- Back to Home »
- Berita Populer »
- Fenomena Klub Kaya: Gampang Pecat Pelatih
Posted by : Unknown
Selasa, 14 Mei 2013
Jakarta - Roberto Mancini dipecat Manchester
City adalah bagian dari sebuah fenomena. Fenomena yang sudah jamak
dilakukan oleh klub-klub kaya bergelimang uang.
"Dengan rasa penyesalan, Manchester City FC mengumumkan bahwa Roberto Mancini sudah dibebastugaskan dari posisinya sebagai manajer Manchester City," demikian tulis City di situs resminya.
The Citizens seperti tidak peduli pada fakta bahwa Mancini sudah memberikan dua trofi dalam 3,5 tahun masa kepemimpinannya. Di luar itu, atatannya pun tidak buruk-buruk amat. Dari total 191 pertandingan bersama City, dia memenangi 113 di antaranya. Mancini punya persentase kemenangan sebesar 59,16%.
Tapi fakta bahwa City nihil gelar musim ini juga tidak terhindarkan. Mancini gagal membawa City tampil oke di Liga Champions, di mana mereka hanya sampai fase grup. Lalu mereka kalah bersaing dengan Manchester United di liga dan terakhir dikalahkan Wigan Athletic di final Piala FA.
Para petinggi City rupanya tidak puas. Mereka pun dikabarkan sudah mendekati manajer baru, bahkan sebelum musim selesai. Mancini kecewa, begitu juga para suporter City.
"Ini bukan sebuah kejutan, tapi saya masih tetap amat kecewa. Tanggal 13 Mei harusnya jadi hari yang amat spesial buat suporter City, setelah gol Sergio Aguero setahun lalu, tapi ini sudah menodai kenangan itu," kata Kevin Parker selaku juru bicara dari Manchester City Supporters Club.
Wajar, Mancini adalah orang yang mendatangkan gelar juara liga ke kubu City setelah jeda selama 44 tahun.
Mancini adalah manajer ketiga City dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Tercatat, setelah dibeli Thaksin Shinawatra pada 2007, City termasuk sering mengganti manajer. Awalnya, Thaksin menunjuk Sven Goran Eriksson sebagai manajer. Ketika Eriksson dinilai gagal, dan kepemilikan beralih pada Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, kursi manajer pun ganti diduduki Mark Hughes.
Hughes hanya bertahan semusim lebih sedikit. Pada Desember 2009, dia digantikan oleh Mancini. Dengan dua trofi mayor yang diraihnya, Mancini jelas lebih baik dari dua pendahulunya itu.
Apa yang dilakukan City, dengan pemilik klub yang kaya, sebenarnya bukan hal baru. Chelsea dengan Roman Abramovich adalah contoh nyata bahwa pemilik bisa bebas membuat keputusan jika mereka tidak puas dengan performa manajernya. Sejak dibeli Abramovich pada 2003, Chelsea sudah punya 10 manajer --termasuk para caretaker atau manajer interim.
Uniknya, Abramovich justru kerap mendapatkan gelar dari para manajer sementara. Contoh: Guus Hiddink yang memberi gelar juara Piala FA dan Roberto Di Matteo yang memberi gelar juara Liga Champions. Catatan khusus untuk Hiddink, dia tidak dipecat, melainkan mundur lantaran perjanjian kontraknya habis.
Real Madrid adalah contoh lainnya dari luar Inggris. Sejak Juni 2003, atau nyaris 10 tahun, Madrid sudah punya 10 manajer berbeda. Total trofi mayor yang dikumpulkan oleh 10 manajer itu hanya enam; satu dari Fabio Capello, dua dari Bernd Schuster, dan tiga dari Jose Mourinho. Kini El Real dikabarkan ingin ganti manajer lagi setelah Mourinho disebut-sebut punya hubungan tidak harmonis dengan skuatnya.
Yang kadang merepotkan dari fenomena pecat pelatih ini adalah uang kompensasi yang harus dibayarkan. Sebagai studi kasus, Mancini pernah mendapatkan 5 juta euro dari Inter Milan kala dipecat pada 2008. Itu bukanlah jumlah yang sedikit untuk ukuran uang yang diterima oleh seorang personal. Malahan sebenarnya Mancini sempat mengajukan tuntutan hingga 16 juta euro.
Masalah uang kompensasi jugalah yang dikabarkan membuat negosiasi antara Chelsea-Madrid, terkait usaha mendatangkan Mourinho ke Stamford Bridge musim panas nanti, mandek. Abramovich disebut enggan membayar buy-out clause Mourinho plus membayar kompensasi seluruh staf pelatihnya.
(detik.com)
"Dengan rasa penyesalan, Manchester City FC mengumumkan bahwa Roberto Mancini sudah dibebastugaskan dari posisinya sebagai manajer Manchester City," demikian tulis City di situs resminya.
The Citizens seperti tidak peduli pada fakta bahwa Mancini sudah memberikan dua trofi dalam 3,5 tahun masa kepemimpinannya. Di luar itu, atatannya pun tidak buruk-buruk amat. Dari total 191 pertandingan bersama City, dia memenangi 113 di antaranya. Mancini punya persentase kemenangan sebesar 59,16%.
Tapi fakta bahwa City nihil gelar musim ini juga tidak terhindarkan. Mancini gagal membawa City tampil oke di Liga Champions, di mana mereka hanya sampai fase grup. Lalu mereka kalah bersaing dengan Manchester United di liga dan terakhir dikalahkan Wigan Athletic di final Piala FA.
Para petinggi City rupanya tidak puas. Mereka pun dikabarkan sudah mendekati manajer baru, bahkan sebelum musim selesai. Mancini kecewa, begitu juga para suporter City.
"Ini bukan sebuah kejutan, tapi saya masih tetap amat kecewa. Tanggal 13 Mei harusnya jadi hari yang amat spesial buat suporter City, setelah gol Sergio Aguero setahun lalu, tapi ini sudah menodai kenangan itu," kata Kevin Parker selaku juru bicara dari Manchester City Supporters Club.
Wajar, Mancini adalah orang yang mendatangkan gelar juara liga ke kubu City setelah jeda selama 44 tahun.
Mancini adalah manajer ketiga City dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Tercatat, setelah dibeli Thaksin Shinawatra pada 2007, City termasuk sering mengganti manajer. Awalnya, Thaksin menunjuk Sven Goran Eriksson sebagai manajer. Ketika Eriksson dinilai gagal, dan kepemilikan beralih pada Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, kursi manajer pun ganti diduduki Mark Hughes.
Hughes hanya bertahan semusim lebih sedikit. Pada Desember 2009, dia digantikan oleh Mancini. Dengan dua trofi mayor yang diraihnya, Mancini jelas lebih baik dari dua pendahulunya itu.
Apa yang dilakukan City, dengan pemilik klub yang kaya, sebenarnya bukan hal baru. Chelsea dengan Roman Abramovich adalah contoh nyata bahwa pemilik bisa bebas membuat keputusan jika mereka tidak puas dengan performa manajernya. Sejak dibeli Abramovich pada 2003, Chelsea sudah punya 10 manajer --termasuk para caretaker atau manajer interim.
Uniknya, Abramovich justru kerap mendapatkan gelar dari para manajer sementara. Contoh: Guus Hiddink yang memberi gelar juara Piala FA dan Roberto Di Matteo yang memberi gelar juara Liga Champions. Catatan khusus untuk Hiddink, dia tidak dipecat, melainkan mundur lantaran perjanjian kontraknya habis.
Real Madrid adalah contoh lainnya dari luar Inggris. Sejak Juni 2003, atau nyaris 10 tahun, Madrid sudah punya 10 manajer berbeda. Total trofi mayor yang dikumpulkan oleh 10 manajer itu hanya enam; satu dari Fabio Capello, dua dari Bernd Schuster, dan tiga dari Jose Mourinho. Kini El Real dikabarkan ingin ganti manajer lagi setelah Mourinho disebut-sebut punya hubungan tidak harmonis dengan skuatnya.
Yang kadang merepotkan dari fenomena pecat pelatih ini adalah uang kompensasi yang harus dibayarkan. Sebagai studi kasus, Mancini pernah mendapatkan 5 juta euro dari Inter Milan kala dipecat pada 2008. Itu bukanlah jumlah yang sedikit untuk ukuran uang yang diterima oleh seorang personal. Malahan sebenarnya Mancini sempat mengajukan tuntutan hingga 16 juta euro.
Masalah uang kompensasi jugalah yang dikabarkan membuat negosiasi antara Chelsea-Madrid, terkait usaha mendatangkan Mourinho ke Stamford Bridge musim panas nanti, mandek. Abramovich disebut enggan membayar buy-out clause Mourinho plus membayar kompensasi seluruh staf pelatihnya.
(detik.com)