Tampilkan postingan dengan label Khotbah Jum'at. Tampilkan semua postingan
Mewaspadai Pintu Masuk Setan
Mewaspadai Pintu Masuk Setan
الحمد
لله غافر الذنب وقابل التوب شديد العقاب، ذي الطول لا إله إلا هو إليه
المصير. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، شهادة معترف بالذنب
والتقصير، سائل العفو والزلفى وحسن المآب يوم المصير. وأشهد أن محمدًا عبده
ورسوله وأمينه على وحيه خير بشير، وأشفق نذير. اللهم صل وسلم على عبدك
ورسولك محمد وعلى آله وأصحابه، نعم الصحب له، ونعم القدوة لمن طلب الفوز
والنجاة في يوم عسير. أما بعد: فيا أيها المسلمون اتقوا الله تعالى في السر و العلن ، يا أيها الذين آمنوا اتقو الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون.
Hadirin Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah.
Marilah
pada kesempatan jumat ini, kita kembali berupaya untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Takwa yang terlahir dari
pemahaman yang benar dan ketundukan yang ikhlas, sehingga setiap
kewajiban yang dilakukan dan setiap larangan yang ditinggalkan tidaklah
dilakukan kecuali semakin menguatkan dan meningkatkan iman dan takwa
kepada Allah serta melahirkan nilai-nilai mulia dalam kehidupan. Suatu
perbutan dan amal kebajikan yang terlahir dari ketakwaan akan memberikan
manfaat yang besar dalam kehidupan.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Sesungguhnya
setiap detik dari hidup kita, setiap hembusan nafas, setiap pikiran
yang yang tersirat, setiap amal perbuatan yang kita kerjakan, tidak akan
pernah lepas dari upaya setan untuk menggoda, menyesatkan,
menyelewengkan dari tujuan yang benar dan menggiring kepada dosa dan
maksiat. Kita mungkin tidak menyadari dan memang
tanpa kita sadari, setan terus berupaya menenggelamkan, menghanyutkan
kita agar semakin jauh dari jalan yang benar, meninggalkan ketaatan
secara perlahan dan halus, tanpa terasa oleh kita. Dan itulah tugas
utama setan dan iblis, sebagai mana ia telah terusir dari surga dan
terjauhkan dari rahmat Allah maka diapun ingin menjauhkan manusia dari
dari rahmat Allah dan kemudian sesat bersamanya. Begitulah ungkapan
setan ketika mendapatkan laknat Allah:
قَالَ
فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (77) وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي
إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (78) قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ
يُبْعَثُونَ (79) قَالَ
فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ
(81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا
عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)
Allah berfirman:
"Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah makhluk yang
terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." Iblis
berkata: "Ya Tuhanku, berilah penangguhan kepadaku sampai hari mereka
dibangkitkan." Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk yang diberi
penangguhan, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari
Kiamat)." Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan
mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.
(QS. Shad: 77-83)
Hadirin sidang jumat yg berbahagia.
Menyadari
ini semua, bahwa keberadaan kita di dunia ini, tidak akan pernah lepas
sedikitpun dari upaya setan untuk mempengaruhi kita, merayu, melalaikan
kita dengan apapun, bahkan mereka mampu masuk bersama aliran darah kita,
dengan hanya satu tujuan mengumpulkan manusia sebanyak-banyaknya untuk
bersama-sama sesat dan menghuni neraka jahanam. Mengetahui tipu daya
setan dan iblis dalam menyesatkan manusia, serta mengetahui cara
menghadapi tipu daya tersebut menjadi penting untuk kita sama-sama kita
ketahui sehingga kita mampu terhindar dari tipu daya tersebut.
Di antara pintu-pintu dan metode setan menyesatkan manusia yang perlu kita waspadai adalah:
Pertama: Pintu Syubhat dan Syahwat
Syubhat
berarti suatu yang meragukan dan samar-samar, sedangkan syahwat adalah
dorongan hawa nafsu, maka dari sinilah setan akan semakin kuat menggoda,
kemudian setan menghembuskan bisikan dan rayuannya. Setan akan yang
terus membujuk sehingga seakan membuat hati menjadi tenang untuk melakukan hal perbuatan tersebut. Bahkan setan
telah menghembuskan syubhat dan syahwat iniitu sejak awal permusuhan
dengan Nabi Adam, setan telah melakukan langkah-langkah kejinya untuk
menggelincirkan anak keturunan adam agar tidak mentaati perintah Allah.
Mari kita perhatikan ucapan setan, dengan tipu dayanya di dalam firman Allah berikut:
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مِنْ سَوْءَاتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلاَّ أَنْ تَكُوناَ مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُوناَ مِنَ الْخَالِدِينَ. وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ. فَدَلاَّهُمَا بِغُرُورٍ.
"Maka
setan menggoda mereka berdua untuk menampakkan kepada keduanya apa yang
tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata, "Tuhan kamu
tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua
tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam
surga)". Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya,"Sesungguhnya saya
adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua,' maka
setan membujuk keduanya dengan tipu daya." [Al-A'râf/7:20-22]
Dari ayat ini dapat
dipetik satu pelajaran penting bahwa setan mempermainkan kecenderungan
manusia yang tersembunyi, manusia ingin kekal, diberi umur yang panjang,
manusia juga ingin memiliki kepemilikan harta yang tak terbatas padahal
usia mereka pendek dan terbatas.
Dalam ayat ini diketahui bahwa tipuan yang digunakan setan adalah: “An takuunaa malakaini au takuunaa minal khalidin.”
Dalam penjelasan ayat ini, kata malakaini ada dua bacaan yang dapat dijadikan pengertian untuk memahamai maksud dari ayat ini. Bacaan pertama adalah: malikaini
yaitu huruf lam dibaca kasroh yang berarti dua orang raja, yakni raja
dan ratu, bacaan ini dikuatkan oleh nash lain dalam surat Thaaha: “Maukah aku tunjukan kepada kalian berdua, kepada pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan punah”. (QS. Thaha: 120)
Atas dasar bacaan ini, maka tipuan setan ini adalah kekuasaan yang abadi dan umur yang kekal. Keduanya
merupakan syahwat atau kecenderungan yang paling kuat dalam diri
manusia, selain syahwat terhadap lawan jenis, yang banyaknya kita dengar
bersama berbagai macam kasus dan skandal terjadi, ini membuktikan bahwa
setan sudah banyak berhasil dalam menyesatkan manusia.
Bacaan kedua adalah malakaini,
huruf lam dibaca fathah yang berarti dua malaikat, maka manupulasi
setan itu adalah dengan melepaskan manusia dari ikatan-ikatan fisik
seperti malaikat yang kekal.
Ketika Iblis ini
mengetahui bahwa Allah melarang Adam dan Hawa memakan buah ini, dan
larangan ini terasa berat dalam jiwa mereka, maka untuk menggoyang hati mereka, iblis menimbulkan khayalan dan angan-angan kepada mereka, di samping juga mempermainkan syahwat dan keinginan mereka. Bahkan iblis memperkuat dengan sumpah bahwa ia adalah pemberi nasehat yang berlaku jujur.
Hadirin siding sholat jumat yang dimuliakan Allah.
Pintu setan yang kedua adalah : Al-Hirsh wal Hasad
Menurut
Imam Al-Ghazali, diantara pintu-pintu setan yang sangat besar adalah
al-hirsh atau tamak dan hasad, yaitu kedengkian. Rasa tamak dan sifat
hasad ini menjadi salah satu pintu yang menyebabkan setan bisa masuk ke
dalam pikiran dan jiwa manusia kemudian setan menguasainya. Ketika setan
sudah mampu menguasai jiwa, maka itu pertanda akan membawa pada
kebinasaan.
Imam
Abu Dawud dalam Kitab Sunnan-nya menyebutkan sebuah riwayat. Ketika Nabi
Nuh ‘Alaihissalam menaiki perahu, dan memasukkan ke dalam perahu itu
berbagai makhluk secara berpasang-pasangan,
tiba-tiba beliau melihat seorang tua yang tidak dikenal. Orang itu tidak
memiliki pasangan. Nabi Nuh ‘Alaihissalam bertanya, “Untuk apa kamu
masuk kemari?” Orang itu menjawab, “Aku masuk kemari untuk mempengaruhi
sahabat-sahabatmu supaya hati mereka bersamaku, sementara tubuh mereka
bersamamu.” Orang tua itu adalah setan.
Lalu,
Nabi Nuh ‘Alaihissalam berkata, “Keluarlah kamu dari sini, hai musuh
Allah! Kamu terkutuk!” Iblis itu kemudian berkata kepada Nabi Nuh, “Ada
lima hal yang dengan kelimanya aku membinasakan manusia. Akan
kuberitahukan yang tiga, dan kusembunyikan yang dua.” Allah mewahyukan
kepada Nabi Nuh: “Katakan, aku tidak membutuhkan yang tiga. Aku
membutuhkan yang dua.” Lalu Nuh bertanya, “Apa yang dua itu?” Iblis
menjawab, “Dua hal yang membinasakan manusia adalah ketamakkan dan
kedengkian. Karena kedengkian inilah, aku dilaknat sehingga menjadi
terkutuk. Karena dorongan ketamakkan itu pula, Adam dan Hawa tergoda
untuk menuruti keinginannya.”
Ketiga : Memandang kecil dan meremehkan dosa-dosa kecil.
Dosa-dosa
kecil dampaknya sangat berbahaya bagi manusia, seorang yang menganggap
kecil suatu perbuatan dosa maka dengan demikian setan akan selalu
menjadikan orang tersebut meremehkan dosa-dosa kecilnya, sehingga dia
akan terus menerus melakukannya dan dosa itu akan membinasakannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya
tentang dosa-dosa kecil dengan sabdanya,
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ.
Jauhilah
dosa-dosa dan sesuatu yang dianggap dosa kecil, karena dosa-dosa kecil
itu ketika dilakukan seseorang maka ia akan membinasakannya. (HR. Ahmad,
no. 23194)
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Tentu
ketika kita mengetahui pintu-pintu masuknya setan ini, Allah Subhanhu wa
Ta'ala dengan rahmat-Nya memberikan petunjuk kepada para hamba-Nya
melalui Al-Quran dan melalui lisan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa
sallam, untuk menghadapi dan mengusir setiap bisikan dan godaan
setan tersebut. Di antara hal-hal yang dapat dilakukan agar terhindar
dari tipu daya setan dan kawanannya adalah sebagai berikut:
Pertama: Menjaga keikhlasan dalam setiap amal ibadah dan perbuatan.
Setiap
ibadah ataupun amal perbuatan yang dilakukan oleh hamba Allah, pasti
setan akan berupaya menyimpangkan amal tersebut agar tidak dilakukan
dengan ikhlas, setan akan berupaya keras agar amal itu tidak bernilai di
hadapan Allah, bahkan perbuatan itu menjadi amalan yang riya dan
syirik. Karena ini sudah merupakan janjinya kepada Allah.
Hamba-hamba yang ikhlas akan dijaga dan diselamatkan dari gangguan setan. Allah yang menyatakan pengakuan setan tersebut dalam firman-Nya:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Iblis
berkata, "Ya Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash di antara mereka."
[Al-Hijr/15:39-40].
Dalam ayat yang lain disebutkan:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Iblis
menjawab, "Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." [Shâd/38:82-83].
Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah menjamin bahwa seorang yang mampu menjaga
keikhlasannya dalam beramal setan tidak punya kemampuan dalam
menggodanya,
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ
"Sesungguhnya
hamba-hamba-Ku yang ikhlas tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka,
kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat".
[Al-Hijr/15:42].
Kedua : Menjaga Kestabilan kondisi Iman.
Kedua : Menjaga Kestabilan kondisi Iman.
Setan
selalu berupaya untuk menggoda dan melemahkan iman seseorang dengan
berbagai macam carannya, baik itu kelalaian ataupun perbuatan maksiat.
Dengan kemaksiatan, keimanan seseorang akan semakin menurun sehingga
dengan mudah setan akan mencelakakann seorang tersebut sehingga ia
melakukan perbuatan dosa.
Sesungguhnya
seluruh kekuatan, kekuasaan, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh
karena itu, seorang hamba yang ditolong dan dilindungi Allah dengan
menjaga kondisi imannya dengan amal ibadah yang kontinyu, maka tidak ada
satu makhlukpun yang mampu mencelakakannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah memberitakan hal ini di dalam Al-Quran, sebagaimana firmannya:
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
"Sesungguhnya
setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah
atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang
yang mempersekutukannya dengan Allah".[An Nahl : 99, 100].
Ketiga: Berlindung Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Untuk
menghadapi setan dan terhindar dari godaannya, kita dianjurkan bahkan
diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa berlindung kepadanya. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Dan
jika kamu digoda oleh setan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
[Al-A'râf/7:200].
Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim disebutkan:
أن
أبا هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم « يأتي
الشيطان أحدكم فيقول من خلق كذا وكذا؟ حتى يقول له من خلق ربك ؟ فإذا بلغ
ذلك فليستعذ بالله ولينته » . وعند أبي داود ( 4722 ) « فإذا قالوا ذلك
فقولوا الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد . ثم ليتفل عن يساره ثلاثا وليستعذ من الشيطان »
Abu Hurairah berkata, Rosulullah bersabda: “Setan datang kepada salah seorang dari kalian lalu berkata, siapakah yang menciptakan ini dan ini? Sehingga setan berkata, “siapakah yang menciptakan Tuhanmu, maka apabila jika telah sampai kepadanya hal tersebut, hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia menghentikan (waswas tersebut)".
Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan:
"Jika
mereka mengucapkan hal itu (kalimat-kalimat was-was), maka ucapkanlah
"Allah itu Maha Esa, Allah itu tempat bergantung, Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan," kemudian meludahlah ke kiri (3x) dan
berlindunglah kepada Allah".
Keempat: Memperbanyak membaca Al-Quran dan memperkuat dzikrullah.
Al-Quran dan dzikrullah merupakan benteng yang kokoh yang dapat melindungi diri dari godaan dan gangguan setan dan membuatnya lari tunggang langgang, sebagaimana sabda Rosulullah:
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
"Dari Abu Hurairah,
bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, janganlah kamu
menjadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan. Sesungguhnya setan lari
dari rumah yang dibacakan surat Al Baqarah di dalamnya". (HR Muslim, no.
780).
Dalam sabda yang lain disebutkan:
عَنْ الْحَارِثِ الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ أَمَرَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهَا وَيَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهَا...وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ.
Dari Al-Harits
Al-Asy’ari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria Alaihissallam dengan
lima kalimat, agar beliau mengamalkannya dan memerintahkan Bani Israil
agar mereka mengamalkannya (di antaranya): Aku
perintahkan kamu untuk dzikrullah. Sesungguhnya perumpamaan itu seperti
perumpamaan seorang laki-laki yang dikejar oleh musuhnya dengan cepat,
sehingga apabila dia telah mendatangi benteng yang kokoh, kemudian dia
menyelamatkan dirinya dari mereka (dengan berlindung di dalam benteng
tersebut). Demikianlah seorang hamba tidak akan dapat melindungi dirinya
dari setan, kecuali dengan dzikrullah". (HR Ahmad)
Kelima: Menyelisihi Setan dari setiap perbuatannya.
Setan
adalah musuh manusia, maka wajib pula untuk menjadikannya sebagai musuh,
dan membenci serta meninggalkan perbuatannya. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
"Sesungguhnya
setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala". (Fathir : 5, ).
Diantara perbuatan setan yang harus diselisihi adalah:
Pertama: Perbuatan mubadzir atau pemborosan. Allah berfirman:
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27)
“Dan
janganlah kamu melakukan perbuatan mubadzir, sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isro :26-27)
Kedua: Makan dan minum dengan tangan kiri. Rosulullah bersabda:
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ
«لاَ يَأْكُلْ أَحَدُكُمْ بِشِمَالِهِ وَلاَ يَشْرَبْ بِشِمَالِهِ فَإِنَّ
الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ»
Dari
Abdullah bin Umar, Nabi sallahu ‘alaihi wasallah bersabda: “Janganlah
salah seorang diantara kalian makan dan minum dengan tangan kirinya,
sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya”. (HR.
Tirmidzi)
Ketiga: Tergesa-gesa dalam pekerjaan. Rosulullah bersabda:
وَعَنْ
سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « الْعَجَلَةُ مِنْ الشَّيْطَانِ» أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ : حَسَنٌ .
Dari Sahl bin Said, Rosulullah bersabda: “Tergesa-gesa itu dari perbuatan setan”. (HR. Tirmidzi)
Hadirin yang berbahagia.
Demikianlah
khutbah singkat ini, semoga kita mampu membentengi diri kita dalam
menghadapi permusuhan dan tipu daya setan yang selalu menyesatkan
langkah kita menuju keridhoaan dan surga Allah subhanahu wa ta’ala.
بلرك
الله لي ولكم في القرآن الكريم و نفعني و إياكم بما فيه من الأيات و الذكر
الحكيم ، أقول قولي هذا و استغفر الله العظيم لي و لكم فاستغفروه إنه هو
الغفور الرحيم.
Tripoli, 23 Juni 2010
Oleh Zulhamdi M. Saad, LcNb :Semoga Khutbah Kali Ini Membawa Manfaat bagi kita semua dan dapat mempertebal iman
amien.
Slm,
Sumber : http://google.com/
http: http://jabal-uhud.com
Suap (Risywah) Dalam Perspektif Islam
Suap (Risywah) Dalam Perspektif Islam
اَلْحَمْدُ
للهِ الذِي أَسْبَغَ عَلَى عِبَادِهِ نِعَمَهُ وَعَطَايَاهُ، وَهَداهُمْ
إِلَى الحَقِّ بِمَواعِظِهِ وَوَصَايَاهُ، قَالَ تَعَالَى : وَلَقَدْ
وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ
أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ
مِنَ الحَمْـدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأَومِنُ بِهِ وَأَتَوكَّلُ عَلَيْهِ،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ،
أَرْسَلَ رُسُلَهُ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ، وَهُدَاةً مُصلِحِينَ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ
وَرَسُولُهُ، خَيْرُ مَنْ أَوصَى وَوَجَّهَ، وَأَرْشَدَ ونَبَّهَ،
أَرْسَلَهُ رَبُّهُ بَشِيرًا وَنَذِيرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بإِذْنِهِ
وَسِرَاجًا مُنِيرًا، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ
بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أما بعد: فَيَا
أَيُّهَا المُسْلِمُونَ اِتّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي السّرِّ وَ اْلعِلَنِ
، يَا أَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُّو اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَ لَا
تَمُوْتُنّ إِلّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Alhamdulillah,
limpahan nikmat yang Allah karuniakan kepada kita tak henti-hentinya
kita rasakan, nikmat iman, nikmat sehat, nikmat keamanan, nikmat
persaudaraan, nikmat kecukupan dan nikmat usia yang sampai hari ini
Allah masih menghimpun kita bersama untuk melkasanakan ibadah sholat
jumat, untuk itu marilah kita senantiasa memacu diri untuk menjaga
kondisi keimanan kita, meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah dengan penuh kesungguhan, terlebih di tengah
kehidupan dan kondisi bangsa dan negara kita yang mengalami tantangan
yang berat, yang membutuhkan pribadi-pribadi yang kokoh dan mampu
bertahan dengan beratnya ujian akan sebuah kejujuran, sifat amanah dan
bertanggung jawab terhadap pencipta-Nya dan masyarakat. Semoga Allah
meneguhkan hati kita dalam keimanan, menjaga diri dan keluarga kita dari
kerusakan dan bencana. Amiin ya rabbal 'alamiin.
Sholawat dan salam marilah kita sampaikan kepada baginda Rosulullah tercinta, Allahumma sholli
wa sallim wa baarik 'ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammad kamaa
shollaita wa sallamta wa baarakta 'alaa Ibrahim wa 'alaa aali Ibrahim
fil 'aalamina innaka hamidun majiid. Semoga syafaat beliau dapat kita raih di akhirat kelak, amiin ya rabbal alamin.
Hadirin yang jamaah sholat jumat yang dirahmati Allah
Kita
tentunya banyak dan sering mengikuti perkembangan bangsa kita
Indonesia, baik dari media cetak maupun elektonik, berita-berita di
televisi, radio dan internet yang tak pernah sepi dari membahas
permasalahan-permasalahan bangsa yang tak kunjung selesai sampai saat
ini, permasalahan berupa kasus korupsi, suap, menyalahgunakan wewenang
menjadi topik hangat yang sering didiskusikan, dibahas dan diberitakan;
larinya tahanan dan para koruptor keluar dari penjara dengan menikmati
hiburan bahkan jalan-jalan keluar negeri dengan menyuap pejabat yang
berwenang tampaknya suatu hal yang biasa dan ringan. Apakah suap atau risywah
dalam istilah Islam adalah suatu hal yang kecil ataukah sebaliknya,
yaitu termasuk dosa besar dan pelakunya mendapatkan siksa yang berat di
akhirat kelak?.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Dalam kesempatan jumat kali ini, khatib akan membahas tema penting, untuk kembali menyegarkan pemahaman kita tentang risywah atau suap di dalam Islam. Kata Risywah menurut bahasa dalam kamus Al-Mishbahul Munir dan Kitab Al-Muhalla ibnu Hazm yaitu: "pemberian
yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk mendapatkan
sesuatu yang sesuai dengan kehendaknya." Atau pengertian risywah menurut Kitab Lisanul 'Arab dan Mu'jamul Washith yaitu: "pemberian yang diberikan kepada seseorang agar mendapatkan kepentingan tertentu". Maka berdasarkan definisi tersebut, suatu yang dinamakan risywah adalah jika mengandung unsur pemberian atau athiyah, ada niat untuk menarik simpati orang lain atau istimalah, serta bertujuan untuk membatalkan yang benar (Ibtholul haq), merealisasikan kebathilan (ihqoqul bathil), mencari keberpihakan yang tidak dibenarkan (almahsubiyah bighoiri haq) , mendapat kepentingan yang bukan menjadi haknya (al hushul 'alal manafi') dan memenangkan perkaranya atau al hukmu lahu.
Hadirin sidang sholat jumat yang berbahagia
Bagaimanakah hukum risywah dalam Islam? Beberapa nash di dalam Al-Quran dan Sabda Rosulullah mengisyaratkan bahkan menegaskan bahwa Risywah suatu yang diharamkan di dalam syariat, bahkan termasuk dosa besar, Allah Swt berfirman:
وَلَا
تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى
الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dan
janganlah kamu memakan harta sebagian dari kamu dengan jalan yang
batil, dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqoroh: 188)
Kemudian firman Allah:
سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ
"Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram" (QS. Al-Maidah; 42)
Iman Al-Hasan dan Said bin Jubair mengomentari ayat ini dengan mengatakan bahwa ma'na "akkaluuna lisshuht" yaitu risywah, karena risywah identik dengan memakan harta yang diharamkan Allah.
Di dalam hadits disebutkan:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم الراشي و المرتشي
هذا حديث صحيح الإسناد
Dari Abdullah bin Umar ra berkata, "Rosulullah melaknat bagi penyuap dan yang menerima suap." (HR. Al-Khamsah dishohihkan oleh at-Tirmidzi)
وعن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : "كل لحم نبت بالسحت فالنار
أولى به " قالوا : يا رسول الله ؛ وما السحت ؟ قال : "الرشوة في الحكم" .
قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه : رشوة الحاكم من السحت وعن ابن مسعود أيضا
أنه قال : السحت أن يقضي الرجل لأخيه حاجة فيهدي إليه هدية فيقبلها.
"Setiap
daging yang tumbuh dari barang yang haram (ashuht), nerakalah yang
paling layak untuknya. Sahabat bertanya: "Wahai Rosulullah, apa barang
haram yang di maksud itu?". Rosulullah bersabda: "Suap dalam perkara
hukum." (Tafsir Al-Quthubi, tafsir surat Al-Maidah ayat: 42)
Umar bin Khatthab berkata: menyuap hakim adalah dari perkara shuht. Ibnu Mas'ud berkata: "Perbuatan
Shuht adalah seseorang menyelesaikan hajat saudaranya maka orang
tersebut memberikan hadiah kepadanya lalu dia menerimanya."
Hadirin sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Dari
uraian ayat-ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa suap merupakan
perkara yang diharamkan oleh Islam, baik memberi ataupun menerimanya
sama-sama diharamkan di dalam syariat. Namun ada pengecualian yang
menurut mayoritas ulama memperbolehkan penyuapan yang dilakukan oleh
sesorang untuk mendapatkan haknya, karena dia dalam kondisi yang benar
dan mencegah kezholiman terhadap orang lain, dalam hal ini dosanya tetap
ditanggung oleh yang menerima suap. (Hal ini dapat dilihat lebih
mendalam dalam kitab Kasyful Qina' 6/304) Nihayatul Muhtaj 8/ 243,
AlQurthubi 6/183, Al-Muhalla 8/118, Matholib ulin Nuha, dalam bab-bab
yang membahas tentang suap dan memakan harta haram).
Dalam permasalahan ini Imam Abu Hanifah membagi pengertian risywah ini ke dalam 4 hal:
Pertama,
memberikan sesuatu untuk mendapatkan pangkat dan kedudukan ataupun
jabatan, maka hukumnya adalah haram bagi pemberi maupun penerima.
Kedua,
memberikan sesuatu kepada hakim agar bisa memenagkan perkaranya,
hukumnya adalah haram bagi penyuap dan yang disuap, walaupun keputusan
tersebut adalah benar, karena hal itu adalah sudah menjadi tugas seorang
hakim dan kewajibannya.
Ketiga,
memberikan sesuatu agar mendapat perlakuan yang sama di hadapan
penguasa dengan tujuan mencegah kemudharatan dan meraih kemaslahatan,
hukumnya haram bagi yang dsuap saja. Al-Hasan mengomentari sabda Nabi
yang berbunyi, Rasulullah melaknat orang yang menyuap dan disuap" dengan berkata, "jika
ditujukan untuk membenarkan yang salah dan menyelahkan yang benar.
Adapun jika seseorang memberikan hartanya selama untuk melindungi
kehormatannya maka hal itu tidak apa-apa".
Keempat,
memberikan sesuatu kepada seseorang yang tidak bertugas di pengadilan
atau instansi tertentu agar bisa menolongnya dalam mendapatkan haknya di
pengadilan atau pada instansi tersebut, maka hukumnya halal bagi
keduanya, baik pemberi dan penerima, karena hal tersebut sebagai upah
atas tenaga dan potensi yang dikeluarkan nya. Tapi Ibnu Mas'ud dan
Masyruq lebih cenderung bahwa pemberian tersebut termasuk juga suap yang
dilarang, karena orang tersebut memang harus membantunya agar tidak
terzholimi, sebagaimana firman Allah:
وَلَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan
janganlah sekali-kali karena kebencianmu kepada suatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah maha berat siksanya." (dari kitab Mau'shuah Fiqhiyah dan Tafsir ayat ahkam Lil Jashosh)
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Maka bila dilihat dari sisi esensi risywah yaitu pemberian (athiyyah), maka ada beberapa istilah dalam Islam yang memiliki keserupaan dengannya, di antara hal tersebut adalah:
Pertama: Hadiah, yaitu pemberian yang diberikan kepada seseorang sebagai penghargaan atau ala sabilil ikram. Perbedaannya dengan risywah adalah, jika risywah
diberikan dengan tujuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan,
sedangkan hadiah diberikan dengan tulus sebagai penghargaan dan rasa
kasih sayang.
Kedua: Hibah, yaitu pemberian yang diberikan kepada seseorang dengan tanpa mengharapkan imbalan dan tujuan tertentu. Perbedaannya dengan risywah adalah bahwa Ar-Raasyi yaitu pemberi suap memberikan sesuatu karena ada tujuan dan kepentingan tertentu, sedangkan Al-Waahib atau pemberi hibah memberikan sesuatu tanpa tujuan dan kepentingan tertentu.
Ketiga: Shadaqoh,
yaitu pemberian yang diberikan kepada seseorang karena mengharapkan
keridhoaan dan pahala dari Allah Swt. Seperti halnya zakat ataupun
infaq. Perbedaannya dengan risywah adalah bahwa seseorang yang
bersedekah ia memberikan sesuatu hanya karena mengharapkan pahala dan
keridhoaan Allah semata tanpa unsur keduniawian yang dia harapkan dari
pemberian tersebut.
Lalu
bagaimanakan jika pemberian hadiah atau hibah tersebut diberikan oleh
seseorang kepada pejabat pemerintah atau penguasa, ataupun hakim, maka
dalam hal ini Imam Bukhori meriwayatkan hadits dari Abu Humaid As-saidi
dalam hadits yang masyhur dengan istilah Hadits Ibnul Utbiyah sebagai
berikut:
حدثنا
عبد الله بن محمد قال حدثنا سفيان عن الزهري عن عروة بن الزبير عن أبي
حميد الساعدي رضي الله تعالى عنه قال استعمل النبي رجلا من الأزد يقال له
ابن الأتبية على الصدقة فلما قدم قال هذا لكم وهذا أهدي لي قال فهلا جلس في
بيت أبيه أو بيت أمه فينظر أيهدي له أم لا والذي نفسي بيده لا يأخذ أحد
منه شيئا إلا جاء به يوم القيامة يحمله على رقبته إن كان بعيرا له رغاء أو
بقرة لها خوار أو شاة تيعر ثم رفع بيده حتى رأينا عفرة إبطيه أللهم هل بلغت
أللهم هل بلغت ثلاثا
Dari
Abi Humaid As Sa'idi ra berkta Nabi saw mengangkat seseorang dari suku
Azdy bernama Ibnu Al-Utbiyyah untuk mengurusi zakat, tatkala ia datang
kepada Rosulullah, ia berkata: Ini untuk anda dan ini dihadiahkan untuk
saya. Rosulullah bersabda, " Kenapa ia tidak duduk saja di rumah ayahnya
aatau ibunya, lantas melihat apakah ia akan diberi hadiah atau tidak.
Demi Zat yang jiwaku berada ditangan-Nya tidaklah seseorang mengambilnya
darinya sesuatupun kecuali ia datang pada hari kiamat dengan memikulnya
di lehernya, kalau unta atau sapi atau kambing semua akan bersuara
dengan suaranya, kemudian Rosulullah mengangkat tangannya sampai
kelihatan ketiaknya lantas bersabda, Ya Allah tidaklah kecuali telah aku
sampaikan, sungguh telah aku sampaikan, sungguh telah aku sampaikan. (HR. Bukhori)
Hadirin sidang sholat jumat yang berbahagia
Risywah
hukumnya tetap haram walaupun menggunakan istilah hadiah, hibah atau
tanda terima kasih dan lain-lain, sebagaimana hadits di atas. Oleh
karena itu, setiap perolehan apa saja di luar gaji dan dana resmi dan
legal yang terkait dengan jabatan atau pekerjaan merupakan harta ghulul
atau korupsi yang hukumnya tidak halal meskipun itu atas nama 'hadiah'
dan tanda 'terima kasih' akan tetapi dalam konteks dan perspektif syariat Islam bukan merupakan hadiah tetapi dikategorikan sebagai 'risywah' atau syibhu risywah yaitu semi suap, atau juga risywah masturoh yaitu suap terselubung dan sebagainya.
Para ulama berpendapat, bahwa segala sesuatu yang dihasilkan dengan cara yang tidak halal seperti risywah
maka harus dikembalikan kepada pemiliknya jika pemiliknya diketahui,
atau kepada ahli warisnya jika pemiliknya sudah meninggal, jika
pemiliknya tidak diketahui maka harus dikembalikan kepada baitul maal,
atau dikembalikan kepada negara jika itu dari uang negara dalam hal ini
adalah uang rakyat, atau digunakan untuk kepentingan umum. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah terkait dengan orang
yang bertaubat setelah mengambil harta orang lain secara tidak benar,
sebagaiamna ungkapannya: "jika pemiliknya diketahui maka diserahkan
kepada pemiliknya, jika tidak diketahui maka diserahkan untuk
kepentingan umat islam."
Seorang
muslim yang baik dan sholih harus berusaha untuk menjauhkan diri dari
harta yang haram, tidak menerima dan tidak memakannya. Jika terpaksa dan
telah menerimanya serta tidak dapat mengelak darinya maka hendaklah
harta tersebut tidak dipergunakan untuk keperluan pribadi dan
keluarganya khususnya terkait dengan kebutuhan makanan. Namun hendaklah
harta tersebut dipergunakan untuk keperluan sosial dan kepentingan
sarana umum, seperti jalan raya, jembatan dll.
Rosulullah bersabda:
عن
أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : يا أيها الناس إن
الله عز و جل طيب لا يقبل إلا طيبا و إن الله عز و جل أمر المؤمنين بما به
المرسلين فقال : يا أيها الرسل كلوا من الطيبات ، و قال : يا أيها الذين
آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم ، ثم ذكر الرجل يطيل السفر أشعث أغبر يمد
يده إلى السماء يا رب ! يا رب ! و مطعمه حرام و مشربه حرام و ملبسه حرام و غذي بالحرام فأنى يستجاب له ( أخرجه مسلم)
"Wahai
manusia, sesungguhnya Allah azza wajalla adalah Dzat yang Baik dan
tidak menerima kecuali sesuatu yang baik, dan Allah memerintahkan kaum
muslimin sebagaimana memerintakan kepada para nabi, "Wahai Rosul-rosul
makanlah dari yang baik-baik" dan firman-Nya, "Wahai orang-orang yang
beriman makanlah dari yang baik-baik yang kami rezekikan kepadamu."
Kemudian Rosulullah menyebutkan bahwa sesorang yang melakukan perjalanan
panjang, rambutnya kusut, dan berdebu menengadakan keduabelah tangannya
ke langit sambil berdoa; wahai Rabb, wahai Tuhan, sedangkan makanannnya
haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dari yang
haram, maka bagaimana mungkin dikabulkan doanya. (HR. Muslim)
Semoga
Allah melindungi kita dan menjaga keluarga kita dari perbuatan dan
harta-harta yang diharamkan oleh-Nya. Amiin, amiin ya rabbal 'alamiin.
بلرك
الله لي ولكم في القرآن الكريم و نفعني و إياكم بما فيه من الأيات و الذكر
الحكيم ، أقول قولي هذا و استغفر الله العظيم لي و لكم فاستغفروه إنه هو
الغفور الرحيم.
Oleh Zulhamdi M. Saad, Lc
Slm hangat,
Sumber : http://google.com/
http://jabal-uhud.com
Sumber : http://google.com/
http://jabal-uhud.com
Pentingnya Meluruskan dan Merapatkan Shaf dalam Sholat
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Pada
kesempatan khutbah jumat ini, khatib mengajak kaum muslimin jamaah
sholat jumat yang berbahagia, khususnya diri khatib pribadi untuk selalu
berupaya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt dan mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Selalu berusaha untuk melaksanakan
perintah-perintah-Nya dengan penuh ketundukan dan keikhlasan, menjauhi
segala yang dilarang-Nya dengan penuh ketaatan. Karena tak ada yang yang
mampu menyelamatkan manusia saat tibanya hari perhitungan kecuali wujud
ketaatan yang telah ia lakukan, sebaik-baik persiapan menghadapi hari
itu adalah taqwa, firman Allah:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
Artinya: “Dan
berbekallah kalian, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan
bertaqwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang menggunakan akalnya.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Di
antara syari‘at yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya yang amat
penting, namun tidak banyak diketahui, disadari dan dilaksanakan oleh
umatnya adalah pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat
berjamaah. Barangsiapa yang melaksanakan syari‘at agama, petunjuk dan
ajaran-ajarannya dalam meluruskan dan merapatkan shaf, sungguh dia telah
menunjukkan ittiba‘ nya atau pengikutannya dan kecintaannya kepada
Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya:
“Katakanlah: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS: Ali Imran: 31).
Rasulullah SAW bersabda :
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى
“Shalatlah kalian sebagaimana kamu melihat aku shalat.” (HR. Bukhori)
Adapun
hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf dalam
sholat berjamaah teramat banyak, hampir semua imam-imam hadist
meriwayatkan hadist-hadist tersebut, antara lain hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim:
عَنْ
جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ : خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا تَصُفُّونَ كَمَا تَصُفُّ
الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالُوا وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ
عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ يُتِمُّونَ الصَّفَّ الْأَوَّلَ ثُمَّ
يَتَرَاصُّونَ فِي الصَّفِّ
Dari
Jabir bin Samurah ra, Rosulullah keluar kepada kami lalu ia berkata:
“Tidakkah kalian berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi
Tuhan mereka?” Maka kami berkata:
“Wahai Rasulullah, bagaimana berbarisnya malaikat di sisi Tuhan
mereka?” Beliau menjawab, “Mereka menyempurnakan shaf yang pertama
kemudian shaf yang berikutnya, dan mereka merapatkan barisan.” (HR
Muslim, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah).
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Dalam riwayat yang lain juga disebutkan :
عن
أنس بن مالك : عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال "رصوا صفوفكم وقاربوا
بينها وحاذوا بالأعناق فوالذي نفسي بيده إني لأرى الشيطان يدخل من خلل
الصف كأنه الحذف" . قال الشيخ الألباني : صحيح
Dari
Anas bin Malik ra, Rosulullah bersabda: “Luruskan shaf-shaf kalian,
dekatkan jarak antaranya, dan sejajarkan bahu-bahu kalian! Demi jiwaku
yang ada di tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari
celah-celah shaf seperti anak kambing.” (HR: Abu Dawud, Ahmad dan
lainnya, dishohihkan oleh Imam Al-Albani)
Dalam
kitab Maqomusy Syaithan disebutkan bahwa hadits ini menjelaskan bahwa
setan masuk dari celah-celah shaf yang tidak rapat, kemudian menghalangi
antara seseorang dengan saudaranya dan menjauhkan antara keduanya, yang
demikian itu akan membawa pada perselisihan di dalam hati-hati mereka.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Nu‘man bin Basyir disebutkan:
عن
النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم يُسَوِّى صُفُوفَنَا حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّى بِهَا الْقِدَاحَ
حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقَامَ
حَتَّى كَادَ يُكَبِّرُ فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدْرُهُ مِنَ الصَّفِّ
فَقَالَ « عِبَادَ اللَّهِ لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ
اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ ».
Dari
Nu'man bin Basyir berkata, “Dahulu Rasullullah saw meluruskan shaf kami
sehingga seakan meluruskan anak panah, sehingga beliau menganggap kami
telah paham terhadap apa yang beliau perintahkan kepada kami sampai
rapi, kemudian suatu hari beliau keluar (untuk shalat) lalu beliau
berdiri, hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau melihat seseorang
yang membusungkan dadanya, maka beliau bersabda; “Wahai para hamba
Allah, sungguh ratakanlah shaf kalian atau Allah akan memperselisihkan
wajah-wajah kalian.” (HR: Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin malik, ia mengatakan:
عن
أَنَس قَالَ أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَأَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم بِوَجْهِهِ فَقَالَ : أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ
وَتَرَاصُّوا ، فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى
Dari
Anas bin Malik ra, ia mengatakan: "Telah dikumandangkan iqomat untuk
sholat, lalu Rosulullah menghadap kepada kami lalu bersabda: “Luruskan
dan rapatkan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian
dari balik punggungku.” (HR. Bukhari dan Muslim dan lafaz ini dari Imam
Muslim).
Dan dalam riwayat lafaz Imam Bukhari disebutkan pula;
عنْ
أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : أَقِيمُوا
صُفُوفَكُمْ فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى وَكَانَ أَحَدُنَا
يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ
Dari
Anas bin Malik ra, Rosulullah bersabda: "Luruskan shaf kalian! Dan
salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya
pada kaki temannya.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Hadist
ini menegaskan bahwa menempelkan bahu dengan bahu, kaki dengan kaki
dalam shaf adalah sunnah yang telah dikerjakan oleh para sahabat di
belakang Nabi SAW. Dan inilah maksud dari menegakkan shaf dan
meluruskannya.
Perintah
wajibnya meluruskan dan merapatkan barisan dalam shaf sholat adalah
pendapat yang benar dan kuat, sehingga wajib pula bagi imam-imam shalat
serta para makmum agar memperhatikan shaf, apabila didapatkan padanya
kebengkokan atau ada yang sedikit maju atau mundur, maka para imam
tersebut harus memperingatkan ma'mum agar meluruskan shaf mereka.
Rosulullah
SAW pun kadang-kadang berjalan di antara shaf-shaf sahabat untuk
meluruskannya dengan tangannya yang mulia dari shaf yang pertama sampai
terakhir. Ketika manusia semakin banyak di masa khilafah Umar bin
Khaththab, Umar pun memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf
apabila telah dikumandangkan iqamah. Apabila orang yang ditugaskan
tersebut telah datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus" maka Khalifah
Umar pun bertakbir untuk memulai shalat berjamaah.
Demikian
juga hal ini dilakukan oleh Utsman bin Affan ketika menjadi khalifah,
beliau menugaskan seseorang untuk meluruskan shaf-shaf kaum muslimin,
maka apabila orang tersebut datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus",
beliaupun bertakbir untuk memulai shalat.
Semuanya
ini menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dan Khulafa`ur Rasyidin dalam masalah meluruskan shaf.
Akan
tetapi, sungguh amat disayangkan, sekarang kita banyak mendapati para
makmum belum memahami akan pentingnya lurus dan rapatnya shaf di dalam
sholat berjamaah, bahkan ada yang sampai tidak mempedulikan masalah
meluruskan shaf, enggan mengisi shaf yang kosong di depannya. Sering
kita saksikan yang satu agak maju ke depan, yang satu lagi agak mundur
ke belakang, tidak peduli akan lurusnya shaf dalam sholat tersebut,
tetapi mereka lebih mengikuti ukuran sejadahnya masing, bukan merapatkan
bahu dan kaki mereka masing-masing sebagaimana yang dilakukan para
sabhabat rodhiyaaLLAHU 'anhum.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Seorang
ulama ahli hadist Syaikh Al-Albani mengomentari hadits Anas dan Nu‘man
yang telah disebutkan di atas dalam kitab Akhto'ul Mushollin seprti kata
beliau: “Dalam dua hadits ini mengandung beberapa faedah yang penting;
Pertama,
wajibnya menegakkan shaf dan meluruskannya serta merapatkannya, karena
diperintahkan yang demikian itu. Disini dikuatkan akan kewajibannya,
yaitu sabda Nabi SAW, “atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah
kalian.” Sesungguhnya ancaman semacam ini tidak dikatakan di dalam suatu
urusan yang tidak diwajibkan.
Kedua, bahwasanya meluruskan shaf, sebagaimana yang tersebut dalam hadits itu
adalah dengan menempelkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki, karena
inilah yang dilakukan oleh para sahabat ketika diperintahkan untuk
menegakkan shaf.” (Dalam kitab Akhtha‘ al-mushallin (Kesalahan
orang-orang yang sholat) halaman: 208-209).
Dalam
shalat berjamaah, kerapatan shaf merupakan salah satu syarat
diterimanya shalat. Umat muslim adalah umat yang satu dan harus tunduk
dengan setiap perintah imam. Tak ada lagi perbedaan pejabat dan rakyat
biasa, orang kaya dan miskin. Semua menjadi sama di hadapan Allah. Shaf
yang rapat juga mencerminkan eratnya hubungan orang muslim, sehingga
tidak mudah dipecah belah. Jadi siapapun yang shalat di sebelah kita,
kita harus merapatkan shaf dengannya. Shaf yang tidak rapat berarti
menyediakan tempat untuk setan yang akan selalu mengganggu kita. Bahkan
shaf yang rapi, akan membantu sholat menjadi khusyu'. Kalau saat kita
menghadap Allah saja masih tidak dapat bersatu dan bersama dengan yang
lain, bagaimana umat islam dapat hidup rukun dalam kehidupan
sehari-hari?”
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Berdasarkan
dalil hadist-hadits tersebut di atas, menunjukkan betapa pentingnya
meluruskan dan merapatkan shaf pada waktu shalat berjamaah, karena hal
tersebut termasuk kesempurnaan shalat sebagaimana sabda Rasulullah SAW;
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم:
سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ
Dari
Anas ra, Rosulullah bersabda: “Luruskan shaf-shaf kalian, karena
lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat.” (HR. Bukhori Muslim)
Kaum Muslimin jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Ada
beberapa pelajaran yang perlu kita ketahui dalam meluruskan shaf sholat
jika tidak dilaksanakan, hal ini pernah disampaikan oleh Syeikh Masyhur
Hasan Salman, beliau mengatakan: “Apabila jamaah shalat tidak
melaksanakan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas ra dan An Nu‘man ra,
maka akan selalu ada celah dan ketidaksempurnaan dalam shaf. Dan pada
kenyataannya kebanyakan para jamaah shalat apabila mereka dapat
merapatkan shaf maka akan luaslah shaf tersebut, sehingga akan menampung
banyak jamaah, khususnya shaf pertama kemudian yang kedua dan yang
ketiga. Namun jika mereka tidak melakukannya.
Maka yang terjadi adalah: Pertama, mereka terjerumus dalam larangan syar‘i karena tidak meluruskan dan merapatkan shaf.
Kedua,
mereka meninggalkan celah untuk syaithan dan Allah SWT akan memutuskan
hati-hati mereka. Sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadist:
عن
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ - قَالَ قُتَيْبَةُ عَنْ أَبِى
الزَّاهِرِيَّةِ عَنْ أَبِى شَجَرَةَ لَمْ يَذْكُرِ ابْنَ عُمَرَ - أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ «أَقِيمُوا الصُّفُوفَ وَحَاذُوا
بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيْدِى
إِخْوَانِكُمْ ». لَمْ يَقُلْ عِيسَى « بِأَيْدِى إِخْوَانِكُمْ ». « وَلاَ
تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ
وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ أَبُو
شَجَرَةَ كَثِيرُ بْنُ مُرَّةَ. قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَمَعْنَى « وَلِينُوا
بِأَيْدِى إِخْوَانِكُمْ ». إِذَا جَاءَ رَجُلٌ إِلَى الصَّفِّ فَذَهَبَ
يَدْخُلُ فِيهِ فَيَنْبَغِى أَنْ يُلَيِّنَ لَهُ كُلُّ رَجُلٍ مَنْكِبَيْهِ
حَتَّى يَدْخُلَ فِى الصَّفِّ
Dari
Abdullah bin Umar, Rosulullah bersabda: “Tegakkan shaf-shaf kalian dan
rapatkan bahu-bahu kalian, tutuplah celah-celah dan jangan kalian
tinggalkan celah untuk syaithan, barangsiapa yang menyambung shaf
niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa memutus shaf niscaya
Allah akan memutuskannya.” (HR: Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu
Khuzaimah dan Al Hakim )
Imam
Dawud menjelaskan: "Apabila seorang datang dan masuk kedalam shaf maka
hendaklah orang yang ada diantara kedua shaf itu melembutkan bahunya
sehingga orang tersebut masuk ke dalam shaf."
Ketiga,
jika tidak memperhatikan kelurusan dan kerapian shaf maka akan terjadi
perselisihan di dalam hati-hati mereka dan timbul banyak pertentangan di
antara mereka. Sebagaimana dalam hadits An Nu‘man terdapat pelajaran
yang menjadi terkenal dalam ilmu jiwa, yaitu sesungguhnya rusaknya
zhahir mempengaruhi rusaknya batin dan kebalikannya. Di samping itu
bahwa sunnah meluruskan dan merapatkan shaf menunjukkan rasa
persaudaraan dan saling tolong-menolong, sehingga bahu si miskin
menempel dengan bahu si kaya dan kaki orang lemah merapat dengan kaki
orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti bangunan yang kuat,
saling menopang satu sama lainnya.
Keempat,
mereka yang tidak memperhatikan kelurusan dan kerapian shaf akan
kehilangan pahala yang besar seperti diceritakan dalam dalam
hadits-hadits shahih. Antara lain sabda Nabi SAW; “Sesungguhnya Allah
dan para malaikatnya bershalawat kepada orang yang menyambung shaf.” (HR
Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Ibnu Khuzaimah).
“Sebaik-baik
kalian adalah yang paling lembut bahunya, yaitu yang mau untuk
ditempeli bahu saudaranya ketika shalat, dan tidak ada langkah yang
lebih besar pahalanya daripada langkah yang dilakukan oleh seseorang
menuju celah pada shaf dan menutupinya”. (HR: Ath Thabrani, Al Bazzar
dan Ibnu Hiban)
Demikianlah
khutbah singkat ini, semoga kita termasuk dari umat Rosulullah yang
senantiasa memperhatikan kesempurnaan sholat dengan memperhatikan
kesempurnaan shaf dalam sholat. Amiin ya Rabbal'alamin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ
وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا} ثُمَّ
اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى
رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ
ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
Nb : mudah²han khutbah Jum'at ini bisa kita ambil inti sarinya dan kita terapkan dalam pelaksanaan Ibadah Sholat
Jum'at. Amien.
Slm hangat,
Sumber : http://google.com/
http://jabal-uhud.com