- Back to Home »
- Cinta Anda & Dia »
- Menjadi Pria Hangat
Posted by : Unknown
Rabu, 13 November 2013
Bagaimana agar Anda menjadi pria yang (lebih) hangat, yang bisa
mengekspresikan segala bentuk rasa sayang, bukan cuma kepada pasangan
tapi juga pada orang-orang di sekitar Anda? Awali dengan mengekspresikan
kehangatan Anda lebih dulu, dan setelah itu, Anda akan mendapat lebih
banyak cinta.
Penerimaan diri. Deasy Amrin, psikolog dari IRADAT Konsultan, berpendapat, “Agar mampu mengapresiasi orang dengan sikap yang baik, langkah awalnya, Anda harus memiliki kepribadian yang matang, bisa menerima diri apa adanya.” Alasannya, jika Anda mampu menerima kelebihan dan kekurangan dalam diri sendiri, maka otomatis Anda akan lebih mudah memberikan apresiasi terhadap orang lain, menghargai orang lain.
Membuat senang. Anda ingat nasihat ‘Jangan mencubit jika tak ingin dicubit’ ? “Jadi, coba posisikan diri Anda di posisi orang lain,” ujar Deasy. Apakah yang Anda lakukan kepada orang lain merupakan sesuatu yang menyenangkan, atau malah menyakitkan, kalau dilakukan kepada Anda sendiri? Jika menurut Anda menyenangkan, lakukanlah untuk orang lain. Jika menyakitkan, jangan lakukan itu pada orang lain.
Menjadi pendengar. Kapan terakhir kali Anda bertemu orangtua Anda? Coba kosongkan agenda Anda weekend ini lalu kunjungi mereka. Jika tidak memungkinkan, coba hubungi untuk sekadar menanyakan kabar. “Sebisa mungkin usahakan untuk melakukan komunikasi. Usahakan untuk bisa lebih mendengar meski karier Anda sekarang jauh lebih sukses dari Ayah Anda,” saran Deasy. “Mereka juga sangat butuh perhatian dan penghargaan dari Anda.”
Pahami hatinya. Apakah hubungan Anda dengan pasangan berjalan baik-baik saja? “Anda harus benar-benar bisa mengenalinya karena beda kepala beda pula isinya,” kata Deasy. Dan menurut Deasy, Anda harus mengajaknya bicara dari hati ke hati, tanpa ada sikap yang berusaha mendominasi sehingga benar-benar terjalin komunikasi dua arah.
Mainkan peran Anda. Anda masih ingat, siapa yang mengajari Anda naik sepeda? Paman Anda? Dan kini Andalah yang menjadi paman dari anak-anak paman Anda itu. Jadi sekarang giliran Anda mengajak keponakan-keponakan bermain, mengajarinya naik sepeda atau mengajaknya nonton film 3-D yang seru. “Jangan lupa, anak kecil memiliki kepekaan yang luar biasa. Pastikan Anda melakukannya dari ‘dalam’ sehingga bahasa tubuh Anda yang keluar pun terlihat tulus. ”
Belajar memberi. Memberi jauh lebih baik daripada menerima. Tapi bukan berarti boleh menyombongkan diri jika Anda mampu memberi. Dan untuk memberi, Anda tak perlu melakukannya dalam bentuk uang. Pilih barang-barang Anda yang masih layak digunakan yang selama ini memenuhi gudang di rumah. Ketimbang menjualnya ke tukang loak dengan harga rendah, lebih baik memberikannya pada petugas yang biasa bertugas membersihkan jalan di depan rumah Anda. Akan lebih bermanfaat.
Tersenyumlah. Tahukah Anda, senyuman menggambarkan persahabatan dan keceriaan? Apalagi jika Anda juga sedikit bertegur sapa dan sebisa mungkin menanyakan kabar orang lain, karena hal itu juga termasuk bentuk perhatian dan apresiasi Anda terhadap orang lain. “Siapa yang bisa menolak senyum penuh persahabatan yang dibarengi apresiasi tulus?” kata Deasy.
Penerimaan diri. Deasy Amrin, psikolog dari IRADAT Konsultan, berpendapat, “Agar mampu mengapresiasi orang dengan sikap yang baik, langkah awalnya, Anda harus memiliki kepribadian yang matang, bisa menerima diri apa adanya.” Alasannya, jika Anda mampu menerima kelebihan dan kekurangan dalam diri sendiri, maka otomatis Anda akan lebih mudah memberikan apresiasi terhadap orang lain, menghargai orang lain.
Membuat senang. Anda ingat nasihat ‘Jangan mencubit jika tak ingin dicubit’ ? “Jadi, coba posisikan diri Anda di posisi orang lain,” ujar Deasy. Apakah yang Anda lakukan kepada orang lain merupakan sesuatu yang menyenangkan, atau malah menyakitkan, kalau dilakukan kepada Anda sendiri? Jika menurut Anda menyenangkan, lakukanlah untuk orang lain. Jika menyakitkan, jangan lakukan itu pada orang lain.
Menjadi pendengar. Kapan terakhir kali Anda bertemu orangtua Anda? Coba kosongkan agenda Anda weekend ini lalu kunjungi mereka. Jika tidak memungkinkan, coba hubungi untuk sekadar menanyakan kabar. “Sebisa mungkin usahakan untuk melakukan komunikasi. Usahakan untuk bisa lebih mendengar meski karier Anda sekarang jauh lebih sukses dari Ayah Anda,” saran Deasy. “Mereka juga sangat butuh perhatian dan penghargaan dari Anda.”
Pahami hatinya. Apakah hubungan Anda dengan pasangan berjalan baik-baik saja? “Anda harus benar-benar bisa mengenalinya karena beda kepala beda pula isinya,” kata Deasy. Dan menurut Deasy, Anda harus mengajaknya bicara dari hati ke hati, tanpa ada sikap yang berusaha mendominasi sehingga benar-benar terjalin komunikasi dua arah.
Mainkan peran Anda. Anda masih ingat, siapa yang mengajari Anda naik sepeda? Paman Anda? Dan kini Andalah yang menjadi paman dari anak-anak paman Anda itu. Jadi sekarang giliran Anda mengajak keponakan-keponakan bermain, mengajarinya naik sepeda atau mengajaknya nonton film 3-D yang seru. “Jangan lupa, anak kecil memiliki kepekaan yang luar biasa. Pastikan Anda melakukannya dari ‘dalam’ sehingga bahasa tubuh Anda yang keluar pun terlihat tulus. ”
Belajar memberi. Memberi jauh lebih baik daripada menerima. Tapi bukan berarti boleh menyombongkan diri jika Anda mampu memberi. Dan untuk memberi, Anda tak perlu melakukannya dalam bentuk uang. Pilih barang-barang Anda yang masih layak digunakan yang selama ini memenuhi gudang di rumah. Ketimbang menjualnya ke tukang loak dengan harga rendah, lebih baik memberikannya pada petugas yang biasa bertugas membersihkan jalan di depan rumah Anda. Akan lebih bermanfaat.
Tersenyumlah. Tahukah Anda, senyuman menggambarkan persahabatan dan keceriaan? Apalagi jika Anda juga sedikit bertegur sapa dan sebisa mungkin menanyakan kabar orang lain, karena hal itu juga termasuk bentuk perhatian dan apresiasi Anda terhadap orang lain. “Siapa yang bisa menolak senyum penuh persahabatan yang dibarengi apresiasi tulus?” kata Deasy.
(menshealth)