Share Up To 110 % - 10% Affiliate Program

Tampilkan postingan dengan label Dunia Bisnis. Tampilkan semua postingan

BEI Pertanyakan Dana Bakrie Menebus BUMI




Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) mempertanyakan ketersediaan dana Grup Bakrie untuk menebus saham-saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) milik Bumi Plc. Hal itu sebagai tindak lanjut rencana cerainya Grup Bakrie dengan Bumi Plc.

Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI mengatakan, pihaknya telah mengirimkan surat kepada PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Salah satu poin yang tertera dalam surat tersebut adalah mengenai sumber dana pengambilalihan saham BUMI.

"Kami sudah kirim hari ini (Jumat, 15/2/2013). Selain klarifikasi, kami juga tanyakan asal dana untuk membeli saham BUMI itu," jelasnya.

Manajemen BNBR, lanjut Hoesen, wajib menjawab keterangan tertulis itu paling lambat Kamis (21/2/2013) pekan depan. Dua hari lalu, Grup Bakrie telah mengadakan kesepakatan dengan pihak Bumi Plc terkait pengambilalihan saham BUMI milik Bumi Plc oleh Grup Bakrie.

Grup Bakrie akan mengambil saham BUMI dengan saham Bumi Plc miliknya dan dana tunai. Bumi Plc menguasai 29,2 persen saham BUMI. Sementara Grup Bakrie melalui BNBR memiliki 23,8 persen saham Bumi Plc. BNBR akan menukar epemilikan 23,8 persen saham Bumi Plc dengan 10,3 persen  saham BUMI. Sisanya, yaitu sebesar 18,9 persen akan ditebus dengan dana tunai senilai 278 juta dollar AS.
Grup Bakrie diwajibkan menyetor tersebut sebelum rapat umum pemegang saham (RUPS) Bumi Plc pada 21 Februari 2013 mendatang.

Sebagai tanda jadi, Bumi Plc meminta Grup Bakrie menyediakan dana awal senilai 50 juta dollar AS. Nah, dana tunai inilah yang menjadi target pertanyaan BEI.

Seperti diberitakan sebelumnya, Bakrie mulai melego aset dan kepemilikan saham di anak-anak usahanya. Terakhir, Bakrie dikabarkan menjual aset-aset milik PT Bakrieland Development Tbk (ELTY).

Selain itu, Keluarga Bakrie juga disebut-sebut akan menjual sekitar 51 persen kepemilikan sahamnya di PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), dan menjual lahan milik UNSP sebesar 16.000 hektar senilai 178 juta dollar AS. Ditengarai penjualan aset-aset tersebut dalam rangka mencari dana segar guna aksi pengembilaalihan saham BUMI itu. Namun, patut dicermati, penjualan aset yang dilakukan ELTY dan UNSP sejatinya masuk ke kas kedua perusahaan tersebut dan digunakan untuk kepentingan keduanya. (Amailia Putri Hasniawati/Kontan)
 
Sumber :
KONTAN
 kompas.com
google.com
 
Editor :
Erlangga Djumena
 
Pembaharuan :
Dawie

Alasan Anak Usaha Grup Bakrie Jual Aset



Grup Bakrie telah menetapkan niat hengkang dari Bumi Plc. Namun, ada masalah lagi yang melanda, sebab Grup Bakrie harus menyediakan dana 278 juta dollar AS untuk membeli kembali saham (buyback) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) milik Bumi Plc.

Pembayaran buyback harus sudah selesai sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bumi Plc pada 21 Februari. Karena alasan tersebut, Grup Bakrie gencar mencari dana.
PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) melalui PT Bakrie Swastika Utama dikabarkan menjual lahan di Rasuna Epicentrum. Total nilainya Rp 2,5 triliun. Selain itu, ELTY juga telah menjual Bakrie Toll Road (BTR) dan Lido senilai Rp 3 triliun.

Namun, Agus J Alwie, Chief Executive Officer Bakrie Swastika, membantah, penjualan aset itu berhubungan dengan buyback saham BUMI. "Tak benar. Kalaupun jadi dijual, hasilnya untuk pengembangan usaha," tegas dia, beberapa waktu lalu.

Anak usaha lain, PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), telah menjual lahan sawit seluas 16.000 hektar pada anak usaha Sinarmas, Golden Agri Resources Ltd, senilai 178 juta dollar AS.
UNSP juga ingin menjual perusahaan olekimia Grup Domba Mas 470 juta dollar AS. Namun, Andi Setianto, Investor Relation UNSP, belum mau berkomentar soal ini.

Bakrie juga ingin menjual 51 persen saham di PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Grup Bakrie menaksir valuasinya 1,2 miliar dollar AS- 2 miliar dollar AS, dengan harga minimum Rp 8 triliun.
Belum cukup, Bakrie juga dikabarkan akan menggadaikan Blok Masela yang digarap PT Energi Mega Persada, Tbk (ENRG). Kabarnya, nilai transaksi ini 1,2 miliar dollar AS. "Sampai sekarang belum ada rencana akuisisi aset baru ataupun penjualan aset," bantah Herwin Hidayat, Investor Relation ENRG, Jumat (15/2/2013)

Nirwan Dermawan Bakrie, pemilik usaha Grup Bakrie, menjelaskan, penjualan aset lebih disebabkan untuk meringankan beban keuangan masing-masing anak usaha sehingga ketika ada goncangan ekonomi, kondisi perusahaan tidak terganggu. "Kami hanya ingin menjadi slim and fit," tegas dia.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, mengatakan, Bakrie harus mengambil langkah ini lantaran butuh dana segar. Namun, ia melihat, aksi mereka tidak memengaruhi prospek emiten Grup Bakrie ke depan karena aset yang dijual kurang berkembang. "Sebenarnya, hal penting yang harus dilakukan adalah bayar utang," ujar dia. Cara itu memang paling menguntungkan. (Narita Indrastiti, Andri Indradie, Barly Haliem, Avanty Nurdiana/Kontan)

 
Sumber :
KONTAN
 google.com
kompas.com
 
Editor :
Erlangga Djumena
 
Pembaharuan :
Dawie

Ada Apa dengan Grup Bakrie?



Perusahaan keluarga Bakrie saat ini dikabarkan sedang menjual beberapa aset unggulnya. Apakah ini mengindikasikan bisnis keluarga Bakrie terpuruk?

Pakar pengelolaan perusahaan keluarga, AB Susanto, menyayangkan apa yang telah dilakukan keluarga Bakrie selama ini. Padahal, bisnis keluarga Bakrie ini sudah menggurita di semua lini bisnis.

"Ada miss match manajemen di perusahaan keluarga Bakrie, khususnya dalam hal pengelolaan keuangan. Ini yang seharusnya tidak perlu terjadi," kata Susanto kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (19/2/2013).
Menurut Susanto, pengelolaan keuangan yang dinilai tidak tepat ini disebabkan karena perusahaan memakai utang jangka panjang untuk membiayai usaha yang memiliki jangka pendek. Begitu pula sebaliknya.
Susanto menganggap hal tersebut lumrah dijalankan oleh perusahaan-perusahaan keluarga Bakrie, khususnya di zaman Orde Baru. Di zaman itu, model-model bisnis seperti ini berkembang pesat. Namun, bila diterapkan di zaman demokrasi seperti saat ini, kondisi tersebut sudah kurang tepat.

"Mereka juga terlalu berspekulasi tinggi. Ini yang berbahaya," tambahnya.
Solusinya, keluarga Bakrie harus segera merevitalisasi keuangannya agar dapat berbisnis secara sehat.
Seperti diberitakan, Grup Bakrie telah menetapkan niat hengkang dari Bumi Plc. Namun, ada masalah lagi yang melanda, sebab Grup Bakrie harus menyediakan dana 278 juta dollar AS untuk membeli kembali saham (buyback) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) milik Bumi Plc.

Pembayaran buyback harus sudah selesai sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bumi Plc pada 21 Februari. Karena alasan tersebut, Grup Bakrie gencar mencari dana.
PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) melalui PT Bakrie Swastika Utama dikabarkan menjual lahan di Rasuna Epicentrum. Total nilainya Rp 2,5 triliun. Selain itu, ELTY juga telah menjual Bakrie Toll Road (BTR) dan Lido senilai Rp 3 triliun. Kemudian PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) telah menjual lahan sawit seluas 16.000 hektar. UNSP juga ingin menjual perusahaan olekimia Grup Domba Mas 470 juta dollar AS. Bakrie juga dikabarkan ingin menjual 51 persen saham di PT Visi Media Asia Tbk (VIVA).


sumber : 
google.com
kompas.com

Editor :
Erlangga Djumena




Pembaharuan :
Dawie

- Copyright © KUMPUL DI SINI - Dawie Heart - Powered by Blogger - Designed by Garuda Indonesia Komunitas -