- Back to Home »
- Kumpulan Cerita »
- Kisah Seorang Ibu dan Anak
Posted by : Unknown
Sabtu, 29 Juni 2013
Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku
membencinya, ia adalah sebuah hal yang memalukan. Ibuku menjalankan
sebuah toko kecil pada sebuah pasar.
Dia mengumpulkan barang-barang bekas dan sejenisnya untuk dijual,
apapun untuk mendapatkan uang yang kami butuhkan. Ia adalah sebuah hal
yang memalukan.
Pada suatu hari di sekolah. Aku ingat saat itu hari ketika ibuku
datang. Aku sangat malu. Mengapa ia melakukan hal ini kepadaku? Aku
melemparkan muka dengan rasa benci dan berlari. Keesokan harinya di
sekolah.. “Ibumu hanya memiliki satu mata?” dan mereka semua mengejekku.
Aku berharap ibuku hilang dari dunia ini maka aku berkata kepada ibu aku,”Ibu, kenapa kamu tidak memiliki mata lainnya? Ibu hanya akan menjadi bahan tertawaan. Kenapa Ibu tidak mati saja?”
Ibu tidak menjawab. Aku merasa sedikit buruk, tetapi pada waktu yang
sama, rasanya sangat baik bahwa aku telah mengatakan apa yang telah
ingin aku katakan selama ini.
Mungkin itu karena ibu tidak menghukum aku, tetapi aku tidak berpikir bahwa aku telah sangat melukai perasaannya.
Malam itu, Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas
air. Ibuku menangis disana, dengan pelan, seakan ia takut bahwa ia akan
membangunkanku. Aku melihatnya, dan pergi. Karena perkataanku sebelumnya
kepadanya, ada sesuatu yang mencubit hati aku.
Meskipun begitu, Aku membenci ibuku yang menangis dari satu matanya. Jadi, Aku mengatakan diri ku jikalau aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena aku membenci ibu bermata-satu aku dan kemiskinan kami.
Meskipun begitu, Aku membenci ibuku yang menangis dari satu matanya. Jadi, Aku mengatakan diri ku jikalau aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena aku membenci ibu bermata-satu aku dan kemiskinan kami.
Lalu aku belajar dengan keras. aku meninggalkan ibu dan ke Seoul
untuk belajar, dan diterima di Universitas Seoul dengan segala
kepercayaan diri. Lalu, aku menikah. aku membeli rumah milikku sendiri.
Lalu aku memiliki anak-anak juga. Sekarang, aku hidup bahagia sebagai
seorang pria yang sukses. aku menyukainya disini karena ini adalah
tempat yang tidak meningatkan aku akan ibu.
Kebahagiaan ini menjadi besar dan semakin besar, ketika seseorang
tidak terduga menjumpai aku “Apa?! Siapa ini?”… Ini adalah ibu aku..
tetap dengan satu matanya. Ini rasanya seperti seluruh langit sedang
jatuh ke diri aku. Anak perempuan aku lari kabur, takut akan mata ibu
aku.
Dan aku bertanya kepadanya, “Siapa Anda? aku tidak mengenalmu!!” sandiwara aku. aku berteriak kepadanya “Mengapa engkau berani datang ke rumah aku dan menakuti anak aku! Pergi dari sini sekarang juga!”
Dan ibu dengan pelan menjawab, “Oh, maafkan aku. aku pasti salah alamat,”
dan dia menghilang. Terima kasih Tuhan.. Ia tidak mengenali aku. aku
merasa cukup lega. aku mengatakan kepada diri aku bahwa aku tidak akan
peduli, atau berpikir tentang ini sepanjang sisa hidup aku.
Lalu ada perasaan lega datang kepada aku.. Suatu hari, sebuah surat
mengenai reuni sekolah datang ke rumah aku. aku berbohong kepada istri
aku mengatakan bahwa aku akan pergi perjalanan bisnis. Setelah reuni
ini, aku pergi ke rumah lama aku.. karena rasa penasaran saja, aku
menemukan ibu aku terjatuh di tanah yang dingin. Tetapi aku tidak
meneteskan satu air mata sekalipun. Ia memiliki sepotong kertas di
tangannya.. dan itu adalah surat untuk diri aku.
Anakku,
Aku pikir hidupku sudah cukup lama saat ini. Dan.. aku tidak akan
mengunjungi Seoul lagi.. tetapi apakah itu terlau banyak jikalau aku
ingin kamu untuk datang menunjungiku sekali-kali nak? aku sangat
merindukanmu. Dan aku sangat lega ketika mendengar kamu akan datang
dalam reuni ini.
Tetapi aku memutuskan untuk tidak datang ke sekolah.. Untuk Kamu..
aku meminta maaf jikalau aku hanya memiliki satu mata dan aku hanya
membawa kemaluan bagi dirimu.
Kamu tahu, ketika kamu masih sangat kecil, kamu terkena sebuah
kecelakaan, dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak
tahan melihatmu harus tumbuh dengan hanya satu mata.. maka aku
memberikanmu mata aku.. aku sangat bangga kepada anak aku yang melihat
dunia yang baru untuk aku, menggantikan aku, dengan mata itu.
Aku tidak pernah marah kepadamu atas apapun yang kamu lakukan.
Beberapa kali ketika kamu marah kepada aku. aku berpikir sendiri,”Ini karena kamu mencintai aku.” Aku rindu waktu ketika kamu masih sangat kecil dan berada di sekitarku.
Aku sangat merindukanmu. Aku mencintaimu. Kamu adalah duniaku.
(iphincow.com)