pengalaman yang lama dalam bekerjasama dan berperan membawa Bayern meraih treble-winner musim lalu. Ancaman yang patut diwaspadai Chelsea.
Rivalitas Panas Guardiola-Mourinho
Kedua pelatih diketahui umum bersitegang saat mereka menangani Barcelona dan Real Madrid. Guardiola dan Mourinho saling serang tak hanya jelang El Clasico tetapi juga dalam sesi wawancara lainnya. Sikap di pinggir lapangan yang kaku dan dingin semakin memanaskan hubungan mereka. Hanya dibutuhkan waktu dua musim untuk membuat rivalitas mereka tak berkesudahan.
Mourinho sendiri mengklaim telah mengakhiri hegemoni Guardiola dengan Barcelona-nya. Oleh pendukung Mourinho, keputusan Guardiola untuk beristirahat setahun dan kemudian memilih merantau ke Liga Jerman dianggap sebagai bentuk penghindaran dari Mourinho.
Secara statistik, kedua pelatih sudah bertemu sebanyak 15 kali dengan rincian Guardiola memenangkan tujuh kali, Mourinho tiga kali, dengan sisanya berakhir imbang. Tak disangkal lagi bahwa rivalitas Guardiola dan Mourinho merupakan salah satu warna utama laga Piala Super Eropa tahun ini.
Perkiraan Line-Up
Bayern Munich: Manuel Neuer, Philipp Lahm, Jerome Boateng, Dante, David Alaba, Toni Kroos, Arjen Robben, Thomas Mueller, Mario Goetze, Franck Ribery, Mario Mandzukic.
Chelsea: Petr Cech, Branislav Ivanovic, Gary Cahill, John Terry, Ashley Cole, Ramires, Frank Lampard, Juan Mata, Oscar, Eden Hazard, Romelu Lukaku.
Player To Watch
Mario Mandzukic
Last Five Matches
Head-to-Head
=====
*akun Twitter penulis: @adjiok dari @panditfootball
(detik.com)
Salah satu sebabnya adalah pertarungan yang berakhir dramatis pada final Liga Champions 2012 di Allianz Arena. Sebab yang lain adalah sosok-sosok yang mengisi peran sebagai juru taktik di kedua klub.
Ya, Pep Guardiola dan Jose Mourinho adalah dua pelatih yang memiliki rivalitas sengit di antara mereka. Setelah terakhir kali berhadapan di tahun 2012, kedua pelatih yang dianggap sebagai terbaik di dunia saat ini akan menambah panjang jumlah partai pertemuan di antara mereka.
Karena itu partai Piala Super Eropa ini bolehlah dikatakan sebagai ajang perbaharuan rivalitas, baik itu persaingan kedua klub atau kedua pelatih. Lalu, apakah Bayern akan menyembuhkan trauma mereka? Atau Mourinho yang akan memperbaiki rekor head to head-nya dengan Guardiola?
Trauma Bayern kepada Chelsea
Meski baru tiga kali bersua, Chelsea telah memberikan trauma kepada Bayern. Klub Inggris dan Jerman tersebut telah bertemu tiga kali dan semuanya terjadi di ajang Liga Champions. Baik Chelsea dan Bayern sebenarnya sama-sama memetik satu kemenangan dengan satu laga sisa berakhir imbang. Namun Bayern selalu menjadi pihak yang tersingkir.
Dua pertemuan pertama Bayern dan Chelsea terjadi pada bulan April 2005 di babak perempatfinal Liga Champions. Saat bertandang ke Stamford Bridge, Bayern harus menyerah pada Chelsea yang diasuh oleh Jose Mourinho dengan skor 2-4. Kemenangan 3-2 di Allianz Arena tidak mampu membawa Die Roten lolos. Sementara Chelsea melaju ke semifinal untuk bertemu dengan Liverpool.
Pertemuan terakhir kedua klub lagi-lagi menjadi memori buruk bagi Bayern. Klub Jerman ini kalah adu penalti di laga final Liga Champions 2012 di hadapan mata pendukungnya sendiri di Allianz Arena. Sempat unggul hingga dua menit waktu normal tersisa, dan mendapat hadiah tendangan penalti di perpanjangan waktu, Arjen Robben cs pada akhirnya gagal meraih trofi terhebat klub-klub Eropa.
Bayern memang mampu menebus kegagalan meraih 'Si Kuping Besar' setahun kemudian, akan tetapi rasa trauma kepada Chelsea masih menghantui. Manuel Neuer merupakan salah seorang yang telah menyatakan akan menuntut balas. "Kami masih memiliki urusan yang harus diselesaikan dengan mereka untuk melakukan balas dendam," ujar kiper berusia 27 tahun itu.
Menghadapi laga ini, keduanya sedang berada dalam kondisi optimal. Baik Chelsea dan Bayern saat ini menjadi pemuncak di liga domestik masing-masing. Chelsea telah melakoni laga tiga kali, dengan hasil dua menang dan satu seri dan memasukkan empat gol serta kebobolan satu gol. Sedangkan Bayern telah memainkan empat laga dengan tiga kali menang dan satu kali seri.
Lini Tengah: Krisis di Bayern, Melimpah di Chelsea
Situasi bertolak belakang terjadi pada lini tengah dua klub. Cederanya Bastian Schweinsteiger membuat Bayern tidak memiliki gelandang bertahan murni. Sebelumnya, Bayern juga sudah kehilangan Javi Martinez dan Thiago Alcantara karena cedera. Musim ini Bayern memang hanya memiliki tiga gelandang bertahan, setelah melepas Anatoliy Tymoshchuk dan Luiz Gustavo.
Sementara itu Chelsea berkelimpahan stok pemain tengah terutama setelah kedatangan Willian. Secara regular, Mourinho memainkan kombinasi Ramires, Frank Lampard, Oscar, Eden Hazard, dan Kevin De Bruyne dalam skema andalan 4-2-3-1. Di luar nama-nama itu, masih mengantre beberapa pemain berkualitas lain seperti Juan Mata, Andre Schuerrle, Victor Moses, Marco Van Ginkel, Michael Essien, dan Willian. Dengan kelimpahan tersebut, Mourinho bahkan menjadikan Hazard sebagai false 9 pada laga terakhir melawan Manchester United.
Namun kekuatan hebat di lini tengah itu tidak diikuti dengan ketajaman di lini depan. Dari empat gol yang dicetak, tidak ada satu pun yang dicetak oleh pemain berstatus penyerang. Dua gol oleh pemain tengah, satu gol oleh pemain belakang, dan satu gol lainnya gol bunuh diri pemain Aston Villa. Di posisi penyerang, Mourinho masih merotasi Fernando Torres, Romelu Lukaku, Demba Ba, dan Hazard.
Ini berbeda dengan Guardiola yang sudah memastikan Mario Mandzukic sebagai pilihan utama penyerang tunggal dalam skema 4-1-4-1 andalannya. Selain berfungsi mencetak gol, Mandzukic juga membantu pemain dari lini tengah terutama untuk mencetak gol. Sejauh ini Mandzukic sudah mencetak dua gol dalam empat laga.
Bertumpu pada 'Robbery'
Kedatangan Guardiola mengubah pakem 4-2-3-1 warisan Jupp Heynckes menjadi 4-1-4-1. Dengan hanya membutuhkan satu gelandang bertahan dan satu penyerang tengah, tak heran apabila Bayern kemudian melego Luiz Gustavo dan Tymoshchuk sebagai kelebihan gelandang bertahan, serta Mario Gomez yang jadi surplus di barisan penyerang. Guardiola lebih memilih untuk memaksimalkan, bahkan mengandalkan, peran duet 'Robbery', yakni Franck Ribery dan Arjen Robben, di sayap.
Guardiola juga memodifikasi peran Ribery dan Robben menjadi jauh lebih penting lagi bagi tim. Tak hanya sebagai inverted winger yang bergerak menusuk ke kotak penalti lawan, namun juga sebagai pengatur serangan dan penyelesai serangan. Para pemain Bayern akan mengirimkan umpan pada salah satu dari Robbery ini untuk menentukan serangan. Dalam hal penyelesaian sendiri Robben sudah menyumbang dua gol sedangkan Ribery mencetak satu gol.
Serangan dari sayap ini semakin berbahaya berkat dukungan kompak dari para bek sayapnya yakni Philipp Lahm di sisi kanan dan David Alaba di sisi kiri. Masing-masing pemain di kedua sisi ini sudah memiliki pengalaman yang lama dalam bekerjasama dan berperan membawa Bayern meraih treble-winner musim lalu. Ancaman yang patut diwaspadai Chelsea.
Rivalitas Panas Guardiola-Mourinho
Kedua pelatih diketahui umum bersitegang saat mereka menangani Barcelona dan Real Madrid. Guardiola dan Mourinho saling serang tak hanya jelang El Clasico tetapi juga dalam sesi wawancara lainnya. Sikap di pinggir lapangan yang kaku dan dingin semakin memanaskan hubungan mereka. Hanya dibutuhkan waktu dua musim untuk membuat rivalitas mereka tak berkesudahan.
Mourinho sendiri mengklaim telah mengakhiri hegemoni Guardiola dengan Barcelona-nya. Oleh pendukung Mourinho, keputusan Guardiola untuk beristirahat setahun dan kemudian memilih merantau ke Liga Jerman dianggap sebagai bentuk penghindaran dari Mourinho.
Secara statistik, kedua pelatih sudah bertemu sebanyak 15 kali dengan rincian Guardiola memenangkan tujuh kali, Mourinho tiga kali, dengan sisanya berakhir imbang. Tak disangkal lagi bahwa rivalitas Guardiola dan Mourinho merupakan salah satu warna utama laga Piala Super Eropa tahun ini.
Perkiraan Line-Up
Bayern Munich: Manuel Neuer, Philipp Lahm, Jerome Boateng, Dante, David Alaba, Toni Kroos, Arjen Robben, Thomas Mueller, Mario Goetze, Franck Ribery, Mario Mandzukic.
Chelsea: Petr Cech, Branislav Ivanovic, Gary Cahill, John Terry, Ashley Cole, Ramires, Frank Lampard, Juan Mata, Oscar, Eden Hazard, Romelu Lukaku.
Player To Watch
Mario Mandzukic
Last Five Matches
Head-to-Head
=====
*akun Twitter penulis: @adjiok dari @panditfootball
(detik.com)