Share Up To 110 % - 10% Affiliate Program
Posted by : Unknown Rabu, 13 November 2013


Memang pada akhirnya anak Anda akan berjalan sendiri melalui berbagai ujian sepanjang hidupnya. Karenanya, sebagai ayah, sejak dini Anda perlu membekali sang Junior  agar kelak siap menjadi nahkoda andal yang lihai mengarungi samudra kehidupan. Jadilah ayah teladan yang baik!

Dukung ucapan dengan sikap. “Karena dalam masa perkembangan, anak akan meniru dan menyontoh perilaku orang-orang terdekatnya, maka jangan hanya mengajar anak melalui kata-kata. Perilaku merupakan contoh yang lebih realistis,” kata Ita D. Azly – psikolog dan konsultan senior dari Iradat Konsultan. Tentunya hal ini juga perlu didukung konsistensi Anda untuk menjalani apa yang Anda sampaikan. Walk the talk! Jika Anda melarang anak untuk makan sambil membaca, maka Anda juga tidak boleh melakukannya.

Kontrol emosi. “Mengelola emosi bukan berarti menyimpan yang Anda rasakan, melainkan mengendalikan emosi untuk menyelesaikan masalah,” kata Ita. Memendam emosi akan membuat beban pikiran menumpuk, memicu stres dan gangguan kesehatan. Bila anak berperilaku emosional ketika dilarang melakukan sesuatu, maka Anda perlu menenangkan diri lebih dulu ketika menghadapi situasi seperti ini. Jangan malah memancing emosi Anda 'meledak'. “Tenangkan diri, barulah kemudian tenangkan anak sembari tetap menunjukkan sikap bijaksana dan sabar. Ajari anak untuk menghadapi ketidaknyamanan tersebut."

Latih rasa percaya diri melalui kompetisi.  Balap lari menuju mobil, atau berkelahi dan bergulat bak seorang superhero? Ikuti saja permainannya. Biarkan mereka sering menang melawan Anda, lalu perlahan tingkatkan kesulitan agar anak terbiasa berusaha lebih keras demi meraih kemenangan. “Cara ini akan melatih anak mengenali serta menguji kekuatan diri mereka sendiri,” ungkap Justin Richadson, MD – pengajar ilmu kejiwaan dari Universitas Columbia. Benefitnya, di samping melatih naluri berkompetisi, mereka akan merasa semakin yakin akan kemampuannya, terutama ketika menghadapi pesaing. “Anda juga perlu memuji sikap teladan dan keberhasilan yang dia raih. Selain sebagai motivasi, pujian juga bisa mempertebal rasa percaya diri mereka,” tambah Ita.

Berdayakan kemampuannya. Memotivasi memang penting untuk mendorong semangat anak, namun perlu dilakukan dengan tidak memarahi, tidak mengancam, serta tidak menjatuhkan mental, melainkan dengan lebih memberdayakan kemampuan anak seperti membekalinya dengan berbagai keterampilan yang mendukung. Setelah mengenali dirinya, anak akan lebih percaya pada kemampuannya. “Jangan paksakan anak untuk menembus batasan yang ia rasa tidak sanggup melampauinya. Biarkan anak menentukan target kemampuannya, lalu perlahan tingkatkan sembari terus latih anak untuk selalu berusaha meraih hasil lebih maksimal,” Ita menjelaskan.

Asah empatinya. Menurut Ita, dengan terbiasa memahami perasaan orang lain, maka akan makin mudah membangun kesadaran sosial anak pada kondisi dan situasi di sekelilingnya. Di samping itu juga melatih kemampuannya mengelola hubungan antarsesama. Caranya bisa melalui dialog, cerita, membahas tontonan televisi, atau film, mengajak anak untuk mengungkap apa yang ia rasakan. Lalu sadarkan dia bagaimana bila kejadian yang menimpa orang tersebut terjadi pada hidupnya. Mungkin awalnya dia akan merasa berat untuk memahami yang Anda bicarakan, namun perlahan instingnya pun akan terasah.

Tunjukkan kekuatan kompromi. “Anak berkelahi tentu ada penyebabnya. amati terlebih dahulu dan dorong mereka untuk menyelesaikan masalah yang terjadi,” tutur Ita. Dalam menyelesaikan perselisihan, cara mengajarkan anak berkompromi adalah dengan bersikap obyektif kala menentukan benar dan salah. Anda harus bersikap adil. Orang tua berperan sebagai fasilitator sehingga tidak perlu selalu mengintervensi pertikaian mereka -kecuali memang menjurus kepada risiko yang berbahaya. “Bila tidak, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang egois, tidak bisa mengambil keputusan, serta selalu bergantung dan mengharapkan pembelaan Anda. Meski sebenarnya ia menyadari bahwa ia dalam posisi yang salah,” tambah psikolog yang sempat menimba ilmu di Seibo Gokuen Jepang ini.

Latih untuk fokus.
“Ajarkan anak untuk berpikir sistematis dan mengenali goal yang ingin dicapai. Hargai tahapan demi tahapan perkembangannya dan jangan lupa memuji keberhasilannya,” Ita menuturkan. “Walau anak Anda mengidolakan Brad Pitt ataupun Beyonce, mereka perlu menyadari bahwa tokoh-tokoh ini berhasil karena mereka memiliki suatu kemampuan yang luar biasa,” ucap C. Andrew Ramsey, M. D., seorang profesor ilmu kejiwaan dari Columbia University.

Bebaskan tapi beri tanggung jawab. “Bila orang tua mempercayakan kebebasan dan tanggung jawab pada anak, maka kondisi moral mereka akan lebih cepat matang,” ujar Ita. Inilah perlunya Anda mengenalkan anak pada aturan dan konsekuensi sejak dini. Dengarkan pula pendapat mereka. Dan lagi-lagi walk the talk -jalankan aturan tersebut dengan sepenuh hati.

Bekali dengan budi pekerti. Sejak kecil anak perlu diajarkan mengenai nilai, norma, dan agama sehingga akan mengasah moral mereka. Keuntungannya, sejak dini mereka sudah dilatih mengenali perbedaan baik dan buruk. “Ini yang akan membentuk tata krama serta budi pekerti setelah dewasa nanti. Namun cara mendidiknya pun tetap harus bertahap, tidak melibatkan emosi dan tetap menyenangkan untuk anak Anda,” papar Ita.




(menshealth)

Leave a Reply

Terima Kasih Telah Berkunjung

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © KUMPUL DI SINI - Dawie Heart - Powered by Blogger - Designed by Garuda Indonesia Komunitas -