- Back to Home »
- Biodata Pejabat Negara »
- Biografi Lengkap Boediono Wapres RI
Posted by : Unknown
Senin, 10 Juni 2013
Boediono adalah Wakil Presiden pendamping Susilo
Bambang Yudhoyono periode 2009-2014. Beliau seorang ekonom profesional
bertangan dingin. Tangan dingin Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas
Gajah Mada dan Doktor Ekonomi Bisnis lulusan Wharton School University of Pennsylvania, AS 1979, ini terbukti selama menjabat Menteri Keuangan pada pemerintahan Megawati,
Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (resuffle Senin
(5/12/2005), maupun sebagai Gubernur Bank Indonesia. Selama menjabat
Menkeu Kabinet Gotong-Royong, suami dari Herawati dan ayah dua anak
(Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan), ini berhasil membenahi bidang
fiskal, masalah kurs, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. Boediono lahir
di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943.
Biografi Boediono dari Biografi Web
Bersama dalam The Dream Team dan Bank Indonesia, Master of Economics,
Monash University, Melbourne, Australia (1972), itu berhasil
menstabilkan kurs rupiah pada kisaran Rp 9000-an per dolar AS. Begitu
pula dengan suku bunga berada dalam posisi yang cukup baik merangsang
kegiatan bisnis, sehingga pertumbuhan ekonomi menaik secara signifikan.
Pria berpenampilan kalem dan santun serta terukur berbicara itu juga
dinilai mampu membuat situasi ekonomi yang saat itu masih kacau menjadi
dingin.
Saat baru menjabat Menkeu, langkah pertama yang dilakukan pria
berpenampilan rapih dan low profile itu adalah menyelesaikan Letter of
Intent dengan IMF yang telah disepakati sebelumnya serta mempersiapkan
pertemuan Paris Club September 2001. Paris Club ini merupakan
salah satu pertemuan penting karena menyangkut anggaran 2002. Setelah
itu, dia bersama tim ekonomi Kabinet Gotong-Royong, secara terencana
mengakhiri kerjasama dengan IMF (Dana Moneter Internasional) Desember 2003.
Departemen Keuangan di bawah kendali pria kelahiran Blitar, Jawa
Timur, 25 Februari 1943, itu pun berhasil melampaui masa transisi
pascaprogram IMF, yang sebelumnya sudah dia ingatkan akan sangat rawan,
bukan hanya menyangkut masalah dana, tetapi juga menyangkut rasa percaya
(confidence) pasar. Apalagi kala itu, Pemilihan Umum 2004 juga
berlangsung. Kondisi rawan itu pun berhasil dilalui tanpa terjadi
guncangan ekonomi.
Boediono berhasil menggalang kerjasama dengan Bank Indonesia dan tim ekonomi lainnya, kecuali dengan Kwik Kian Gie yang kala itu tampak berbicara sendiri sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/ Kepala Bappenas.
Sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Gotong Royong, ia berhasil
memperbaiki keuangan pemerintah dengan sangat baik sehingga mampu
membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional.
Tak heran bila majalah BusinessWeek (AS), memberi Boediono pengakuan
sebagai tokoh yang kompeten di posisinya sebagai menteri keuangan. Ia
dipandang sebagai salah seorang menteri yang paling berprestasi dalam
Kabinet Gotong Royong.
Maka ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden,
banyak orang mengira bahwa Boediono akan dipertahankan dalam jabatannya,
namun posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar. Ternyata, Jusuf Anwar
hanya bisa bertahan lebih satu tahun.
Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombakan (reshuffle) kabinet pada 5 Desember 2005, Boediono diangkat menggantikan Aburizal Bakrie menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan mengangkat Sri Mulyani menggantikan Jusuf Anwar sebagai Menteri Keuangan.
Boediono sendiri, dikabarkan sempat menolak secara halus saat diminta
oleh Presiden Yudhoyono untuk memperkuat jajaran tim ekonomi, dengan
alasan hendak beristirahat dan kembali mengajar. Namun, akhirnya ia
memenuhi permintaan SBY.
Tiga hari sebelumnya, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyo dalam
jumpa pers di Pangkalan TNI Angkatan Udara Kelapa Sawit, Medan, Sumatera
Utara, Jumat (2/12/2005), mengungkapkan telah meminta mantan Menteri
Keuangan Boediono untuk memperkuat tim ekonomi Kabinet Indonesia
Bersatu, pasar pun menyambutnya dengan antusias. IHSG dan mata uang
rupiah langsung menguat.
Terlihat dari nilai tukar rupiah yang langsung naik dibawah Rp 10.000 per dolar AS. Boediono
dinilai mampu mengelola makro-ekonomi yang kini belum didukung
pemulihan sektor riil dan moneter. Juga perdagangan di lantai Bursa Efek
Jakarta (BEJ) naik signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
BEJ langsung ditutup menguat hingga 23,046 poin (naik sekitar 2 persen)
dan berada di posisi 1.119,417, berhasil menembus level 1.100.
Berbagai pelaku bisnis menilai Boediono kredibel, low profile, tidak banyak bicara, prudent dan sangat konservatif.
Presiden mengakui, sebelum terbang ke Sibolga, Kamis (1/12) pagi,
telah bertemu Boediono, memintanya memperkuat tim ekonomi. Menurut
Presiden, Boediono cukup meyakinkan untuk mengelola makro-ekonomi dengan
baik.
Namun, menurut Presiden SBY,
Boediono mengaku ingin beristirahat sambil berbuat baik bagi negara
tanpa harus bergabung di kabinet. “Tetapi saya minta, Pak Boediono kalau
negara memerlukan, kalau rakyat menghendaki dan Anda harus masuk
pemerintahan, tentu itu amanah. Mudah-mudahan semuanya berjalan baik
dalam satu dua hari ini,” kata Presiden SBY.
Presiden SBY
didampingi Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Juru Bicara Presiden Andi
Mallarangeng, dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede,
menginginkan ada komunikasi dan konsultasi yang baik antara pemerintah
dan Bank Indonesia.
Diungkapkan, inflasi tahun 2005 yang lebih buruk dari tahun 2004
dinilai jauh dari harapan. Tentu ada faktor yang bisa menjelaskan
mengapa inflasi buruk. Harus ada keterpaduan atau harmoni kebijakan
fiskal yang dibuat pemerintah dan kebijakan moneter dari Bank Indonesia.
Presiden berharap Boediono akan mampu membenahi kinerja ekonomi
Indonesia, terutama di sektor riil dan terkait dengan tingginya laju
inflasi saat ini menyusul kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005
diiringi tingginya tingkat konsumsi pada bulan puasa Ramadhan dan
Lebaran November 2005.
“Mengapa saya akan menata kembali tim ekonomi karena kita ingin
semuanya tertata baik, makro-ekonomi, mikro-ekonomi, jangka pendek,
jangka menengah, jangka panjang. Ada yang harus bergerak cepat, yaitu
ekonomi, tetapi harus ada yang menjaga stabilitas jangka panjang,
sustainability, dan balance, kata Presiden SBY.
Presiden menginginkan orang yang tepat di posisi yang tepat untuk
mendukung kerja tim yang kuat. Pemilihan figur didasarkan pada kemampuan
melakukan koordinasi dan kerja sama tim yang baik. Presiden
berkepentingan dengan dua hal itu, untuk memiliki dewan menteri dan tim
kerja yang baik.
Sementara, Boediono yang dikenal sebagai pribadi yang sedikit bicara banyak bekerja itu, belum mau bicara soal ajakan Presiden SBY tersebut.
Akhirnya Dr. Boediono bersedia menjabat Menko Perekonomian menggantikan Aburizal Bakrie. Ia didukung Menteri Keuangan Sri Mulyani
yang juga handal. Mereka membawa perekonomian Indonesia pada track dan
daya tahan yang baik, terutama dalam menghadapi krisis ekonomi global.
Kemudian, ada tanggal 9 April 2008, DPR mengesahkan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia, menggantikan Burhanuddin Abdullah.
Sebelum menjabat Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia pada
Kabinet Indonesia Bersatu, Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong
(2001–2004) dan Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999), Boediono
telah menjabat Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas. Ia juga pernah menjabat Direktur Bank
Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto.
Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada,
ini memperoleh gelar S1 (Bachelor of Economics (Hons.)) dari
Universitas Western Australia pada tahun 1967. Lima tahun kemudian,
meraih gelar Master of Economics dari Universitas Monash. Kemudian
meraih gelar S3 (Ph.D) dalam bidang ekonomi dari Wharton School,
Universitas Pennsylvania pada tahun 1979.
Prof. Dr. Boediono, M.Ec.
lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari
1943; umur 66 tahun adalah Wakil Presiden Indonesia yang menjabat sejak
20 Oktober 2009. Ia terpilih dalam Pilpres 2009 bersama pasangannya,
presiden yang sedang menjabat, Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelumnya ia
pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan dan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Direktur Bank Indonesia
(sekarang setara Deputi Gubernur).
Saat ini ia juga mengajar di Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada sebagai Guru Besar. Oleh relasi dan
orang-orang yang seringkali berinteraksi dengannya ia dijuluki The man to get the job done. Boediono beristrikan Herawati dan memiliki dua anak, Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan.
Pendidikan
Gelar Bachelor of Economics (Hons.)
diraihnya dari Universitas Western Australia pada tahun 1967. Lima tahun
kemudian, gelar Master of Economics diperoleh dari Universitas Monash.
Pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar S3 (Ph.D.) dalam bidang ekonomi
dari Wharton School, Universitas Pennsylvania. Ia mendapat penghargaan
Bintang Mahaputra Adipradana tahun 1999 dan “Distinguished International
Alumnus Award” dari University of Western Australia pada tahun 2007.
- Sarjana Ekonomi di University of Western, Australia (1967)
- Master di Bidang Ekonomi dari Monash University, Australia (1972)
- Doctor of Philosophy dari Wharton School, University of Pennsylvania, AS (1979)
- Profesor dari Universitas Gadjah Mada (2006)
Riwayat Pekerjaan
- 2009 – sekarang : Wakil Presiden Republik Indonesia
- 2008 – 2009 Gubernur Bank Indonesia
- 2005 – 2008 Menko Perekonomian Indonesia
- 2001 – 2004 Menteri Keuangan
- 1998 – 1999 Menteri Negara Bappenas
- 1993 – 1998 Direktur Bank Indonesia (saat ini setara Deputi Gubernur)
- 1988 – 1993 Deputi Ketua Bidang Fiskal dan Moneter Bappenas
- 1996 – 1997 Direktur III Bank Indonesia Urusan Pengawasan BPR
- 1997 – 1998 Direktur I BI Urusan Operasi dan Pengendalian Moneter
- 1973 – 2009 : Guru Besar / Dosen
Album Foto Boediono
(biografi.rumus.web.id,4antum.wordpress.co)