Senin, 26 Agustus 2013
Kalau membaca suntik botox, yang Anda pikirkan pasti suntikan di
daerah wajah untuk mencegah penuaan dan membuat kulit kencang. Sekarang,
tidak hanya wajah yang bisa di-make over dengan suntik botox, bagian
intim di bawah sana tidak mau ketinggalan.
Dilansir oleh indiatimes.com,
suntik botok untuk daerah intim wanita sedang jadi tren di Mumbai,
India. Anda pasti bingung, untuk apa daerah miss V disuntik botox?
Menurut Dr Sejal Desai, seorang ahli bedah bagian intim wanita, ada
beberapa alasan wanita melakukan suntik botox miss V:
- Alasan kecantikan. Sama seperti suntik botox untuk wajah, manfaat suntuk botox bagian intim wanita dapat berfungsi sebagai anti-aging, mencegah keriput dan kendurnya bagian vagina.
- Alasan intim. Suntik botox juga dipercaya dapat meningkatkan kepuasan seksual, karena G-spot akan lebih sensitif.
- Alasan kesehatan. Suntik botox juga dapat memberi manfaat kesehatan, terutama bagi wanita yang sering mengalami rasa sakit ketika berhubungan intim dan masalah kesehatan lain di daerah miss V.
Walaupun terlihat agak
menakutkan, prosedur suntik botox bisa dilakukan wanita dewasa dari usia
18 hingga 35 tahun, terutama untuk masalah kesehatan yang berhubungan
dengan organ intim. Sedangkan untuk prosedur 'kecantikan', biasanya
wanita usia 30 hingga 65 tahun melakukan suntik botox miss V.
Apakah Berbahaya?
Prosedur
ini sama seperti suntik botox di wajah, tidak permanen dan efeknya akan
hilang setelah beberapa waktu, sehingga harus dilakukan suntik ulang.
"Efek suntik botox miss V akan bertahan selama tiga bulan hingga 2
tahun, tergantung berapa kali suntik di lakukan. Pemulihannya cepat dan
tanpa rasa sakit. Dalam beberapa kasus, hasil suntik botox baru bisa
dilihat setelah 3 hingga 14 hari," ujar Dr Sejal Desai.
Sementara
itu ahli bedah kosmetik senior, Dr Mohan Thomas menjelaskan bahwa suntik
botox untuk daerah intim wanita adalah prosedur medis, berkaitan dengan
kesehatan, bukan untuk kecantikan. Meluasnya penggunaan suntik botox
untuk mempercantik miss V tidak dianjurkan. "Ini adalah tren berbahaya
yang harus dihentikan," ujar sang dokter. (vemale.com)
