- Back to Home »
- Kumpulan Cerita »
- Arti Kesetiaan
Posted by : Unknown
Sabtu, 29 Juni 2013
Kisah nyata yang bagus sekali untuk contoh kita semua yang saya dapat
dari millis sebelah (kisah ini pernah ditayangkan di MetroTV). Semoga
kita dapat mengambil pelajaran.
Ini cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur
Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan
Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana
di Indonesia. Apa yg diutarakan beliau adalah sangat benar sekali.
Silakan baca dan dihayati.
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah
senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya
diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.Mereka
menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.
Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak
keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi
selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah
bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan
lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi,
dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja,
dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum.
Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya
sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas
waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan
apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang
tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia
selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan
sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati
mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih
kuliah.
Pada suatu hari, ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah,
sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan
ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya
berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak kami
ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu,
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak
tidak ijinkan kami menjaga ibu”.
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata: “sudah yang
keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun
akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan
berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji
kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anaknya:
“Anak-anakku… Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk
nafsu, mungkin bapak akan menikah.. tapi ketahuilah dengan adanya ibu
kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan
kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat, kalian yg selalu kurindukan
hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai
dengan apapun.”
“Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti
ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak
yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana
dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak suyatno. Merekapun melihat
butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu
ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV
swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan
kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya
yang sudah tidak bisa apa-apa.
Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio,
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak
Suyatno bercerita..” Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta
dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga,
pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan”.
“Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu
dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati
dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg
lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama.
Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen
untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia sakit…”
Hidup adalah Perjuangan tanpa henti-henti, tidak usah kau tangisi hari kemarin.
(iphincow.com)