- Back to Home »
- Berita Bola »
- Gelora Bung Karno: Mimpi Besar Soekarno & Kebanggaan Sepakbola Indonesia
Posted by : Unknown
Selasa, 24 September 2013
Jakarta - Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) tak
hanya menjadi saksi suka duka yang sudah dilakoni timnas sampai hari
ini. Stadion berkapasitas 80.000 penonton itu juga menyimpan harapan
kreatornya, Soekarno.
GBK dibangun dua tahun menjelang Asian Games IV 1962. Jakarta. Soekarno, seperti dikutip Harian Merdeka, 1 Maret 1962, menganggap Asian Games sebagai usaha perjuangan 'nation building'. Yakni meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa yang bahagia dan terhormat di dunia.
Disebutkan kalau sejak tahun 1950-an Soekarno memang punya mimpi untuk membangun stadion sepakbola terbesar di dunia. Tapi bukan sembarang stadion yang dia mau. Salah satu syarat yang diminta adalah stadion tersebut memiliki atap temu gelang (berbentuk melingkar mengelilingi stadion dan bertemu di kedua ujungnya), pekerjaan arsitektur semacam itu dianggap sesuatu yang nyaris mustahil di periode tersebut.
GBK dibangun dua tahun menjelang Asian Games IV 1962. Jakarta. Soekarno, seperti dikutip Harian Merdeka, 1 Maret 1962, menganggap Asian Games sebagai usaha perjuangan 'nation building'. Yakni meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa yang bahagia dan terhormat di dunia.
Disebutkan kalau sejak tahun 1950-an Soekarno memang punya mimpi untuk membangun stadion sepakbola terbesar di dunia. Tapi bukan sembarang stadion yang dia mau. Salah satu syarat yang diminta adalah stadion tersebut memiliki atap temu gelang (berbentuk melingkar mengelilingi stadion dan bertemu di kedua ujungnya), pekerjaan arsitektur semacam itu dianggap sesuatu yang nyaris mustahil di periode tersebut.
Arsitek kelahiran Sumatera Utara bernama Friedrich Silaban akhirnya bisa
mewujudkan mimpi Soekarno. Friedrich Silaban adalah arsitek yang juga
merancang Mesjid Istiqlal dan Monumen Nasional.
Tepatnya pada 8 Februari 1960 Soekarno secara resmi memulai pembangunan Stadion Utama setelah menancapkan tiang pancang pertama. Sekitar dua tahun kemudian, atau pada 21 Juli 1962, stadion kebangaan Indonesia itu benar-benar tuntas dibangun. Stadion Utama merupakan bagian dari komplek olahraga Senayan yang dibangun sebagai bagian dari persiapan menjadi tuan rumah Asian Games IV.
Usai jadi tuan rumah Asian Games 1962, setahun berselang Indonesia menggelar Ganefo (Games of The New Emerging Forces). Seluruh kegiatan olahraga Ganefo juga berpusan di Stadion Utama ini.
Tepatnya pada 8 Februari 1960 Soekarno secara resmi memulai pembangunan Stadion Utama setelah menancapkan tiang pancang pertama. Sekitar dua tahun kemudian, atau pada 21 Juli 1962, stadion kebangaan Indonesia itu benar-benar tuntas dibangun. Stadion Utama merupakan bagian dari komplek olahraga Senayan yang dibangun sebagai bagian dari persiapan menjadi tuan rumah Asian Games IV.
Usai jadi tuan rumah Asian Games 1962, setahun berselang Indonesia menggelar Ganefo (Games of The New Emerging Forces). Seluruh kegiatan olahraga Ganefo juga berpusan di Stadion Utama ini.
Pada awalnya Stadion Utama berkapasitas 100.000 penonton, yang
menjadikannya sebagai salah satu yang terbesar di dunia. Namun karena
alasan keamanan, kapasitasnya lantas dikurangi menjadi sekitar
80.000-an. Sampai saat ini pun SUGBK masih menjadi stadion paling besar
di tanah air. Pengelola GBK memilih rumput jenis zoysia matrelia linmer
sebagai alas lapangan bola. SUGBK juga dilengkapi lampu arena 400.000
watt (1500 lux).
Nah, timnas SEA Games 1987 akhirnya bisa mewujudkan keinginan Soekarno itu. SUGBK menjadi saksi suka cita pasukan garuda sekaligus menunjukkan kehormatan Merah Putih di mata kompetitor. Indonesia menjadi juara SEA Games dengan mengalahkan Malaysia 1-0.
Kapten timnas tim tersebut Herry Kiswanto membagi pengalaman menyenangkan tersebut. "Pelatih menyiapkan tim dengan maksimal. Kami tidak boleh tampil sembarangan di GBK," kata pria yang akrab disapa Herkis itu.
Ya, SUGBK bukanlah tempat sembarangan buat bagi tim sepakbola manapun, termasuk timnas. Menurut Herkis, SUGBK menjadi markas yang menyenangkan bagi tim Merah Putih jika tampil dengan persiapan maksimal. Sebaliknya, SUGBK menjadi neraka saat timnas tampil ala kadarnya.
Suporter fanatik timnas penyebabnya. "Main di GBK, dengan status tuan rumah itu seperti dua sisi mata uang. Kalau tim padu suporter akan senang tapi kalau tidak solid malah jadi bumerang," kata peraih sepatu emas liga Indonesia 1986 itu.
Fanatisme itu bertahan hingga saat ini. Suporter tetap memenuhi tribun SUGBK kendati timnas belum juga menunjukkan taring. GBK menjadi serba merah pada Piala AFC 2007.
Nah, timnas SEA Games 1987 akhirnya bisa mewujudkan keinginan Soekarno itu. SUGBK menjadi saksi suka cita pasukan garuda sekaligus menunjukkan kehormatan Merah Putih di mata kompetitor. Indonesia menjadi juara SEA Games dengan mengalahkan Malaysia 1-0.
Kapten timnas tim tersebut Herry Kiswanto membagi pengalaman menyenangkan tersebut. "Pelatih menyiapkan tim dengan maksimal. Kami tidak boleh tampil sembarangan di GBK," kata pria yang akrab disapa Herkis itu.
Ya, SUGBK bukanlah tempat sembarangan buat bagi tim sepakbola manapun, termasuk timnas. Menurut Herkis, SUGBK menjadi markas yang menyenangkan bagi tim Merah Putih jika tampil dengan persiapan maksimal. Sebaliknya, SUGBK menjadi neraka saat timnas tampil ala kadarnya.
Suporter fanatik timnas penyebabnya. "Main di GBK, dengan status tuan rumah itu seperti dua sisi mata uang. Kalau tim padu suporter akan senang tapi kalau tidak solid malah jadi bumerang," kata peraih sepatu emas liga Indonesia 1986 itu.
Fanatisme itu bertahan hingga saat ini. Suporter tetap memenuhi tribun SUGBK kendati timnas belum juga menunjukkan taring. GBK menjadi serba merah pada Piala AFC 2007.
Kemenangan timnas atas Bahrain 2-1 di pertandingan perdana menjadi
penyulut kedatangan suprter ke SUGBK. Tercatat sebanyak 87.000 orang
mengisi tribun penonton di laga berikutnya melawan Arab Saudi. Sayang
timnas kandas di 0-1. Penampilan para pemain yang atraktif dan penuh
semangat tak mengurangi gemuruhnya tepuk tangan setelah wasit meniup
peluit panjang.
Para suporter masih tetap menyemut di laga ketiga, saat Indonesia menghadapi Korea Selatan. Sayang, sekali lagi SUGBK harus menjadi saksi bisu kekalahan timnas. Kekalahan itu sekaligus memastikan terhentinya langkah pasukan Garuda ke semifinal.
Kans mendapatkan trofi muncul lagi pada SEA Games XXVI/2011. Timnas lolos ke final. Sayang, tim besutan Rahmad Darmawan itu kandas di tangan Malaysia lewat adu penalti 3-4.
“GBK memang selalu menjadi tempat istimewa, apalagi kalau atmosfer partarungannya seperti SEA Games lalu,” kata Gunawan Dwi Cahyo, penyerang timnas U-23.
Meski saat ini tak lagi dipanggil timnas, Gunawan berharap ada torehan maksimal yang akan diraih 'Skuat Garuda' di GBK. (detik.com)
Para suporter masih tetap menyemut di laga ketiga, saat Indonesia menghadapi Korea Selatan. Sayang, sekali lagi SUGBK harus menjadi saksi bisu kekalahan timnas. Kekalahan itu sekaligus memastikan terhentinya langkah pasukan Garuda ke semifinal.
Kans mendapatkan trofi muncul lagi pada SEA Games XXVI/2011. Timnas lolos ke final. Sayang, tim besutan Rahmad Darmawan itu kandas di tangan Malaysia lewat adu penalti 3-4.
“GBK memang selalu menjadi tempat istimewa, apalagi kalau atmosfer partarungannya seperti SEA Games lalu,” kata Gunawan Dwi Cahyo, penyerang timnas U-23.
Meski saat ini tak lagi dipanggil timnas, Gunawan berharap ada torehan maksimal yang akan diraih 'Skuat Garuda' di GBK. (detik.com)