- Back to Home »
- Karir »
- Love What You Do!
Posted by : Unknown
Jumat, 19 April 2013
Belakangan ini sering sekali kita mendengar para konsultan karier
mengajak semua orang untuk mengikuti passion masing-masing, dengan
harapan bahwa keberhasilan akan menyusul. Semudah itukah?
Sebagian
orang sudah mengetahui mereka kelak ingin menjadi apa, entah itu
dokter, pengusaha, ilmuwan, musisi atau bahkan penari balet. Yeap,
orang-orang ini cukup beruntung untuk menemukan passion mereka.
Pada
kenyataannya, jauh lebih banyak lagi orang yang tidak menyadari dan
mengetahui apa passion mereka yang sesungguhnya. Dan kalaupun mereka
mengetahuinya, kesempatan untuk menjalani passion tersebut tak kunjung
hadir di depan mata atau tertutup sama sekali. Akhirnya, orang-orang
yang masuk kategori ini (mungkin Anda salah satunya) pasrah saja
menerima kesempatan pekerjaan yang ada di depan mata.
Menurut Cal
Newport, penulis buku So Good They Can’t Ignore You, filosofi “follow
your passion” ini memang bisa memberi pressure yang cukup besar bagi
orang-orang yang bekerja tidak sesuai passion mereka. Membuat mereka
bertanya-tanya apakah mereka telah menyia-nyiakan kesempatan hidup?
Hari-hari dalam menjalankan pekerjaan pun menjadi lebih berat karena
pertanyaan “Apakah ini yang benar-benar ingin saya lakukan?” Keraguan
yang tak kunjung berakhir ini pun dapat memicu keinginan untuk terus
berpindah-pindah profesi, alias job-hopping.
Coba tanya pada diri
sendiri, apakah Anda kurang yakin dengan pekerjaan saat ini? Selalu
merasa malas setiap berangkat kerja di pagi hari? Apakah Anda merasa
bosan, frustasi atau lelah? Well ladies, apapun yang Anda rasakan saat
ini, sudah saatnya Anda memutarbalikanb keadaan dan belajar untuk
mencintai pekerjaan yang ada saat ini.
Bayangkan, pekerjaan telah
menyita banyak waktu dan energi Anda setiap harinya. That’s why, Anda
perlu belajar untuk mencintainya agar waktu dan energi yang telah
terbuang itu tidak menjadi sia-sia. Masih kurang alasan? Don’t worry,
masih ada delapan alasan lagi mengapa Anda HARUS mencintai pekerjaan
yang ada sekarang.
Anda Berhak Mendapat Pekerjaan Yang Disukai
Betul.
Setiap karyawan berhak untuk mencintai pekerjaan yang mereka jalani.
Coba lihat lagi, sebesar apapun ketidaksukaan Anda terhadap apa yang
dilakuan sekarang, pasti ada satu/beberapa aspek atau bagian dari
pekerjaan saat ini yang Anda sukai. Sama seperti mencintai pasangan,
jangan pernah berharap untuk mencintai semua aspek pekerjaan Anda,
because that’s impossible. Berkonsentrasilah pada hal yang paling Anda
sukai dari pekerjaan tersebut. Lebih baik ubah mindset Anda dari
membenci menjadi mencintai.
Try these:
• Bicarakan pada si bos keinginan Anda untuk lebih banyak berkonsentrasi di aspek pekerjaan yang paling Anda sukai dan kuasai.
•
Tanya teman-teman kerja Anda apa saja interest mereka? Siapa tahu ada
komponen pekerjaan yang kurang Anda sukai – tapi yang dikuasai teman
kerja – yang bisa dibarter.
Anda Frustasi dan Tidak Bahagia, Tapi Masih Memiliki Pemasukan
Fakta
di atas tentunya jauh lebih baik daripada frustasi dan tidak bahagia
plus bangkrut karena tidak memiliki pemasukan sama sekali. Dalam kondisi
dunia kerja seperti sekarang ini, Anda harus benar-benar yakin
mendapatkan pekerjaan baru dengan gaji yang jauh lebih baik sebelum
mengucapkan salam perpisahan pada bos Anda. Penting untuk diingat bahwa
Anda saat ini memiliki pendapatan tetap yang jumlahnya lumayan dan bisa
membiayai hidup Anda. Makanya, tak perlu juga untuk terus
bermalas-malasan dan berisiko kehilangan pekerjaan.
Rumput Tetangga Akan Selalu Lebih Hijau
Di
manapun Anda bekerja saat ini, selalu ada pekerjaan lain yang jauh
lebih menarik, tentunya dengan tantangan yang berbeda pula. Konsultan
karier Marcia Pursue berbagi pengalaman pribadinya, “Saat saya berniat
berhenti bekerja karena merasa tidak nyaman dengan kondisi di kantor,
Ayah saya berkata ‘Jangan, kamu harus belajar untuk mengatasi masalah
bukannya melarikan diri. Lagi pula, setiap pekerjaan pasti ada
problemnya masing-masing.’ Dan saya pun akhirnya mendengarkan nasihat
ayah saya dan mencoba untuk berdamai dengan situasi di tempat kerja.
Hasilnya? Saya telah bekerja di perusahaan yang sama selama 23 tahun!”
Terkadang, memang lebih baik memiliki masalah, bad boss, atau pekerjaan
yang kurang menantang. Karena di situlah mental Anda diuji.
Pindah Kerja Bukanlah Pilihan (Setidaknya Untuk Saat Ini)
Setiap
harinya ada puluhan ribu orang dari kota-kota “tetangga” yang pergi ke
Jakarta menempuh waktu perjalanan hingga dua atau tiga jam untuk mencari
nafkah. Jarak tempuh yang jauh, kemacetan, mode transportasi yang
kurang reliable, dan lain-lain kian menambah beban para commuter ini.
Sebetulnya mungkin mereka lelah dan kehabisan energi melakukan pekerjaan
yang kurang mereka sukai. Tapi apa boleh buat, opsi untuk
tinggal
di Jakarta perlu pertimbangan yang sangat matang mengingat biaya hidup
yang amat tinggi. Di kota asal mereka pun belum tentu ada pekerjaan
dengan pendapatan sebaik di Jakarta. So, dengan kondisi seperti ini yang
bisa mereka lakukan hanyalah menjalani pekerjaan yang sudah ada, dan
berusaha untuk menyukainya. Karena pindah kerja bukanlah pilihan yang
bijak. At least sampai kesempatan itu datang.
Anda Ingin Meminimalisasi Stres dan Resiko Sakit
Orang
yang membenci apa yang mereka kerjakan setiap hari berpotensi mengalami
stres berkepanjangan selama 24 jam, karena mereka lebih terfokus pada
hal-hal yang kurang menyenangkan dari pekerjaan mereka, dan melewatkan
hal-hal baik yang seharusnya bisa menjadi motivasi. Menurut British
Medical Journal, tingkat stres yang tinggi erat kaitannya dengan
penyakit jantung dan diabetes tipe 2, serta beberapa penyakit lainnya.
Ini
memungkinkan terjadi karena para ahli menemukan bahwa stres akibat
pekerjaan dapat berpengaruh pada gangguan metabolisme dalam tubuh yang
bisa memengaruhi antara lain, tekanan darah, kekebalan insulin, dan
obesitas. Dari penelitian yang sama, pekerja dengan tingkat stres yang
cukup tinggi juga terbukti lebih sering terjangkit flu dan minta izin
untuk tidak masuk kerja karena sakit. Ya, tanpa disadari, Anda akan
berhadapan dengan masalah kesehatan fisik dan mental yang cukup serius
jika terus-terusan membenci pekerjaan Anda saat ini.
Anda Ingin Menyalurkan Energi Positif Untuk Orang-orang Tersayang
Apakah
satu-satunya orang yang tertekan jika Anda membenci pekerjaan sekarang
adalah diri Anda sendiri? Salah besar, karena saat pulang ke rumah
setiap hari dan Anda mengeluh soal pekerjaan, maka secara tidak langsung
akan menjadi beban pikiran pula bagi pasangan atau anggota keluarga
lain. Bahkan, seandainya Anda tak membicarakannya pun, mereka akan ikut
sedih apabila melihat Anda murung. Saat Anda membenci suatu pekerjaan,
maka energi Anda pun akan terkuras dan tak tersisa untuk hal-hal lain,
seperti pasangan, keluarga, teman atau hobi.
Banyak Orang Mengubah
Pekerjaan Karena Mereka Tak Bisa Mengubah Diri Sendiri Terkadang,
masalahnya bukan di pekerjaan – it’s you! Evaluasi lagi diri Anda dan
pekerjaan. Lihat apakah ada yang perlu diubah dari keduanya. Jika Anda
terus terfokus pada hal-hal yang tak bisa Anda kendalikan, maka hal
tersebut akan berdampak negatif bagi pekerjaan Anda. Lihatlah lagi sisi
positifnya dan coba untuk lebih menyukai dan menjalankan pekerjaan Anda
dengan lebih baik lagi.
Anda Ingin Mengembangkan Skill dan Pengalaman
Seburuk
apapun pekerjaan saat ini, tentunya Anda ingin sukses dalam
menjalankannya bukan? Nah, disitulah Anda ditantang untuk mengerahkan
segenap kemampuan yang Anda miliki, serta mempelajari skill-skill baru
yang sebenarnya bukan skill Anda.
Jangan sia-siakan kesempatan
untuk belajar dan berkembang hanya karena Anda tak menyukai pekerjaan
saat ini. Serap apapun yang positif dan bermanfaat bagi karier Anda
selanjutnya.
Sweet Spot of Success
Agar tak
terjebak dalam pekerjaan yang tidak Anda sukai, cobalah simak pendekatan
dari Paul Keijzer, praktisi SDM, berikut dan temukan jalan tengah di
antara tiga aspek ini:
1. What are you interested in?
Pekerjaan
akam jauh lebih mudah dan menyenangkan untuk dilakukan kalau Anda
memiliki ketertarikan akan apa yang Anda kerjakan. Jika Anda memiliki
minat yang tinggi terhadap hal finansial, mungkin konsultan keuangan
bisa menjadi pilihan karier yang tepat. Ingin memiliki pekerjaan yang
berdampak sosial bagi masyarakat? Cobalah bekerja di LSM, sekolah
atau... pemerintahan. Pastikan bahwa pekerjaan yang dipilih mampu
memenuhi Anda.
2. What can you be the best at in the world?
Memiliki
passion terhadap sesuatu tak lantas harus menjadi pilihan karier Anda.
Anda suka sekali bermain piano, namun belum tentu memiliki skill yang
cukup untuk menjadi guru piano. Ingat-ingat apa saja yang sering dipuji
orang dari Anda? Aktivitas pekerjaan apa yang Anda sukai dan bisa betah
mengerjakannya selama berjam-jam? Itulah hal-hal yang harusnya
dikembangkan dari diri Anda. Dalam buku Outliers: The Story od Success,
penulis Malcolm Gladwell mengatakan bahwa kita bisa menjadi yang terbaik
di dunia kika menghabiskan 5000 jam menyempurnakan skill yang kita
miliki. Cobalah pertajam bakat Anda melalui kelas-kelas singkat. Ingat,
menjadi yang terbaik tidak ada hubungannya dengan jumlah pengalaman atau
senioritas.
3. What lifestyle is important to you?
Jika
Anda telah menemukan sesuatu yang Anda sukai dan kuasai, maka langkah
terakhir adalah melihat apakah hal tersebut bisa menyokong pola hidup
yang ingin Anda miliki? Pertanyaan ini akan memengaruhi masa depan Anda.
Apakah Anda bersedia untuk mengorbankan kehidupan pribadi demi karier
yang cemerlang? Apakah Anda bersedia pindah ke kota lain untuk mencari
kesempatan yang lebih baik? Pendapatan sebesar apa yang Anda butuhkan
untuk gaya hidup Anda?
“Sepupu saya adalah seorang dokter gigi,”
ujar Keijzer. Apakah menurut Anda ia suka memasukkan jari ke mulut
puluhan orang setiap hari? Tentu tidak! Ia menjadi dokter gigi karena ia
bisa bekerja hanya empat hari dalam seminggu –tanpa lembur! Tak perlu
menerima e-mail yang berurusan dengan pekerjaan, dan tak ada bos yang
menyebalkan. Jadi ia menjadi dokter gigi demi pola hidup yang lebih
menyenangkan.”
Source : Cosmopolitan Edisi Februari 2013 Halaman 203
(vem/Cosmo/dyn)